Baru Tiba dari Aceh Timur, 81 Pengungsi Rohingnya Jalani Isolasi Mandiri 14 Hari

Konten Media Partner
10 Juni 2021 15:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi Rohingnya tiba di Medan dari Aceh Timur.
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingnya tiba di Medan dari Aceh Timur.
ADVERTISEMENT
MEDAN | Setibanya dari Aceh Timur, 81 orang pengungsi Rohingnya asal kamp pengungsi Kutupalong di Cox's Bazar, Bangladesh yang baru tiba dari Aceh Timur menjalani isolasi mandiri selama 14 hari di Hotel Panembahan, di Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang sejak hari ini, Kamis (10/6).
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Penanganan Konflik dan Kewaspadaan Nasional, Kesatuan Bangsa dan Politik Medan, Ody Prasetyo menyatakan, saat ini total jumlah pengungsi sebanyak 1889 orang yang terbagi di 18 community house. Sejauh ini penanganannya oleh Pemko Medan dan berkolaborasi dengan UNHCR dan Rudenim berjalan dengan baik.
"Mereka akan diisolasi mandiri dulu di Panembahan ini 14 hari nantinya akan dipindahkan ke tempat community house yang disiapkan IOM," katanya.
Dijelaskannyam, dalam Perpres 126, leading sectornya pemerintah daerah dan Medan adalah salah satunya untuk di wilayah barat bersama dengan IOM. Ody tidak mengetahui berapa lama mereka akan di Medan. Hal tersebut menurutnya tergantung negara ketiga. Anak-anak pengungsi, juga tetap diberikan haknya terkait pendidikan serta akan divaksin kedua kali.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Asisten I Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Syahrizal Fauzi menuturkan, 81 orang pengungsi itu sebelumnya mendarat di Pulau Idaman, di Desa Kuala Simpang Ulim, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur pada Jumat (4/6) pagi.
Sebelumnya mereka juga sudah menjalani swab antigen serta screening kesehatan dan divaksin. "Kami untuk lokasi pengungsian di Aceh Timur, tak ada. Setelah koordinasi dengan badan dunia UNHCR dan IOM, mereka menyiapkan tempat dan lokasi penampungan," katanya.
Kepada wartawan, Programme Coordinator IOM, Sonya S. Wallenta menjelaskan, para pengungsi dipindahkan dari Aceh Timur ke Medan atas hasil rekomendasi Satgas Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) Pusat dan Pemerintah Kota Medan serta Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.
"Direkomendasikan, pengungsi itu untuk segera dipindahkan ke Medan, di bawah akomodasi yang dikelola IOM," katanya.
ADVERTISEMENT
Para pengungsi itu sudah dilakukan tes kesehatan untuk meyakinkan apakah mereka bisa berangkat dalam keadaan sehat dan sebagai syarat yang diberlakukan di Medan, yakni dengan tes antigen.
"Seperti dilihat di sini, ini adalah daerah isolasi mandiri selama 2 minggu. Maka kita sewakan di sini, sebelum dimasukkan ke dalam akomodiasi yang dikelola IOM," katanya.
Setelah diregistrasi, mereka nanti akan dimasukkan ke dalam daftar pengungsi yang diidentifikasi oleh UNHCR sebagai pengungsi luar negeri berbangsa Myanmar dan etnis Rohingnya. Mereka akan menerima seperti halnya pengungsi lainnya.
"(seperti) pendidikan non formal untuk anak-anak dan orang dewasa berupa pelatihan keterampilan. Setiap bulan dapat bantuan biaya hidup di sini. Proses selanjutnya, itu tanggung jawab UNHCR," katanya.
ADVERTISEMENT
Setiap bulan atau dua bulan, pihaknya memberangkatkan pengungsi ke tempat asal atau negara ketiga yang sudah bersedia menampung. Proses tersebut menurutnya terus berlangsung hingga administrasinya selesai.
"Angka pastinya tak bisa ingat. Tahun ini aja lebih dari 200 orang ada yang dipulangkan, karena ingin pulang, dan ke negara ketiga," katanya.
Muhammad Ilyasm salah satu pengungsi Rohongnya menjelaskan, dari Bangladesh jumlah pengungsi sebanyak 90 orang. Di perjalanan, 8 di antaranya meninggal dunia dan 1 orang terjun ke laut. Mereka berangkat pada bulan Februari dan tiba di Indonesia (Pulau Idaman) pada Jumat (4/6).
Kapal mereka sempat mati dan rusak. Kemudian diberi (tumpangan) kapal besar oleh India untuk melakukan perjalanan dan tidak bisa masuk ke Malaysia yang sedang lockdown. Hingga akhirnya mereka diturunkan di Indonesia yakni di Pulau Idaman.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya kemana negara mana yang mereka tuju, dia menjawab dengan singkat. "Australia boleh, Amerika boleh, Malaysia boleh," katanya. | SUMUT NEWS