Salah Satu Program Televisi Mengandung Unsur Kekerasan

Konten dari Pengguna
29 April 2020 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sutan Pradhitya Juliansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Kekerasan Di Program Televisi. Foto: Shutterstock
Televisi menjadi saran media untuk mendapatkan sebuah informasi maupun edukasi. Banyak program yang mengandung informasi dan edukasi bagi masyarakat. Tak luput dari hal ini, ada pula program televisi yang hanya ingin mencari rating tinggi pada program, tidak memperhatikan dampaknya apabila tayangan program tersebut terus menerus dilihat oleh masyarakat, terutama anak-anak yang belum mampu memilih mana yang baik ataupun buruk.
ADVERTISEMENT
Program televisi “Karma Balik” sesuatu hal yang tidak logis dan tidak dapat dimengerti oleh penonton, karena mengandung hal-hal mistis yang tidak semua penonton mempercayainya. Televisi memiliki peran untuk menyajikan program yang mampu mendidik nilai pendidikan dan mampu menumbuhkan semangat belajar. Maka dari itu, televisi harus mempunyai kontrol dan berkewajiban dalam pengawasan terhadap tayangan yang dibuat.
Televisi dinilai sebagai media paling berpengaruh di Indonesia. Mengingat bahwa televisi merupakan media tanpa filter yang bisa dinikmati oleh semua kalangan tanpa segmentasi. Tidak mengherankan bahwa efek seperti media luas telah menarik begitu banyak perhatian dari orang tua, pendidik, ilmuan sosial, pemimpin agama, pejabat publik, dan siapa saja yang ingin memahami kebiasaan dan nilai-nilai masyarakat (Septiana, 2016: 242).
ADVERTISEMENT
Melalui etika tindakan komunikasi diarahkan memiliki maksud untuk bertindak secara bebas namun dapat dipertanggungjawabkan. Memang, etika dan hukum merupakan dua ranah yang berhimpitan. Intisari hukum berasal dari sebuah etika yang dikodifikasi oleh negara, keduanya merupakan bagian yang berkaitan dengan erat. Oleh karena itu, lembaga perorangan harus berpegang teguh terhadap etika. (Junaedi, 2019: 110)
Mistis merupakan sesuatu yang tidak rasional dan tidak terlihat, hanya orang-orang tertentu yang dapat bersentuhan langsung atau berkomunikasi dengan dunia mistis tersebut dengan cara yang tidak semua orang bisa. Mistis biasanya mengandung unsur syirik atau menduakan Allah. Karena memuliakan suatu kepercayaan yang dianggap leluhur dan kepercayaan-kepercayaan yang tidak masuk akal (Haskarmia, 2016: 237).
ADVERTISEMENT
Kekerasan dapat mengandung unsur mendominasi seseorang dengan orang lain dalam berbagai bentuk kekerasan baik kekerasan fisik, visual, psikologis bahkan penggunaan kekuatan (Astari, 2016: 18).
Bisa dibayangkan jika anak-anak menonton tayangan ini akan sangat tidak baik untuk perkembangannya. Tayangan ini menimbulkan ketakutan ketika masyarakat menonton tayangan ini. Tayangan tersebut juga menayangkan beberapa adegan kekerasan verbal ataupun non verbal. Hal ini akan ditirukan oleh anak-anak dalam perkembangannya. Contohnya pada tayagan “Karma Balik”, dengan tema tayangan yaitu “Sesajen untuk Kuntilanak” (Episode 10) di ANTV. Tayangan ini pada hari Kamis, 06 Maret 2020.
Gambar 1.1 Adegan Kekerasan "Karma Balik" 06 Maret 2020
Dalam episode 10 menghadirkan narusumber atau partisipan sepasang suami istri, dengan kasus internal rumah tangga yang memuncak dan penyelesaiannya berkaitan dengan cara-cara mistisisme. Terdapat pula dalam PPP SPS BAB I mengenai ketentuan umum. Pasal 1 ayat 27 perihal adegan mistik dan supranatural. BAB IX Pasal 14 ayat B dan C mengenai penghormatan terhadap hak privasi.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa pelanggaran yang ada dalam program tersebut, pasal 36 ayat 5 yang berbunyi isi siaran dilarang bersifat fitnah menghasut, menyesatkan dan/atau berbohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang, mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan. Diawal tayangan menampilkan adegan konflik suami istri di atas panggung. Keluh kesah suami dengan perubahan yang dialami sang istri serta banyak sesajen didalam rumahnya. Sepanjang tayangan berlangsung partisipan beberapa kali menunjukan perilaku tidak wajar, diantaranya berupa makian baik secara verbal ataupun lewat gesture (non verbal).
Hal seperti ini seharusnya tidak ditayangkan, dengan mudah akan ditirukan oleh penonton yang tidak bisa menyaring mana yang baik atau buruk. Kekerasan yang dilakukan partisipan alangkah baiknya disaring terlebih dahulu agar tayangan tidak mengandung unsur kekerasan. Televisi saran media yang luas dan banyak diminati, alangkah baiknya jika melakukan selektif lebih benar dalam penayangan program-program. Memilih program yang mengandung nilai manfaat dan edukasi yang baik untuk masyarakat serta anak-anak agar dapat dicontoh dengan baik.
ADVERTISEMENT




Sutan Pradhitya Juliansyah

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.