Antimo, Transformasi demi Penguasaan Pasar

Konten Media Partner
13 September 2019 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Antimo, Transformasi demi Penguasaan Pasar

Barokah Sri Utami, Direktur Utama PT Phapros Tbk.
zoom-in-whitePerbesar
Barokah Sri Utami, Direktur Utama PT Phapros Tbk.
ADVERTISEMENT
Merek Antimo menjadi top of mind ketika bicara tentang obat antimabuk perjalanan. Maklum, pangsa pasarnya 98% hingga saat ini, sementara pertumbuhan bisnisnya selalu dua digit (rata-rata 20% per tahun) sehingga menjadi salah satu kontributor utama Phapros (18-20%). Pertanyaannya, bagaimana merek yang lahir puluhan tahun lalu ini bisa mempertahankan eksistensinya dan tetap relevan dengan zaman, terutama bagi generasi milenial?
ADVERTISEMENT
Barokah Sri Utami, Direktur Utama PT Phapros Tbk., menjelaskan bahwa merek di bawah naungan perusahaannya itu justru semakin relevan sejalan dengan aktivitas traveling yang menjadi tren saat ini, baik untuk alasan bisnis, sekolah, maupun rekreasi. “Saat ini orang lebih mudah bergerak dari satu daerah ke daerah lainnya. Selama ada perjalanan, Antimo akan terus dibutuhkan. Kami melihat potensi itu memengaruhi besarnya pasar Antimo ke depan, karena memang khasiatnya untuk menyamankan perjalanan,” kata perempuan yang akrab disapa Emmy tersebut.
Walaupun demikian, Phapros tetap melakukan sejumlah transformasi agar bisa diterima oleh kalangan milenial. Sejak lima tahun lalu, Phapros mengembangkan merek Antimo sebagai umbrella brand sehingga Antimo tablet yang begitu melegenda kini tak sendiri lagi. Ia ditemani sejumlah produk jenis baru, antara lain Antimo Herbal dan Antimo sirup sachet untuk anak-anak. “Jadi, kami menambah konsumen dari awalnya hanya untuk dewasa, sekarang ada untuk anak-anak. Juga, Antimo Herbal, yang fungsinya untuk mencegah masuk angin,” kata Emmy.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, pada sisi manajemen, SDM Phapros di bidang obat over the counter (OTC) mayoritas berusia di bawah 30 tahun. Hal ini memang diupayakan supaya lebih akurat dalam merespons kondisi saat ini. Agar mereka jadi SDM andalan, dilakukan pengembangan SDM berkala, baik melalui pelatihan, FGD, maupun rotasi agar pengetahuan dan kompetensi mereka lengkap.
Menghadapi digitalisasi, Antimo mengadopsi cara meningkatkan brand awareness gaya milenial melalui media sosial, seperti YouTube, Instagram, dan Facebook, dengan menggandeng sejumlah influencer dan endorser. Di luar itu, mereka juga rutin mengadakan lomba foto dan kuis serta membagikan doorprize pada momen tertentu, seperti Lebaran dan liburan sekolah, antara lain lomba foto bersama-produk-Antimo yang menemani perjalanan.
Menjelang usia 50 tahun Antimo, Emmy mengungkapkan, akan ada rejuvenasi kemasan dan fitur lainnya. Termasuk, pada jingle Antimo yang legendaris: rencananya akan dibuat berbagai genre lagu agar mengena ke semua kalangan. Namun, menurutnya, hal ini masih dalam tahap persiapan karena perlu kehati-hatian dan ketelitian agar tidak menghilangkan benang merah Antimo. “(Tujuannya) supaya transformasi itu mempertajam diferensiasi Antimo. Kami ingin membawa Antimo bukan hanya sebagai suatu produk, tetapi produk ini menjadi bagian dari kehidupan perjalanan,” katanya menandaskan.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, upaya digitalisasi tersebut berdampak baik bagi merek yang menjadi tulang punggung perusahaan ini. Menurut Emmy, penggunaan big data memengaruhi pengambilan keputusan, yaitu bisa lebih cepat dan akurat, sehingga meningkatkan produktivitas. Ditambah pula, sejak Maret 2019 Phapros menjadi bagian dari Kimia Farma sehingga konsumen lebih mudah mendapatkan produk ini di berbagai apotek Kimia Farma.
Ke depan, Antimo menargetkan akan melakukan ekspor ke Nigeria, yang saat ini dalam proses registrasi. “Karena perjalanan itu dilakukan oleh semua orang di dunia dan mereka butuh kenyamanan saat perjalanan, kami memiliki target untuk ekspor,” Emmy menjelaskan. (*)
Reportase: Sri Niken Handayani