Ketika Culture Shock Jadi Penghambat Karier Ciro Immobile di Jerman

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
15 November 2019 8:00 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyerang Lazio, Ciro Immobile. Foto: Reuters/Stefano Rellandini
zoom-in-whitePerbesar
Penyerang Lazio, Ciro Immobile. Foto: Reuters/Stefano Rellandini
ADVERTISEMENT
Gesit bergerak, andal menafsirkan ruang, punya tendangan akurat. Ini adalah tiga modal berharga yang harus dimiliki seorang penyerang.
ADVERTISEMENT
Kalau mampu menguasai ketiganya, percayalah, gol-gol bakal berdatangan, gaji berpotensi dinaikkan, dan mantan mungkin bakal ngajak balikan. Ehem.
Namun kenyataannya, enggak segampang itu. Ada faktor non-teknis yang bisa memengaruhi performa seorang pesepak bola, apa pun posisinya, termasuk penyerang.
Faktor itu ialah culture shock. Penyerang asal Italia, Ciro Immobile, adalah buktinya. Culture shock menjadi salah satu faktor penyebab 'kegagalan' kariernya di Jerman pada musim 2014/2015, ketika dia masih membela klub Bundesliga, Borussia Dortmund.
Tercatat, selama semusim membela Der BVB, Immobile hanya mencetak 10 gol dan tiga asis dari 34 laga lintas kompetisi. Apa penyebabnya?
Salah satu gara-garanya adalah karena penyerang yang kini membela SS Lazio itu tidak kerasan selama tinggal di Jerman. Menurutnya, orang Jerman enggak seramah orang Italia. Bahkan, Immobile sempat kesulitan belajar Bahasa Jerman.
ADVERTISEMENT
"(Kami) tidak mendapat bantuan, baik saya maupun keluarga saya. Kami harus berbagi kesalahan. Saya tidak tahu Bahasa Jerman dan saya mengharapkan lebih banyak bantuan dari rekan-rekan satu tim saya,” kata Immobile kepada El Pais, dilansir Goal.
Ciro Immobile saat berseragam Borussia Dortmund. Foto: Wikimedia Commons
Memang, sih, ada yang bilang bahwa berteman dengan orang Jerman itu enggak gampang. Baru kenalan beberapa jam, terus langsung mengaku teman itu enggak bisa di sana, bos.
Bayangin, cari teman aja susah, apalagi cari pacar? Makanya, di Jerman enggak ada film yang adegannya itu cewek lagi nyeberang, nyaris tertabrak angkot, terus di akhir film malah jadian sama supir angkotnya. Enggak ada.
Kenapa? Ya, karena di Jerman enggak ada angkot!
“Tapi, hei, Anda tidak bisa berharap untuk mengubah budaya suatu negara. Anda merasa buruk jika Anda tidak terbiasa dengan gaya hidup tertentu dan Bahasa Jerman adalah bahasa yang mustahil untuk dipelajari," lanjut Immobile.
ADVERTISEMENT
Betul banget. Kamu enggak bisa menuntut suatu negara untuk mengubah budayanya cuma demi kamu.
Kalau tinggal di negara yang orang-orangnya susah diajak berteman, ya, kita harus maklum.
Kalau tinggal di negara yang orang-orangnya suka ‘sok kenal sok dekat’ pun, ya, kita harus maklum.
Kalau tinggal di negara yang orang-orangnya suka jawab "OTW, nih, guys" pas ditanya "di mana?", tapi kenyataannya baru bangun tidur, mandi saja belum, ya, kita.... kayaknya pindah negara saja, deh.
Ehem. Balik lagi ke Immobile. Gara-gara tidak fasih berbahasa Jerman, orang-orang sempat mengira Immobile malas belajar Bahasa Jerman.
“Memang kenapa, sih, malas belajar Bahasa Jerman? Shombong ngamat!” kayak begitu kali ya, pikir orang-orang sono. Mungkin. Namun, Immobile menampik hal ini.
ADVERTISEMENT
“Bahwa saya mengganggu tetangga saya pagi-pagi, dan (lalu) istri saya dan saya menolak belajar Bahasa Jerman semuanya bohong. Bahasa Jerman sulit dipelajari, tetapi dengan (Juergen) Klopp setidaknya ada penerjemah. (Thomas) Tuchel (pelatih Dortmund setelah Klopp) membuatku ‘beku’ dan itu sulit dimengerti,” ujarnya kepada Kicker, dilansir Football-Italia.
Selain masalah bahasa, Immobile juga mengeluhkan culture shock lainnya. Jadi, kalau di Italia, tampaknya adalah hal yang lumrah mengundang teman atau rekan kerja untuk makan malam bersama. Namun, di Jerman tidak.
“Selama delapan bulan sejak saya di sini (saat diwawancara Immobile masih di Dortmund), tidak ada rekan setim yang mengundang saya ke rumahnya untuk makan malam," ujar Immobile kepada SportWeek, dilansir Bild.
Ah, kalau masalah ini, sih, jangankan Immobile, mahasiswa perantau yang indekos juga punya masalah serupa. Terutama di akhir bulan. Jangan ngarep ada yang ngajak makan bareng, yang ada malah ngajak puasa bareng. Enggak apa-apa lapar, yang penting dapat pahala!
Immobile kini jadi andalan Lazio. Foto: Max Rossi/Reuters
Kini, Immobile sudah kembali berkarier di Italia, menjadi penyerang andalan Lazio. Membela Biancoceleste sejak musim 2016/17, hingga kini dia sudah mencetak 102 gol dan 30 asis dari total 149 laga.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, musim 2017/18 masih tercatat sebagai musim tersuburnya. Saat itu, Immobile mencetak 29 g0l di Serie A, sehingga membuatnya terpilih sebagai top skor bersama Mauro Icardi. Sebelumnya, saat membela Torino pada musim 2013/14, dia juga pernah jadi top skor Serie A dengan torehan 22 gol.
Sementara itu, dia juga menjadi top skor di Liga Europa 2017/18 dengan catatan delapan gol. Jumlah itu sama dengan jumlah gol penyerang Athletic Bilbao, Aritz Aduriz.
Selain gelar individu, pemain binaan Juventus ini juga telah mempersembahkan dua trofi untuk skuat Simone Inzaghi: Supercoppa Italiana 2017 dan Coppa Italia 2018/19.
Pada akhirnya, benar kata pepatah, "lebih baik hujan emas di negeri sendiri, daripada hujan batu di negeri orang".
ADVERTISEMENT
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo, buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.