Usai Angkat Kaki dari Arsenal, Mereka Angkat Trofi Liga Champions

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
13 April 2020 19:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksi Aarom Ramsey saat melawan Inter Milan. Foto: Massimo Pinca/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Aarom Ramsey saat melawan Inter Milan. Foto: Massimo Pinca/REUTERS
ADVERTISEMENT
Para fan Arsenal berhak merasa sedih jika membaca pernyataan teranyar Aaron Ramsey. Katanya, salah satu alasan dia pindah ke Juventus adalah karena ingin menjuarai Liga Champions.
ADVERTISEMENT
“Alasan saya pindah ke Juventus adalah untuk memenangi trofi liga dan memperebutkan Liga Champions. Juventus adalah salah satu tim terbesar di Eropa. Ada beberapa klub yang menginginkan saya," kata Ramsey dalam sesi Instagram Live bersama penyanyi Niall Horan, dikutip dari Football Italia.
“Namun, saya terpikat oleh Juventus karena sejarah dan pemain yang mereka miliki. Mereka datang dan bertanya apakah saya ingin membantu mereka menjuarai Liga Champions. Saya ingin bersaing di semua kompetisi dan memenangi lebih dari satu trofi,” lanjut pria berusia 29 tahun itu.
Rasanya nyesek, enggak, sih? Seolah-olah, klub berjuluk The Gunners itu enggak bisa memenuhi ambisi gelandang asal Wales tersebut. Well, hmm.... Enggak salah-salah amat, sih.
ADVERTISEMENT
Trofi Liga Champions. Foto: Reuters/Pierre Albuoy
Nyatanya, memang ada sejumlah pesepak bola yang berhasil menjuarai Liga Champions usai meninggalkan Arsenal. Kebetulan? Entahlah, tetapi itulah kenyataannya. Siapa saja mereka?
Pertama, ada Sylvinho yang pernah membela Arsenal selama 1999-2001. Selama dua musim itu, si bek asal Brazil cuma sanggup membantu The Gunners menggamit satu trofi Community Shield.
Dia lalu hengkang ke La Liga, membela Celta Vigo. Namun nyatanya, klub asal Galicia itu hanyalah batu loncatan bagi Sylvinho untuk merengkuh nasib yang lebih baik. Pada 2004, dia merapat ke Catalunya, bergabung dengan Barcelona.
Sylvinho. Foto: MIGUEL RIOPA / AFP
Selanjutnya adalah sejarah. Pada final Liga Champions 2005/06, dari bangku cadangan, Sylvinho menyaksikan rekan-rekannya menekuk Arsenal 2-1.
Salah satu rekan setimnya yang berdiri di lapangan Stade de France dari awal hingga akhir laga adalah Giovanni van Bronckhorst. Asal tahu saja, bek asal Belanda itu juga eks pemain Arsenal (2001-2003).
Giovanni van Bronckhorst. Foto: DAMIEN MEYER / AFP
Pada musim 2008/09, Sylvinho mengulangi prestasi itu. Kala itu, dia bermain penuh, mengisi posisi bek kiri, sama seperti Van Bronckhorst pada tiga musim sebelumnya. Oh, iya, di laga ini, tidak ada Van Bronckhorst, karena dia sudah dilego ke Feyenoord.
ADVERTISEMENT
Hasil akhirnya, Blaugrana mengalahkan Manchester United dengan skor 2-0 di Stadio Olimpico. Sylvinho dua kali berpesta di partai puncak kompetisi paling bergengsi sejagad Eropa itu.
Eittss... Meski tak ada Van Bronckhorst, Sylvinho tetap bukan satu-satunya eks penggawa Arsenal yang membela Barcelona di final Liga Champions 2008/09. Ada juga nama Thierry Henry yang bermain selama 72 menit di laga kontra 'Setan Merah' tersebut.
Thierry Henry. Foto: JOSEP LAGO / AFP
Well, agak miris memang. Di Arsenal, Henry adalah raja gol. Meski pernah merengkuh gelar ganda pada musim 2001/02 dan status Invincibles plus gelar Premier League pada 2003/04, Henry nyatanya tetap tak puas.
Ada satu yang mengganjal, ada satu yang kurang: Gelar juara Liga Champions. Dan akhirnya kesampaian pada 2008/09. Namun mirisnya lagi, Henry memenanginya bersama Barcelona, tim yang mengalahkan skuat besutan Arsene Wenger yang dikapteninya pada 2005/06.
ADVERTISEMENT
Sekadar catatan, ada satu nama eks penggawa Arsenal lagi yang layak dikalungi medali juara pada musim 2008/09. Dia adalah Alexander Hleb. Namun, dalam laga final di Roma itu, dia tak main, tak ada juga di bangku cadangan.
Pemain Arsenal, Alexander Hleb. Foto: AFP / Carl De Souza
Ada lagi? Jangan lupakan Ashley Cole, dong. Pria Inggris itu adalah sosok penting di sisi kiri pertahanan Chelsea kala menjuarai Liga Champions 2011/12.
Sosok yang sempat digadang-gadang sebagai kapten masa depan Arsenal itu menjadi salah satu pemain kunci The Blues dalam laga kontra Bayern Muenchen di partai puncak Liga Champions.
Ashley Cole. Foto: CARL DE SOUZA / AFP
Enggak cuma bermain apik selama 120 menit, dia juga sukses menceploskan bola ke gawang Manuel Neuer. Allianz Arena pun membiru.
Masih ada lagi? Adaaaaa... Nih, yang teranyar adalah Alex Oxlade-Chamberlain. Baru juga musim lalu, gelandang asal Inggris itu berpesta bareng Liverpool di Wanda Metropolitano.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, khusus kepada Oxlade-Chamberlain, para fan Arsenal layak berterima kasih, bahkan mungkin juga ikut bergembira dengannya. Sebab, lawan yang ditaklukkan The Reds dengan skor 2-0 adalah Tottenham Hotspur.
Jordan Henderson memotret Alex Oxlade-Chamberlain dengan Perrie Edwards saat merayakan kemenanganFinal Liga Champions Foto: REUTERS/Carl Recine
Coba, mau taruh di mana itu muka para fan Arsenal andai Spurs yang jadi juara? Boleh jadi, mereka lebih rela mendoakan Oxlade-Chamberlain dan kolega mengangkat 'si Kuping Besar' ketimbang Harry Kane cs.
Gengsi, dong, masa 'si tetangga' juara Liga Champions duluan daripada Arsenal. Entah enggak ada bahan ceng-ceng-an lagi.
Jadi, apakah Aaron Ramsey bakal meneruskan jejak sukses para pendahulunya? Kita lihat saja.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi uang tunai Rp50.000.000. Buruan daftar di sini.
ADVERTISEMENT