Kisah Martabak King Amygos: dari Kekurangan Modal sampai Buka 16 Cabang di Jogja

Syafa Alya
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
22 Desember 2022 13:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafa Alya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Toko martabak King Amygos, Rabu (2/11/22). Foto: Syafa Alya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toko martabak King Amygos, Rabu (2/11/22). Foto: Syafa Alya/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada Dani di balik berdirinya toko Martabak King Amygos.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan bahwa nama tersebut dipilih karena memiliki arti tersendiri bagi Dani. Usaha ini sudah berdiri dari awal tahun 2010, sudah sekitar 12 tahun usaha martabak ini berjalan. Dani membuka cabang pertamanya pada tahun 2015. Saat ini di Yogyakarta sudah ada 16 cabang martabak King Amygos dengan total terdapat 32 karyawan. Dan saat ini omzet yang didapatkan perbulannya mencapai angka 400 juta dari total 16 cabang yang dimiliki. Seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin berkembang Dani pun mulai memudahkan para pelanggannya untuk memesan melalui aplikasi pesan antar seperti grabfood, gofood, dan shopeefood.
Dani merupakan anak pertama dari 11 bersaudara asal Tegal yang merantau ke Yogyakarta untuk memulai usaha kulinernya sebagai penjual martabak. Dani merantau ke Yogyakarta karena memang dirasa cocok untuk memulai usahanya karena kota ini memiliki perkembangan yang pesat di bidang kuliner. Usaha ini ada karena Dani ingin melanjutkan usaha yang sudah pernah dijalankan oleh orang tuanya atau bisa dibilang sebagai usaha turun-temurun dan juga lingkungan sekitarnya saat di Tegal banyak yang memiliki usaha martabak.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang membuat Dani menjadi tertarik untuk terjun ke dunia kuliner. Sebenarnya latar belakang Dani bukan di bidang kuliner melainkan teknisi komputer tetapi Dani memiliki keahlian di bidang kuliner. Orang tuanya pernah membuka usaha martabak di Jakarta pada tahun 1980-an tetapi bukan berarti usaha yang Dani lakukan saat ini milik orang tuanya karena Dani membangun usaha martabaknya dari awal.
Awal perjalanan usaha ini bermula dari tahun 2006. Dani sempat berjualan di Jakarta, tak bertahan sampai lama Dani akhirnya kembali ke kota asalnya Tegal. Sekitar akhir tahun 2009, Dani datang ke Yogyakarta untuk melakukan survei di beberapa tempat yang sekiranya cocok untuk berjualan. Saat Dani sudah memastikan dan meyakinkan hatinya untuk menetap di Yogyakarta, ia pun kembali ke Tegal untuk membawa barang dagangannya.
ADVERTISEMENT
Saat awal memulai berjualan martabak di Yogyakarta usahanya ini tidak laris. Dani pun berinisiatif untuk kembali mempelajari dan memperdalam ilmu tentang martabak di Jakarta. Selang beberapa waktu akhirnya Dani kembali ke Yogyakarta dan memutuskan untuk mengubah resep keluarganya yang turun-temurun menjadi resep yang baru. Lalu Dani membuka kembali usahanya dengan resep yang baru dan ternyata banyak yang menyukai martabaknya.
Usaha martabak yang Dani jalani ini mengalami jatuh bangun karena ia tidak memiliki modal yang cukup untuk membangun sebuah usaha. Dani hanya bermodal nekat tetapi memiliki tekad yang kuat, tetap yakin dan optimis jika suatu saat nanti usahanya akan berhasil. Bahkan Dani sempat dikejar-kejar oleh preman yang menagih uang. Kendaraan yang dipakai pun masih kredit. Banyak suka dan duka yang ia alami saat membuka usaha ini.
Pemilik usaha martabak King Amygos, Rabu (2/11/22). Foto: Syafa Alya/kumparan
Tetapi saat ini apa yang Dani inginkan sudah mulai tercapai satu-per satu karena kerja keras dan usahanya dalam mengembangkan bisnis martabak ini. Walaupun usaha ia ini sempat mengalami penurunan bahkan kerugian akibat pandemi covid-19, Dani tetap konsisten berjualan meskipun ada pembatasan jam buka karena Satuan Polisi Pamong Praja (SatPol PP) mengaharuskan ia untuk menutup toko pada jam 8 malam, sedangkan toko tersebut baru buka jam 5 sore. Namun, saat ini usahanya sudah mulai kembali stabil.
ADVERTISEMENT
"Saat terjadi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada awal tahun 2022-an, secara otomatis harga bahan pokok makanan pun ikut naik. Tetapi saya tetap tidak akan mengganti produk bahan yang biasa saya pakai ke produk yang lebih murah, karena saya ingin mejaga cita rasa khas dari martabak saya agar para pelanggan tidak beralih ke martabak lainnya," ujar Dani.
Untuk rencana kedepannya Dani tetap ingin mengembangkan usaha martabak King Amygos di Yogyakarta karena saat ini belum ada niatan untuk membuka cabang di kota lain. Tetapi Dani berhadap usaha miliknya dapat berkembang dengan luas hingga ke luar Kota Yogyakarta.