Covid dalam Pandangan Teologi Islam

Syafa Auliya
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Konten dari Pengguna
17 Desember 2021 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafa Auliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Covid dalam Teologi Islam- Virus Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia ( Foto: Pixabay )
zoom-in-whitePerbesar
Covid dalam Teologi Islam- Virus Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia ( Foto: Pixabay )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
OPINI - Covid-19 merupakan salah satu wabah yang perkembangan proses penularannya sangat cepat. Wabah ini menyebabkan kekhawatiran tersendiri pada kehidupan masyarakat. Kehidupan normal yang dijalani juga menimbulkan beberapa perubahan akibat adanya wabah covid. Seluruh golongan ikut ambil peran dalam menghentikan laju perkembangan dari adanya virus ini, segala cara dilakukan mulai dari penghentian aktivitas dengan keramaian berlebih termasuk beberapa tempat hiburan dan kegiatan beribadah di masjid. Semua kegiatan dihentikan dan dilakukan dari rumah dengan harapan dapat menghentikan adanya virus ini.
ADVERTISEMENT
Munculnya kabar mengenai virus covid-19 ini tentu menyebabkan rasa kemanusiaan kita tersentuh, melihatnya banyak korban jiwa yang ditimbulkan dari virus mematikan ini. Namun tidak hanya sampai disana, adanya virus covid-19 juga menyebabkan timbulnya sejarah perdebatan yang dilakukan oleh beberapa kaum terdahulu mengenai pemikiran teologi islam. Tentang bagaimana sesungguhnya peran Tuhan dalam mengatur keseluruhan yang terjadi baik pada diri manusia sendiri maupun pada proses kehidupan yang dilalui di muka bumi ini.
Masyarakat juga memaparkan beberapa argumen dan sanggahan mereka terhadap keinginannya untuk tetap melaksanakan salat berjamah di masjid meskipun kondisi disekitarnya sangat tidak memungkinkan. Tidak hanya itu, pendapat yang mereka ajukan ini tanpa disadari telah menyamakan pemikiran terhadap sebuah perdebatan teologi peradaban islam yang telah ada sejak dulu dan mungkin masih ada yang bertahan sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui dalam lintasan sejarah, beberapa aliran yang ada seakan-akan mencoba untuk masuk kepada ranah terdalam dari wilayah kepercayaan umat Islam, terutama pada saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) memutuskan untuk menunda kegiatan salat berjamaah di masjid sementara waktu. Dari beberapa tanggapan yang mereka lontarkan mengenai keputusan ini ternyata justru menimbulkan selisih paham dan perdebatan baik di media sosial maupun pada ruang-ruang publik yang ada, bahkan juga hampir menyentuh bagian wilayah paling mendasar dalam beragama yakni teologi.
Jika kita dapat memahami dan menelaah lebih jauh lagi, zaman modern yang berkembang saat ini juga dapat menjadi alasan tidak adanya umat islam yang secara dasar memahami serta menganut ajaran teologi yang mentah. Hal yang sama juga terjadi pada keseluruhan dari teologi yang mana dalam hal ini perkembangan dan dinamikanya telah menciptakan beragam pemahaman di tingkat awam.
ADVERTISEMENT
Itu terjadi ketika kita umat islam dihadapkan dengan pertanyaan dasar tentang sejauh mana sih Tuhan mengatur takdir pada diri setiap manusia di dunia? Seperti apakah peran Tuhan dalam menentukan segala proses perjalanan hidup manusia, ataukah justru manusia dapat memiliki peran tersendiri dalam merubah takdir yang telah ditentukan untuk mereka?
Beberapa pendapat dari beberapa kaum yang ada salah satunya kaum Jabariah yang berideologi fatalis, golongan mereka memandang bahwa segala hal yang terjadi pada diri manusia itu tidak ada sebab musabab dari manusia sendiri. Oleh karena itu, kaum neo Jabariah mengungkapkan bahwa manusia tidak perlu takut akan covid. Karena sesuatu yang berikatan dengan takdir kita, sesungguhnya itu semua telah tertulis bahkan jauh sebelum adanya alam semesta
ADVERTISEMENT
Namun sangat berbeda dengan Jabariah dalam menghadapi konteks semacam ini, kaum lainnya justru memberi kebebasan kepada manusia sendiri untuk mereka melakukan segala cara agar terhindar dan tidak terjangkit virus ini melalui ikhtiar dan do’a yang mereka lakukan. Jadi jika di kemudian hari terjadi suatu hal yang tidak diinginkan hal ini bukan merupakan kehendak Tuhan melainkan atas tidak adanya rasa kewaspadaan pada diri manusia.
Dalam pandangan Jabariah ekstrem, manusia justru tidak memiliki kekuatan untuk melakukan apapun di dunia ini. Keseluruhan yang telah terjadi dan yang akan terjadi ini telah ditentukan oleh Tuhan, dan kita sebagai manusia hanya perlu menjalani dengan suka rela. Pandangan aliran ini juga menjelaskan apabila seseorang teridentifikasi virus covid, itu karena memang telah digariskan oleh Tuhan dan bukan karena orang itu tidak waspada melainkan adanya campur tangan Tuhan dalam peristiwa hidupnya. Akibatnya, banyak manusia yang berselisih terhadap pandangan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Covid dalam Teologi Islam- Masker dan hand sanitizer dapat menghindari virus Covid-19 ( Foto: Pixabay )
Terlepas dari banyaknya perdebatan kaum Jabariah dan lainnya, dalam penanganan virus Covid dimasa sekarang ini, sudah semestinya masyarakat dapat memahami bahwa dalam menangani wabah ini tidak hanya cukup dengan do’a dan berserah diri, namun juga harus diingiri dengan beberapa upaya yang sangat serius dalam mencegah dan menghindari wabah mematikan ini. Sampai setidaknya tidak ada lagi kalimat yang beredar bahwa mereka hanya takut kepada Allah dan tidak takut terhadap Covid. Dalam hal ini manusia juga diharapkan dapat menggunakan akal pikiran yang mereka miliki dalam menjalani kehidupannya di dunia.
Menghadapi virus Covid-19 ini harus dimulai dari pencegahan diri sendiri tidak hanya menunggu takdir apa yang berpihak kepada kita, baik buruknya takdir yang kita terima setidaknya tetap harus ada ikhtiar yang kita lakukan. Salah satu usaha yang dapat kita perbuat ialah dengan menaati peraturan pemerintah seperti menerapkan sosial distancing, menggunakan masker, memakai hand sanitizer, tidak berkerumun dan jabat tangan dengan orang lain. Dengan adanya peraturan yang seperti ini, bukan pemerintah melarang kita melakukan kegiatan namun hal ini juga dilakukan demi keselamatan umat manusia di dunia.
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat dan sehat selalu.