
Rezeki Roy Carroll: Jadi Korban PHP Dahulu, Diboyong Manchester United Kemudian
12 April 2020 13:44 WIB

ADVERTISEMENT
Dalam konteks apa pun, ditolak itu rasanya enggak enak. Sakit. Mau itu ditolak gebetan, kek; ditolak pas lamaran kerja, kek; bahkan juga di sepak bola. Roy Carroll tahu betul sakitnya ditolak, tetapi justru itu membawanya ke Manchester United.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2000/01, Carroll tampil gemilang untuk Wigan Athletic yang berlaga di Second Division (kompetisi liga level 3 Inggris). Buktinya, kiper asal Irlandia Utara itu mampu mencatatkan tak kurang dari 13 kali nirbobol.
Berkat kegemilangannya itu, The Latics berkesempatan melaju ke babak play-off untuk menggapai mimpi promosi ke First Division. Sayangnya, impian itu urung terwujud karena mereka dikalahkan Reading.
Carroll boleh jadi kecewa, tetapi tak ada alasan baginya untuk meratapi kegagalan itu hingga puluhan purnama. Sebab, terlepas dari prestasi Wigan, ada klub Premier League yang tertarik untuk memboyongnya.
Ibaratnya, usai jatuh terpeleset saat coba menaiki satu anak tangga, Carroll lalu berpeluang melahap dua anak tangga sekaligus. Usai gagal promosi ke First Division, eh, tahu-tahu kesempatan langsung lompat ke Premier League menghampirinya.
ADVERTISEMENT
Klub yang meminati jasanya itu adalah Leicester City. Jangan bayangkan itu adalah Leicester City yang beberapa musim lalu merajai Premier League. Kala itu, The Foxes cuma tim gurem. Namun tetap saja, mainnya di Premier League.
Wajar, jika Carroll antusias. "Rezeki anak soleh, nih", mungkin begitu pikirnya waktu itu.
Akan tetapi, antusiasme Carroll itu lantas berbuah ampas. Sudah tinggal selangkah lagi, tetapi transfer tersebut tak pernah terjadi.
"Aku sangat hampir bergabung dengan Leicester, ketika aku masih di Wigan. Semuanya telah disepakati. Kami telah bertemu dan setuju. Pada hari berikutnya, aku akan menandatangani [kontrak]," kata Carroll kepada Sport 24, dilansir Goal International.
"Namun kemudian, pada akhirnya, pelatih mereka, Peter Taylor, memberi tahuku bahwa mereka menginginkan kiper yang lebih berpengalaman dan mereka merekrut Ian Walker," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Bisa dibayangkan, enggak, tuh, bagaimana kecewanya seorang Roy Carroll? Pedih.
Kita enggak tahu 'kan, siapa tahu, nih, dia sudah cerita-cerita ke emak, bapak, dan keluarganya di kampung bahwa dia bakal main di Premier League, kompetisi level tertinggi di Inggris. Namun nyatanya, malah batal.
Akan tetapi, kesedihan Carroll itu nyatanya cuma berlangsung sebentar. Karena tak lama usai penolakan tersebut, dia ditelepon oleh seseorang yang tak terduga.
"Aku sangat kesal, tetapi itulah yang terjadi dalam sepak bola. Beberapa hari kemudian, Sir Alex Ferguson menelepon," kisahnya.
"Aku tidak bisa memercayainya. Kami berbicara di telepon selama dua jam. Dia bilang bahwa mereka telah memantaku selama dua tahun terakhir. Aku yang saat itu berusia berusia 23 tahun sangat gugup, tetapi juga sangat bahagia," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
"Aku berbicara dengan pelatih terbaik di dunia. Setelah setuju, aku akan bertemu rekan satu tim baru pada tiga minggu setelahnya. Sampai hari itu tiba, aku tidak bisa tidur," ujar sosok yang kini berusia 42 tahun itu.
Nah, rezeki memang sudah ada yang mengatur. Ternyata, 'jodohnya' Carroll di Premier League itu bukan tim gurem, melainkan kandidat juara. Siapa sangka, ternyata 'Setan Merah' juga sudah lama ngepoin dia.
Sulit dipercaya, sih, kalau Carroll enggak merinding atau minimal jantungnya berdebar saat tahu fakta itu. Bahkan Sir Alex langsung yang menelepon. Goks.
Pada akhirnya, Carroll benar-benar menjadi bagian dari sejarah Manchester United. Enggak di-PHP-in lagi dia. Carroll juga enggak perlu jauh-jauh angkat koper ke East Midlands, mengingat Wigan dan Man United sama-sama di wilayah Greater Manchester.
ADVERTISEMENT
Menghuni Old Trafford selama 2001-2005, Carroll turut berkontribusi dan menjadi saksi bagi Ryan Giggs dan kolega memenangi tiga trofi: Premier League, Piala FA, dan Community Shield.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi uang tunai Rp50.000.000. Buruan daftar di sini.