Hikmah buat Kita di Balik Baik-Buruk Performa Matthijs de Ligt

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
16 November 2019 9:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Matthijs de Ligt di laga Inter Milan vs Juventus. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
zoom-in-whitePerbesar
Matthijs de Ligt di laga Inter Milan vs Juventus. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
ADVERTISEMENT
Matthijs de Ligt dibeli oleh Juventus dari Ajax Amsterdam dengan harga yang tidak murah, yakni 75 juta euro. Namun pada awal musim, De Ligt tidak menyajikan performa yang menjanjikan bersama Bianconeri, malah lebih akrab dengan blunder.
ADVERTISEMENT
Deretan blunder itu adalah sebagai berikut:
1) Mencetak gol bunuh diri saat menghadapi Inter Milan di ajang pramusim.
2) Tampil buruk hingga berakibat Juventus kebobolan 3 gol saat melawan Napoli di Serie A pada awal September.
3) Kehilangan konsentrasi yang berakibat Juventus kebobolan 2 gol saat kontra Atletico Madrid di laga perdana Liga Champions.
4) Melakukan eror berujung penalti saat Juventus menang 2-1 atas Inter di Serie A pada awal Oktober.
De Ligt mengaku masih beradaptasi. Bek 20 tahun ini mengaku perlu meningkatkan performanya. Bisa dibilang, performa buruk De Ligt muncul gara-gara dia tak bermain seperti saat di Ajax dulu.
Saat di Ajax, De Ligt lebih sering ditempatkan sebagai bek tengah yang lebih condong ke kanan. Gaya bertahannya adalah melakukan man-marking ketika pemain masuk ke areanya, juga agar De Ligt sendiri tidak terlepas dari posisinya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, di Juventus, De Ligt juga dimainkan pada posisi yang sama dengan saat dia masih di Ajax. Masalahnya, bek tandem De Ligt di Juventus sejauh ini adalah Leonardo Bonucci, yang kerap salah dalam pemosisian diri.
Akhirnya, De Ligt merasa wajib untuk mengover Bonucci --yang posisinya condong ke kiri-- ketika eks bek AC Milan itu salah posisi. Alih-alih hasilnya baik, malah De Ligt yang berulang kali melakukan kesalahan.
Leonardo Bonucci, kapten interim Juventus. Foto: AFP/Javier Soriano
Namun kini, pria kelahiran Leiderdorp, Belanda, ini mengaku sudah mendapat pelajaran dari kesalahan demi kesalahan yang dilakukannya. Kuncinya satu: De Ligt harus jadi diri sendiri.
"Pelajaran terpenting yang saya dapat di Juventus, hingga saat ini, adalah tetap menjadi diri saya sendiri. Belakangan ini, saya terlalu fokus agar tidak membuat kesalahan. Seharusnya tidak seperti itu," ungkapnya kepada Football Italia.
ADVERTISEMENT
Pelan tapi pasti, De Ligt mulai memberikan bukti bahwa dia pantas dilabeli dengan harga selangit. Dia mengklaim bahwa telah bermain apik di dua laga teranyar.
"Kritikan yang kuterima hanya sebentar. Aku bermain bagus saat menghadapi Milan dan mencetak gol kemenangan ke gawang Torino pada laga derbi. Itu adalah momen yang indah dan aku merasa bahagia," ujar De Ligt kepada NOS Voetbal.
Matthijs de Ligt. Foto: AFP/Isabella Bonotto
Baik-buruk performa Matthijs de Ligt ini mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua. Terutama buat kamu-kamu yang sudah memasuki dunia kerja.
Kerja aja yang bener. Jadi diri sendiri, enggak usah kebanyakan pencitraan dan jaga image, bahkan sok-sok-an jadi ‘pahlawan kesiangan’ untuk membela rekan kerja (yang bikin kesalahan).
ADVERTISEMENT
Percayalah, kesalahan bakal datang dengan sendirinya, meski kamu sudah berusaha untuk hati-hati. Itu kuncinya. Lebih baik jadi diri sendiri.
Lihat saja De Ligt. Gara-gara terlalu takut membuat kesalahan, dia tidak bermain 'serapi' saat dia di Ajax dulu. Cuma karena ingin mengover Bonucci yang suka salah posisi.
Ini ibaratnya kamu terlalu banyak mengover pekerjaan rekanmu, yang sebenarnya bukan bagianmu, hingga akhirnya terjadi kesalahan. Tapi karena kamu yang di situ, ya, kamu yang kena omel atasan, bukan rekanmu yang kerjanya ngaco itu.
Andai De Ligt tetap fokus saja pada tugasnya, maka bisa jadi performanya bakal lebih baik. Tidak akan banyak blunder dan gawang Juventus bisa lebih aman.
Namun di sisi lain, enggak ada jaminan gawang Juventus bakal aman 100 persen. Juventus juga tetap bisa kebobolan, meski performa sudah De Ligt lebih baik.
ADVERTISEMENT
Tentu kemungkinan itu ada. Tapi kalaupun itu terjadi, ya, mungkin itu bukan akibat kesalahan De Ligt, melainkan kesalahan Bonucci atau pemain lain.
Intinya, sih, tetap kerjakan pekerjaanmu sesuai porsinya dan fokus. Kalaupun rekanmu yang kemudian bikin kesalahan, ya, itu salah dia, bukan sepenuhnya salahmu. Boleh sekali-kali bantu, tapi tetap tahu batasan dan porsi masing-masing.
Lantas, bagaimana kalau sudah fokus, sudah jadi diri sendiri, sudah bekerja sebaik mungkin tapi tetap bikin kesalahan? Ya, itu bisa jadi pengalaman saja untuk berkembang lebih baik lagi ke depannya --berlaku untuk kita, juga De Ligt.
-----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo, buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.
ADVERTISEMENT