Menangani Serangan Hama dan Penyakit Pada Kopi

Konten Media Partner
7 Maret 2019 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Hama pada tanaman kopi
MEDAN, SumutNews.com | Serangan hama pada tanaman kopi jika tidak dikendalikan bisa merugikan petani. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan saat serangan hamanya muncul. Utema Silan dari UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara menyebutkan bahwa serangan hama yang umum terjadi pada kopi adalah pada akar, batang dan buah.
ADVERTISEMENT
Serangan pada akar tanaman kopi, menurut Utema, Kamis (7/3/2019), bisa ditangani dengan pemberian Trichozia. Serangan pada akar bisa membuat pertumbuhan tanaman tidak baik. Sehingga jika muncul serangannya pemberian Trichozia bisa menjadi solusi. Kemudian, terhadap hama penggerek buah kopi dan penggerek batang, bisa ditangani dengan pemberian beauveria basiana ataupun metarozium.
Dijelaskannya, serangan pada buah disebabkan oleh ulat. Buah yang sudah dimakan ulat, tidak selalu terlihat. Busuknya buah akan terlihat ketika serangan sudah semakin parah. Zeuzera coffeae Nietner (Lepidoptera: Cossidae) atau disebut juga penggerek batang merah (red stem borer/red twig borer/red borer) merupakan salah satu hama penggerek batang kopi. Serangga ini menyebabkan kerusakan tanaman pada saat stadium larva.
Larva Z. coffeae umumnya membuat lubang gerekan pada bagian batang, tetapi dapat juga ditemukan pada bagian ranting/cabang tanaman kopi. Lubang yang terbentuk, semacam terowongan, mengakibatkan batang yang terserang menjadi rapuh/mudah patah, layu atau bahkan kering dan mati karena distribusi hara dan air terganggu.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar siklus hidup hama ini yang hidup di dalam batang atau cabang tanaman, pengendalian menggunakan pestisida yang bersifat racun kontak menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, diperlukan usaha Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menggunakan dua atau lebih teknik pengendalian dalam satu kesatuan, yang meliputi kultur teknis, biologi, mekanik/fisik dan kimia, untuk mencegah dampak kerusakan mencapai ambang batas ekonomis.
Utema menyarankan untuk menanganinya dengan beauveria basiana dan metarozium. Dengan begitu, serangga atau ulat tidak akan bisa berkembang biak dan mati. “Cara mengaplikasikannya, bisa disemprotkan ke batang dan buahnya,” katanya.
Di sisi ini, Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Herawaty mengatakan, sebagai upaya dukungan terhadap petani kopi, tahun ini ada program peremajaan kopi seluas 1.100 tersebut berada di Karo (100 ha), Mandailing Natal (100 ha) dan Humbang Hasundutan (800 ha).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, peremajaan kopi tersebut didukung dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Munculnya angka tersebut berdasarkan dari pengajuan pemerintah kabupaten yang mengirimkan e-proposal secara langsung ke pusat.
Dalam hal ini, posisi Dinas Perkebunan Sumut memverifikasi kesesuaian dan pencadangan lahan dengan komoditasnya. “Jadi mereka pemerintah kabupaten langsung ke pusat mengirimkan e-proposalnya. Kabupaten lain yang mau ada peremajaan, sebaiknya melakukan hal yang sama,” katanya.
Selain peremajaan, lanjut dia, tahun ini juga ada perluasan lahan kopi di Tapanuli Utara dan Toba Samosir, masing-masing 150 ha. Dia berharap, dengan adanya peremajaan, perluasan lahan, apalagi beberapa kabupaten sudah memiliki Sertifikat Identifikasi Geografis (SIG), dan adanya kebun benih sumber kopi di Tobasa, Taput dan Humbahas seluas 3 ha, produksi dan kualitas kopi Sumut juga meningkat lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Data Statistik Perkebunan 2017, dari Dinas Perkebunan Sumatera Utara, perkebunan rakyat untuk kopi Arabika di Sumut seluas 70.199,92 hektare dengan produksi 55.155,09 ton. Berbeda dari kopi Arabika, kopi robusta ditanam oleh rakyat dan perkebunan besar swasta nasional (PBSN).
Dari data statistik tersebut tercatat, kopi robusta seluas 18.942,17 hektare dengan produksi 8.484,72 ton. Ditambah dengan pertanaman oleh kebun milik PBSN seluas 1.098,96 hektare dengan produksi 904,67. Sehingga jika ditotal, luas kebun robusta seluas 20.041,13 hektare dengan produksi 9.389,3 ton.
Dari data yang sama, kopi robusta ditanam di 15 kabupaten dengan rincian, 1.537,15 hektare tanaman belum menghasilkan (TBM), 10.828,95 hektare tanaman menghasilkan (TM), dan 6.576,07 hektare tanaman tua menghasilkan (TTM). Kopi robusta ini dibudidayakan oleh 21.799 kepala keluarga (KK).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kopi arabika ditanam di 12 kabupaten dengan rincian 14.704,22 hektare (TBM), 51.195,84 hektare (TM) dan 4.299,86 hektare (TTM). Kopi Arabika dibudidayakan oleh 111.487 kepala keluarga (KK).