Budidaya Pembenihan Bawang Merah Lebih Menguntungkan

Konten Media Partner
11 Maret 2019 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budidaya Pembenihan Bawang Merah Lebih Menguntungkan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
MEDAN, SumutNews.com | Sebagai bahan kebutuhan pokok konsumsi masyarakat, bawang merah selalu menjanjikan untuk dibudidayakan. Karena itu perbenihan bawang merah digalakkan. Kelurahan Rengas Pulau, di Kecamatan Medan Marelan, salah satu sentra produksi benih bawang merah saat ini sedang memasuki musim tanam (MT) I.
ADVERTISEMENT
Penangkar bawang merah, Sutikno mengatakan pertanamannya memang belum dalam skala luas oleh beberapa petani. Umumnya petani menanam bawang merah untuk dibenihkan, bukan untuk konsumsi karena pertimbangan harga. Bawang merah konsumsi harganya hanya Rp 25.000, sedangkan harga benih mulai dari Rp 40.000 – Rp 50.000 per kg.
Di lahan 1.000 meter per segi, dibutuhkan benih sebanyak 100 – 120 kg. Jika cuaca mendukung dan perawatan berhasil, panennya minimal bisa mencapai satu ton. Karena untuk dijadikan benih, maka dikeringkannya dan menyusut menjadi 800 kg. Selama ini berapapun yang dihasilkannya, terserap oleh pasar. Apalagi dia memiliki jaringan dengan Pemko Medan dan pihak-pihak lain sehingga untuk penelitian mahasiswa, misalnya, mengambil darinya.
Nilai lebih dari menjadi penangkar, bisa menjual bawang merah beserta daunnya. Bawang merah, sebagai benih bisa disimpan hingga kering selama dua bulan dan tidak membusuk, dijual beserta daunnya. Berbeda dengan bawang merah untuk konsumsi yang dijual tanpa daun. “Istilahnya, kalau benih, daun itu punya harga. Yang untuk konsumsi kan tidak. Jadi benih daun itu juga ikut ditimbang,” katanya, Senin (11/3/2019).
ADVERTISEMENT
Nilai lebih lainnya, penangkar bawang merah tidak terjerat oleh tengkulak. Harga ditentukan sendiri oleh penangkar. “Pemasaran oleh kita sendiri. Jadi petani langsung ke kita, tanpa melalui tengkulak. Itu lah nilai lebihnya lagi sebagai penangkar bawang merah. Tapi ya itu tadi, menjadi penangkar butuh kesabaran lebih,” katanya. “Menanam bawang merah akan sangat menguntungkan ketika di musim kemarau. Menangkarkan bawang merah pun demikian,” katanya.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Baharuddin Siregar mengatakan, bawang merah adalah salah satu komoditas pertanian yang sangat baik dikembangkan petani. Selama ini Sumatera Utara masih harus membeli benih sebanyak 500 ton dari Jawa. Padahal, potensi produksi benih bawang merah oleh petani cukup besar dan memungkinkan dilakukan oleh petani. “Bayangkan, harga benih itu Rp 40.000/kg, kita beli dari Jawa. Kenapa kita tak buat sendiri. Kita bisa,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Medan Tuntungan, beberapa waktu lalu berhasil menanam bawang merah. Dia memperkirakan panennya mencapai 9-10 ton/ha. Namun demikian petani harus terus meningkatkan kemampuannya dalam budi daya bawang merah. Baharuddin yang juga merupakan Kepala UPTD Benih Induk Hortikultura Gedung Johor, mengundang petani untuk datang melihat pertanaman bawang merah.
“Silakan datang melihat lah ke sana. Tak perlu jauh-jauh ke Jawa, karena kita saja malah kedatangan orang dari Thailand dan lain sebagainya untuk belajar,” katanya.
Di Medan sendiri, pengembangan bawang merah tahun 2018 dari bantuan sarana produksi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan di 6 kecamatan, yakni Medan Selayang, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Tuntungan, Medan Deli dan Medan Polonia.
ADVERTISEMENT
Bantuan tersebut berupa benih umbi dan biji (sachet). Namun bantuan benih umbi jauh lebih banyak, yakni untuk lahan seluas 15 hektare. Benihnya sebanyak 10.500 kg, pupuk organik 27.000 kg, pupuk NPK 4.500 kg, insektisida 75 liter dan fungisida 120 kg. Sedangkan benih biji hanya untuk lahan seluas 0,5 hektare, benihnya sebanyak 200 sachet, pupuk organik 15.000 kg, plastik sungkup 250 kg, insektisida 8 liter, fungisida 8 kg dan pupuk NPK 500 kg.