Sosial Media: Selamat atau Celaka Bagi Mahasiswa

Syafa Auliya
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Konten dari Pengguna
28 Desember 2021 13:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafa Auliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa dan sosial media sulit dipisahkan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa dan sosial media sulit dipisahkan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mahasiswa dan media sosial adalah satu hal yang memiliki keterikatan antara satu dengan lainnya. Pengertian mahasiswa sendiri merupakan sebutan bagi mereka yang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang mana terdiri dari sekolah tinggi, akademik, atau yang paling sering kita kenal dengan sebutan Universitas. Sedangkan sosial media ialah salah satu bentuk media online yang dapat digunakan oleh para penggunanya untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi tanpa batas meskipun dalam kondisi dan jarak yang berjauhan.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, waktu tempuh mahasiswa dalam pendidikan disuatu Universitas ialah selam 4 tahun, namun tak sedikit pula yang berhasil lulus dengan jarak tempuh hanya 3,5 tahun. Hal ini ditentukan oleh kemampuan diri mahasiswa sendiri, tak heran jika banyak yang bersaing di bidang akademik dalam suatu Universitas.
Sebagai seorang mahasiswa kami memiliki hak dan kewajiban. Hak dalam mendapatkan pendidikan yang layak serta beberapa fasilitas yang telah disediakan, namun ada kewajiban yang harus terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa mahasiswa justru ingin meminta hak mereka tetapi lalai terhadap yang wajib mereka jalankan terlebih dahulu. Seperti pada salah satu mahasiswa, ia meminta hak atas fasilitas di Universitas yang ia pilih contohnya perpustakaan, dan beberapa fasilitas lainnya. Namun tanpa disadari ia belum melakukan apa yang seharusnya ia tuntaskan seperti membayar Uang Kuliah Tunggal dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswa apalagi di era yang serba canggih tidak terlepas dari adanya sosial media, entah menjadikannya sebagai media informasi, media hiburan, bahkan sebagai media pembelajaran. Maka tak heran jika banyak juga jika mahasiswa banyak yang menggunakan sosial media sebagai bahan untuk mereka mendapat sebuah informasi.
Mahasiswa lebih memilih buku digital (Foto: Pixabay)
Hal ini juga menyebabkan para mahasiswa kurang tertarik adanya buku, yang mana mereka lebih memilih bacaan dalam bentuk digital. Dalam sisi yang lain, menurunnya semangat membaca para mahasiswa sekarang ini ternyata telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kami menganggap dan juga menilai, penurunan semangat membaca ini disebabkan karena beberapa buku yang mulanya ditujukan kepada mahasiswa ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh kalangan mereka justru bahasa didalamnya tergolong berat dan kaku. Namun hal ini juga tak disalahkan, karena mahasiswa juga dituntut untuk berpikir kritis dan logis.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu saja, adanya sosial media juga dimanfaatkan oleh para mahasiswa sebagai wadah untuk mereka mendapatkan pekerjaan. Loh memang ada? Pekerjaan seperti apa yang mereka dapatkan? Seberapa besar pendapat yang mereka peroleh? Era globalisasi membuat pola pikir mahasiswa semakin berkembang, terutama dalam bidang mencari informasi. Contoh kecil saja mencari sumber penghasilan. Banyak kita temukan dalam sosial media sederhananya seperti endorsement dan pekerjaan seperti penyedia iklan, dan beberapa pekerjaan yang penghasilannya juga terbilang cukup menjanjikan jika kita mampu melakukannya dengan hasil yang sangat memuaskan.
Beberapa pandangan terhadap sosial media ternyata beragam. Sebagian menganggap munculnya sosial media dikalangan mahasiswa itu hal yang lumrah dan dibenarkan, namun juga banyak yang menganggap dampak dari sosial media ini menimbulkan perilaku buruk yang pada diri sebagian besar mahasiswa. Seperti pada beberapa kasus yang sedang marak saat ini banyak kasus pelecehan, penipuan, dan tindak kejahatan yang bermula dari sosial media. Akibatnya, banyak para mahasiswa yang terdampak dan bahkan tak sedikit pula yang justru sebagai dalang dibalik penipuan dan segala bentuk kejahatan yang ada.
ADVERTISEMENT
Masyarakat juga mengkhawatirkan apabila kejadian semacam ini dibiarkan dan dilewatkan begitu saja maka hal buruk kedepannya yang awalnya tidak kita diinginkan akan dengan mudah sekali ditimbulkan dengan perilaku buruk mahasiswa ini. Dalam contoh kecil saja dalam sebuah peristiwa demo antara mahasiswa dan beberapa anggota pemerintahan seperti DPR, mulanya mahasiswa melihat kabar yang beredar mengenai DPR yang menindas hak masyarakat sedangkan masyarakat telah menuntaskan kewajiban mereka melalui sosial media yang mereka miliki. Akhirnya gerakan anarkis yang diciptakan mahasiswa ini memancing keributan dan mengundang kelompok anarkis dari berbagai Universitas melalui video yang tersebar disosial media.
Perilaku anarkis mahasiswa meresahkan masyarakat (Foto: Pixabay)
Sangat disayangkan sekali bukan? Apabila adanya sosial media yang mulanya dapat digunakan para mahasiswa untuk membantu meringankan mereka dalam memperoleh informasi justru berujung pada tindak kriminal dan menimbulkan keributan serta menyebar luaskan tindak kejahatan. Lalu bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi masalah semacam ini? Apakah peran mereka berfungsi dalam kejadian anarkis yang mengkhawatirkan masyarakat semacam ini? Iya, peran pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini. Para petinggi pemerintah beserta jajarannya seharusnya dapat menghambat dan meredakan amarah dari para mahasiswa. Dengan cara yang bagaimana? Justru pertanyaan semacam ini akan diajukan oleh mahasiswa, mengapa mereka anarkis, mengapa mereka bersuara didepan pemerintah jika tidak ada yang mengusik mereka. Yang mulanya mahasiswa damai seketika amarahnya memuncak.
ADVERTISEMENT
Tersebarnya cuplikan mengenai aksi anarkis mahasiswa yang tersebar disegala sosial media ini menyebabkan masyarakat resah terhadap mahasiswa. Akibatnya mereka menganggap bahwa generasi muda penerus bangsa ini tidak peduli dan tidak mampu menjaga pertahanan bangsa sendiri. Kesalahpahaman yang tercipta juga menyebabkan mahasiswa mengambil kesempatan di dalam sosial media untuk mengadu domba antara jajaran pemerintah dan masyarakat dengan cara menyebarkan berita “hoax” tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa dengan inovatif berlebih dalam penggunaan sosial media, seharusnya dapat menggunakan dan mengaplikasikan sosial media yang ada sebaik-baiknya. Jika dapat diambil manfaat, sebenarnya banyak sekali manfaat dari sosial media yang belum kita ketahui secara mendalam. Nah, inilah tugas sebenarnya kita sebagai mahasiswa untuk menciptakan terobosan baru dalam sosial media yang telah ada. Memperbanyak jaringan komunitas yang bernilai positif agar mendapat pengalaman yang positif pula.
ADVERTISEMENT