Satu Tangan Membawa Impian

Suryo Nugroho
Atlet Parabadminton Indonesia
Konten dari Pengguna
27 September 2018 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suryo Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suryo Nugroho (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suryo Nugroho (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejak berusia 7 tahun saya sudah gemar bermain bulu tangkis. Waktu itu, saya adalah atlet cilik yang bercita-cita menjadi atlet sungguhan saat dewasa kelak.
ADVERTISEMENT
Cita-cita itu hampir pupus kala di kelas 5 SD, saya mengalami kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan lengan kiri ini diamputasi. Ya, amputasi. tidak ada cara lain.
Kalau ada orang bertanya, "Kamu ngedown enggak saat harus diamputasi?" Jawabannya, sangat ngedown. Tiga tahun sejak itu saya tidak pernah bermain bulu tangkis dan olah raga apapun lagi.
Dukungan orang-orang di sekitar saya lah yang membangkitkan semangat. Mereka bertanya, "Sampai kapan kamu kayak gini?" atau "Kamu dulu atlet masak sekarang enggak mau kembali ke dunia olahraga?" hingga "Sampai kapan mau di rumah terus?"
Saya berpikir, bisa jadi ketika kita mendapatkan musibah, itu bukan akhir dari segalanya. Mungkin karena hal itu kita bisa melakukan hal sama dengan cara yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dukungan itu juga datang dari pelatih saya sejak kecil yang rela tidur di rumah saya hanya untuk membujuk saya bermain lagi.
Saya memutuskan untuk berlatih lagi, bermain lagi.
Saya harus belajar hal paling dasar, yaitu keseimbangan. Saya harus beradaptasi. Sampai saat ini masih sulit tapi latihan membuatnya kebiasaan dan tertutupi.
Tahun 2009, saya memutuskan untuk kembali di NPC (National Paraylmpic Committee) Jawa Timur dan mulai ikut di Peparpenas (Pekan Paralympic Pelajar Nasional).
Alhamdulillah di 2 kejuaraan itu saya juara 1. Dan di tahun 2010 saya masuk ke Timnas untuk Asian Para Games di Guangzhuo, China.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2010, pertama kali datang ke sini, saya pakai ProTC, tangan palsu. Tapi teman-teman yang saya lihat kok enggak ada yang pakai tangan palsu. Mereka percaya diri dengan keadaan mereka. Malah kalau dilihat yang minder sendiri itu malah saya. Di situ mental saya kembali bangkit.
Tangan palsu itu udah enggak saya pakai lagi. Dulu, kalau latihan enggak dipakai kalau keluar rumah selain latihan tetap pakai. Cuman makin ke sini saya pikir lebih baik apa adanya, tidak menutupi kekurangan sekaligus kelebihan yang membawa saya ke posisi saat ini.
Saat ini Indonesia menempati peringkat tiga dunia. Peringkat pertama, Malaysia; peringkat kedua, Jepang. Nah, pasti kami akan bertemu lagi di Asian Para Games 2018 karena ini kan se-Asia pasti mereka juga berpartisipasi. Tapi, persiapan saya juga lebih siap untuk menghadapi mereka. Karena ini diadakan di Indonesia, kita main di rumah sendiri, banyak teman, saudara juga mendukung, jadi ekspektasinya lebih tinggi dan lebih semangat.
Suryo Nugroho (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suryo Nugroho (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Kalau ditanya lawan terberat, pasti saya akan jawab Malaysia. Kenapa? Sudah 9 kali bertemu, baru bisa menang 3 kali. Insya Allah selanjutnya saya bisa meneruskan momentum kemenangan ini.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam kejuaraan internasional dan nasional sudah saya ikuti, mulai dari pelarjar, peparnas, ASEAN Para games, Asian Para games, Asian Championship, World Championship. Jadi mungkin selanjutnya tahun 2020 di Tokyo.
Kalau ditanya sampai kapan saya akan meneruskan menjadi atlet, tentunya masih ingin lanjut karena di tahun 2020 umur saya pas 25, jadi mudah-mudahan bisa ikut mungkin 2 Paralympic lagi sampai tahun 2024. Mudah-mudahan diberi kesehatan terus untuk mengejar mimpi tersebut.
Saya berprestasi juga mau menunjukkan kepada ibu saya yang sudah meninggal. Pastinya beliau bangga meskipun tidak bisa melihat secara langsung.
Taufik Hidayat adalah idola saya sejak kecil. Mau ketemu, tapi mungkin belum rezekinya. Mau tanya-tanya dah pastinya dia akan memberikan motivasi yang lebih untuk saya. Semoga di momentum ini dia bisa nonton.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, di tahun 2015 bonusnya ASEAN Para Games sudah disamakan dengan yang normal. Jadi kami bisa lebih fokus berprestasi dan enggak khawatir dengan masa depan.
Oleh karena itu, saya mohon dukungannya untuk kami yang akan berlaga di Asian Para games, bukan hanya bulu tangkis tapi untuk semua cabang olahraga karena kami juga mewakili bangsa dan negara yang sama.
Terakhir, hal yang selalu saya ingat ketika saya jatuh adalah "Meskipun kamu berbeda dari sebelumnya kamu masih bisa berprestasi. Jadi enggak ada halangan untuk itu."
Itu yang masih saya ingat sampai sekarang. Dan akhirnya alhamdulillah saya masih bisa juara, dan masih bisa mewakili Indonesia.
ADVERTISEMENT