Lirik Allegri, Bayern Muenchen Enggak Kapok dengan Pelatih Italia?

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
5 November 2019 17:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Massimiliano Allegri. Foto: AFP/Isabella Bonotto
zoom-in-whitePerbesar
Massimiliano Allegri. Foto: AFP/Isabella Bonotto
ADVERTISEMENT
Bayern Muenchen baru saja berpisah jalan dengan Niko Kovac Pelatih asal Kroasia itu mendapatkan sorotan karena penampilan inkonsisten Die Roten musim ini, yang puncaknya adalah kekalahan 1-5 dari tuan rumah Eintracht Frankfurt di Bundesliga pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Hasil itu membikin Bayern kini duduk di peringkat empat klasemen dengan koleksi 18 poin, berjarak empat poin dari Borussia Monchengladbach si pemuncak klasemen.
Padahal, musim lalu Kovac mampu membawa skuat pujaan publik Allianz Arena itu meraih gelar ganda (Bundesliga dan DFB-Pokal), lho. Bahkan di awal musim, Kovac mampu mempersembahkan trofi DFL-Supercup.
Niko Kovac diguyur bir oleh Arjen Robben dalam pesta juara Bundesliga Bayern Muenchen. Foto: Reuters/Kai Pfaffenbach
Tapi begitulah Bayern. Kepuasan bagi Bayern itu beda dengan kepuasan klub-klub lain.
Bayangkan, andai klub-klub semenjana macam FC Koeln, Augsburg, hingga Mainz 05 bisa berprestasi seperti itu. Sudah pasti mereka bakal berpesta semalam suntuk. Tumpengan dan potong kambing kalau perlu.
Begini, bagi Bayern, trofi Bundesliga dan DFB-Pokal itu ibarat steak sapi. Enggak semua orang mampu makan itu sering-sering, tetapi mereka mampu.
ADVERTISEMENT
Tapi karena sudah keseringan, mereka jadi bosan, pengin makan sesuatu yang lebih langka. Unta bakar, misalnya, dan itu bisa diibaratkan sebagai trofi Liga Champions.
Trofi Liga Champions. Foto: Gabriel Bouys/AFP
Demi bisa menggamit trofi Liga Champions dan tetap mengamankan trofi domestik, beberapa nama kini dikait-kaitkan untuk menjadi nakhoda baru bagi Manuel Neuer dan kolega. Salah satunya, juru taktik asal Italia, Massimiliano Allegri.
Memang, Allegri kini sedang menganggur usai kontraknya tak diperpanjang oleh Juventus. Namun, apakah pelatih berusia 52 tahun itu adalah sosok yang tepat untuk Bayern?
Di atas kertas, Juventus dan Bayern punya satu kesamaan: Sama-sama klub yang sangat dominan di kompetisi domestik. Selama melatih 'Si Nyonya Tua', Allegri mampu memenangkan lima scudetto Serie A, empat trofi Coppa Italia, dan dua Supercoppa Italiana.
ADVERTISEMENT
Jadi semestinya, Allegri sudah tak 'alergi' menangani klub berstatus penguasa. Namun masalahnya, kalau menargetkan trofi Liga Champions, apakah Allegri adalah pilihan yang tepat?
Sebab, dalam lima musim kepemimpinannya, skuat Juventus asuhannya dua kali gagal di final Liga Champions. Memang, sih, tim yang mengalahkan mereka di final adalah Barcelona FC dan Real Madrid tapi sebenarnya materi skuat besutannya enggak jelek-jelek amat, kok.
Pada final tahun 2015, Bianconeri diperkuat Andrea Pirlo, Paul Pogba, Arturo Vidal, hingga Carlos Tevez. Dua tahun berselang, nama-nama seperti Mario Mandzukic, Gonzalo Higuain, Paolo Dybala, hingga Miralem Pjanic menghiasi skuat Juventus.
Tak ada gelar juara Liga Champions untuk Allegri bersama Juventus. Foto: Marco Bertorello / AFP
Jadi, apakah tepat memilih Allegri untuk mengincar trofi Liga Champions?
By the way, kalau bicara soal pelatih asal 'Negeri Pizza', Bayern juga dulu pernah dilatih oleh Giovanni Trapattoni dan Carlo Ancelotti. Hasilnya? Ya, kalau buat 'standar Bayern', sih, kurang impresif.
Giovanni Trapattoni. Foto: AFP
Trapattoni menangani Bayern dalam dua periode berbeda. Pertama, pada musim 1994/95. Kala itu, 'Mr. Trap' gagal mempersembahkan gelar apa pun. Alhasil, ia dipecat usai semusim membesut Mehmet Scholl dan kolega.
ADVERTISEMENT
Kedua, pada musim 1996/97 hingga 1997/98. Selama dua musim itu, Trapattoni memberi Bayern tiga gelar, masing-masing satu Bundesliga, DFB Pokal, dan DFB-Ligapokal. Lebih baik, tapi tetap tak memuaskan.
Carlo Ancelotti. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
Pada musim 2016/2017, Bayern merekrut Carlo Ancelotti. Sosok pelatih yang disebut punya 'DNA Liga Champions'.
Wajar saja, sebab pelatih kelahiran 10 Juni 1959 itu sudah tiga kali merengkuh trofi 'Si Kuping Besar': Dua kali bersama AC Milan dan sekali bareng Real Madrid. Namun nyatanya, Ancelotti tak mampu membawa Bayern segarang Milan maupun Madrid pada masanya.
Ancelotti hanya mampu mempersembahkan satu trofi Bundesliga dan dua DFL-Supercup. Ia dipecat pada September 2017, menyusul kekalahan 3-0 timnya atas Paris Saint Germain di babak grup Liga Champions 2017/18.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, kalau benar jadi ke Bayern, akankah Allegri bisa bernasib lebih baik dari dua kolega senegaranya itu? Atau malah sama saja atau bahkan lebih buruk?
Bagaimana menurutmu?
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Baca syarat dan ketentuannya di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.