Gubernur Sumut: Kendalikan Inflasi Seperti Menjaga Tensi

Konten Media Partner
7 Oktober 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Sumut: Kendalikan Inflasi Seperti Menjaga Tensi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Laju inflasi kumulatif berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) se-Sumut hingga Agustus mencapai 5,40 % atau melebihi sasaran 4,50 %.
ADVERTISEMENT
Dimana, IHK Sibolga 4,96 %, Pematang Siantar 2,49 %, Medan 5,90 % dan Padangsidimpuan 2,95 %.
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengibaratkan menjaga laju inflasi seperti mengendalikan tensi darah di tubuh manusia.
Sehingga, dirinya meminta seluruh pihak bisa menggeluti persoalan harga komoditi tertentu, khususnya cabai merah, bawang, daging ayam dan lainnya.
"Ini seperti pengukur tensi. Tidak bisa tinggi, tak bisa juga di bawah," kata Edy dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Sumut, sekaligus pemberian penghargaan TPID Award kepada kabupaten/kota, di Hotel Polonia, Medan, Senin (7/10/2019).
Edy mengingatkan, bahwa persoalan inflasi tidak bisa dipisahkan dari urusan pangan rakyat. Sehingga seluruh pihak berkewajiban memikirkan dan mengurusi persoalan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bahkan, komoditi seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, daging ayam dan lainnya, yang sempat dikeluhkan masyarakat maupun para pedagang.
"Kenapa saya mau bicara cabai merah, karena ini sempat membuat kita naik tensi. Makanya kenapa kita bergelut soal ini. Karena itu juga saya ingin bertemu importir, bagaimana penjelasan mereka," ujarnya.
Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Siswo Widayat menyampaikan, tekanan inflasi masih memungkinkan muncul di November 2019. Sebab kebutuhan pangan yang terus ada, rentan menyumbang inflasi yang besar di tahun ini. Untuk Sumut, selain cabai merah yang tertinggi, ada juga komoditi pangan lain yang juga mempengaruhi.
“Kalau amannya, seperti cabai merah tidak boleh melebihi Rp42 ribu. Sehingga kalau bisa dikendalikan, inflasi kita bisa 4 persen,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskannya lagi, produksi cabai dan komoditi pangan lainnya, harus didata dengan baik. Sehingga bisa diproyeksikan dan diantisipasi. Sebab selama tidak ada data valid sebagai dasar analisis, tidak akan dapat diproyeksikan bagaimana langkah ke depan, khususnya menghadapi berbagai momentum seperti hari besar keagamaan. “Selama tidak ada itu (data), kita akan sulit mengantisipasi inflasi," pungkasnya.