Kisah Tim Dokter yang Berhasil Pisahkan Bayi Kembar Siam Adam dan Aris

Konten Media Partner
21 Januari 2021 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Erjan F, SpBA (K) menceritakan menceritakan kisah pemisahan bayi kembar siam sejak 1988 hingga yang terakhir Adam dan Aris pada Rabu (21/1). Foto : Sumut News
zoom-in-whitePerbesar
dr. Erjan F, SpBA (K) menceritakan menceritakan kisah pemisahan bayi kembar siam sejak 1988 hingga yang terakhir Adam dan Aris pada Rabu (21/1). Foto : Sumut News
ADVERTISEMENT
MEDAN | Keberhasilan pemisahan bayi kembar siam Adam dan Aris oleh tim dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik mengingatkan pada operasi yang sama pada 1988 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi, Medan. dr. Erjan F, SpBA (K) menceritakan kisahnya kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
Dikatakannya, operasi itu dilaukan oleh Prof. Suwandi yang disebutnya sebagai guru karena telah mendidiknya. "Tahun 1988 di Pirngadi. Adi Suhendra dan Adi Suhendri. Waktu itu saya masih koas (co-assistant). Mungkin itu juga lah yang bikin saya pengen jadi dokter bedah," katanya saat konferensi pers di gedung administrasi, Kamis (21/1).
Saat itu dia kagum dengan yang dilakukan oleh Prof. Suwandi. Dia pun terpacu untuk menjadi dokter bedah selanjutnya lebih spesifik pada bedah anak. Dia pun mendapat kesempatan didikan langsung dokter Asmui saat mengoperasi Mariana - Mariani.
Saat itu dia sedang sekolah di Bandung. Dia secara khusus dipanggil oleh dokter Asmui untuk membantu operasi kembar siam hingga pada operasi pemisahan Sahira dan Fahira. Saat itu dirinya masih gamang namun terus disemangati rekan-rekannya.
ADVERTISEMENT
"Semangat dipompa oleh Prof, direktur dan rekan-rekan, akhirnya alhamdulillah, Sahira-Fahira dan Adam - Malik hasilnya baik," katanya.
Operasi Adam dan Aris, hampir 10 jam. Secara teoretis, takaran pembiusan dan tindakan akan lebih banyak memancing reaksi inflamasi tapi itu tidak bisa dielakkan karena kondisi livernya yang lebih tebal sehingga lebih lama harus memisahnya.
"Dan yang sulit liver ini seperti gabus, tidak mudah dihentikan pendarahannya. Segala macam disiapkan sehingga walaupun begitu lebar yang harus kami belah, ada sekitar 6x8 cm atau 9 cm itu semua pendarahannya hebat. Tapi didukung alat, Alhamdulillah pelan-pelan dapat diselesaikan " katanya.
Dikatakannya, dalam operasi ini melibatkan para dokter anastesi, bedah plastik dan lainnya. "Dokter utama dan dr Frank ahli bedah plastik, desainer kita ini. Kalau tidak didesain, sudah dibuka perutnya tak bisa tertutup, percuma juga kita pisah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, operasi ini tak ada apa-apanya jika nantinya terjadi perburukan atau komplikasi. Tim dokter lah yang menjaga dari mulai obat anti biotik, cairan, sangat-sangat optimal. Tentunya tidak terlepas perawat-perawat yang mengawal kami semua. Ini belum setengah jalan. Masih panjang.
Direktur Utama RSUP H. Adam Malik, dr. Zainal Safri, Sp.PD-KKV, Sp.JP (K) menjelaskan, Adam dan Aris dirawat di RSUP Haji Adam Malik sejak kelahirannya pada 9 Desember 2019. Seperti pada operasi bayi kembar siam sebelumnya, ditanggung biayanya oleh pemerintah melalui RSUP Haji Adam Malik.
"Memang kita rawat cukup lama, 12 bulan. Seperti yang dulu-dulu juga, memang ini kita tanggung biayanya. (oleh) pemerintah lewat (RSUP) Adam Malik menanggung," katanya.
ADVERTISEMENT
Pasangan Nur Rahmawati (26) dan Supono (32) tak bisa menahan tangisnya. Dia berulangkali mengucapkan terima kasih kepada pihak rumah sakit, tim dokter, perawat dan lainnya yang ikut serta dalam operasi pemisahan kedua anaknya.
"Saya sangat senang karena akhirnya anak saya berhasil dipisahkan. Terima kasih banyak kepada semua yang ikut serta operasi anak saya," ujar Nur Rahmawati sesenggukan.
Selama proses operasi pemisahan, Nur mengaku hatinya tidak tenang. Apalagi sampai sekarang dia belum bisa melihat kedua anaknya. "Saya belum lihat. Terakhir ketemunya saat mau operasi. Selama 10 jam tak tenang hati. Pengen banget ketemu," ujarnya.
Sekretaris Tim Penanganan Bayi Kembar Siam, dr. Rizky Adriansyah SpA (K) menjelaskan, bukan hanya orangtua yang dibatasi, tenaga (kesehatan) yang keluar masuk, juga diatur sesuai dengan kepentingannya.
ADVERTISEMENT
"Mohon maaf kami. Bukan hanya orangtua yang kami batasi. Ini terkait mencegah infeksi dan risiko yang lain. Tapi kita tetap monitoring, obat-obatan sesuai protokol kita tetap diberikan, informasi diberikan rutin ke orangtua. (kapan boleh ketemu), nanti diinformasikan," katanya. | SUMUT NEWS