Cerita Kernet, Sopir dan Pengusaha atas Larangan Mudik Lebaran 2021

Konten Media Partner
4 Mei 2021 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Humas Bus Makmur, Tinton Hutapea. (Sumut News)
zoom-in-whitePerbesar
Humas Bus Makmur, Tinton Hutapea. (Sumut News)
ADVERTISEMENT
MEDAN | Dampak larangan mudik Lebaran 2021 dirasakan oleh kernet, sopir hingga pengusaha. Ketika penumpang sulit diharapkan, mereka mengandalkan pengiriman/ekspedisi barang sebagai pemasukan. Hari ini, keberangkatan terakhir bus membawa penumpang sebelum berlakunya larangan mudik mulai 6 - 17 Mei mendatang.
ADVERTISEMENT
Di pool bus Makmur dan Himalaya di Jalan Sisingamangaraja, pada Selasa (4/5) siang begitu lengang. Sangat berbeda dengan beberapa hari sebelumnya. Hanya ada dua bus yang terparkir di tempat tersebut. Sebelumnya kedua bus tersebut membawa sejumlah penumpang dari Pekanbaru.
Humas PT Makmur, Tinton Hutapea ketika ditemui di lokasi menjelaskan, hari ini adalah hari terakhir bus Makmur memberangkatkan penumpang ke Pekanbaru, Riau. Jumlah penumpangnya pun hanya sekitar 100 orang. Jumlah itu sangat kecil dibandingkan pada lebaran sebelum masa pandemi yang bisa mencapai ribuan orang.
"Hari ini terakhir. Setelah tanggal 6 semua bus di gudangkan. Pemudik, gak ada sama sekali. Biasa sepi. (yang ada) dari Riau ke Medan. Lumayan rame lah. Tapi kalau pengiriman barang ke Pekanbaru, Dumai, Kerinci, itu lumayan. Ada lonjakan sekitar 60 persen selama 2 hari ini," katanya.
Suasana di loket bus Makmur, di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Selasa (4/5).
Dijelaskannya, pihaknya sudah sejak jauh hari menolak keberangkatan di atas tanggal 6 - 17 Mei. "Paling kita berharap di ekspedisi (barang) aja lah. Gak ada lagi yang lain. Motor kita gak jalan. Keluhan, sudah pasti lah. Cuman mau gimana. Kalau motor gak jalan, otomatis pendapatan berkurang," katanya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskannya, sebelum masa pandemi, jumlah penumpang mudik mencapai ribuan. Kemudian saat pandemi, pada tahun 2020, turun 70 - 80 persen. Ditambah lagi tahun lalu, selama 3 bulan tidak ada operasional sama sekali. "Dulu penumpang seribuan lah. Sekarang, ya untuk dapat 100 orang saja sangat bersyukur kita," katanya.
Dijelaskannya, PT Makmur memiliki 50-an armada. Jumlah sopir, kernet dan lainnya, sekitar 200 orang. Kesemuanya mereka dengan adanya larangan beroperasi, terpaksa menganggur. "Nasib mereka, ya gak jalan. Cuma pimpinan pasti ada perhatiannya. Umumnya mereka itu kan pegawai lepas. Kalau berangkat baru ada uang. Tak ada berangkat ya tak ada," katanya.
Seorang penumpang, Ali Gepeng Rambe mengatakan, dia bersama keluarganya berangkat pada Senin (3/5/2021) dari Aceh menuju Pekanbaru. Dia terpaksa lebih cepat pulang karena mengetahui ada larangan transportasi membawa pemudik mulai dari 6 - 17 Mei. Dia sudah memimpikan mudik sejak setahun lalu.
Kernet bus Makmur, Oscar Sitanggang.
"Tahun lalu tak bisa mudik karena namanya COVID ada larangan. Adapun tahun ini boleh mudik dengan catatan mematuhi aturan pemerintah sebelum 6 - 17 Mei boleh mudilk. Hri ini terakhir. Nanti kami berangkat jam 6 sore dan jam 7 pagi sudah sampai di sana," katanya.
ADVERTISEMENT
Ditemui di gudang bus Makmur di Jalan STM, Oscar Sitanggang tanpak sibuk memperbaiki kaca spion bus yang bagian besinya berkarat. Dia mengikat di beberapa bagian dan kawat dan direkatkannya dengan tang. Dia mengaku sudah bekerja di bus Makmur sebagai kernet sejak 1985.
Ketika ditanya apa beda musim mudik sebelum pandemi dengan saat pandemi seperti sekarang ini. Menurutnya, perbedaan itu sangat terasa. "Sakit lah. Beda kali (dengan sebelum pandemi). Harapnnya ada dikasih bantuan lah. Tahun lalu ada dari perusahaan. Sembako dan uang setiap hari 100 ribu," katanya.
Utang tahun lalu belum lunas, harus berutang lagi
Sementara itu, Berlin Gultom, pada hari ini dia akan menjalankan bus terakhir sebelum menjadi 'pengangguran' selama dua minggu. Biasanya, dia membwa bus hampir setiap hari ke Pekanbaru. "Iya ini mau ke Pekanbaru. Hari terakhir bekerja karena dari tanggal 6 Mei sampai 17, tak boleh operasinal. Jadi setelah tanggal 6 kita nganggur lagi," katanya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskannya, larangan operasional ini sangat memberatkan semua yang bekerja di sektor transportasi. Menurutnya, mulai dari kernet, sopir sampai pengusahanya merasakan dampak larangan operasi. Dijelaskannya, tahun lalu bus tak beroperasi selama 3 bulan, dimulai sebelum memasuki bulan puasa.
"Sekarang ini, 2 minggu sebelum lebaran diberhentikan. Jadi sangat kecera. Ibarat padi, ini panen. Ada rejeki lebih dari hari biasanya. Dulu banyak cara kami lakukan, jual barang, utang dan belum terbayar utang itu, belum lunas, udah harus berutang lagi. Tak tahu lah ekonomi hari esok," katanya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan larangan mudik Lebaran 2021 mulai 6 - 17 Mei 2021. Warga dilarang mudik atau bepergian ke luar kota pada periode tersebut guna meminimalisasi penularan Covid-19. | SUMUT NEWS
ADVERTISEMENT