Dari Selfie ke Storytelling: Survei Potensi Kreativitas Remaja

Syahiduz Zaman
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2023 11:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahiduz Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Remaja melakukan selfie. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Remaja melakukan selfie. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era digital yang semakin berkembang, remaja menjadi pengguna aktif teknologi dengan akses tanpa batas ke informasi dan interaksi online. Namun, di balik gemerlapnya dunia maya, terdapat peluang besar untuk mengembangkan kreativitas melalui literasi digital. Kami telah melakukan survei sederhana menggunakan Google Form.
ADVERTISEMENT
Survei ini melibatkan 154 responden remaja yang mengungkapkan pentingnya literasi digital dalam memajukan kreativitas, mengintegrasikan teknologi sebagai alat ekspresi, dan merangkul potensi transformasi dari aktivitas selfie ke storytelling yang mendalam.
Konten digital memainkan peran penting dalam kehidupan remaja modern. Dalam survei ini, lebih dari 90% responden mengakui menggunakan perangkat teknologi setiap hari dan lebih dari 77% aktif di media sosial. Aktivitas seperti bermain game, berbagi konten kreatif, dan mengikuti kelas online menjadi rutinitas sehari-hari mereka.
Namun, penggunaan teknologi yang tidak terarah bisa berdampak negatif terhadap kreativitas, mengurangi waktu yang bisa digunakan untuk eksplorasi kreatif yang lebih dalam.
Pentingnya literasi digital dalam membentuk kreativitas remaja sangat tampak dalam persepsi mereka. Hingga 92% responden percaya bahwa kemampuan berpikir kreatif dan literasi digital saling terkait.
ADVERTISEMENT
Pandangan ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya kemampuan memilah informasi, menganalisis sumber, dan menggunakan alat digital untuk mendukung ide kreatif.
Dalam suasana informasi yang berlimpah, literasi digital muncul sebagai senjata yang membantu mengurai hoaks, memahami perspektif beragam, dan merangkul pandangan yang kritis.
Konsep storytelling. Foto: Shutterstock
Bukan hanya konsumen, remaja kini lebih berperan sebagai produsen konten. Sebanyak 84% responden mengungkapkan bahwa mereka pernah mencoba membuat konten kreatif online, seperti cerita, gambar, atau video. Ini adalah langkah positif menuju pemanfaatan teknologi sebagai alat ekspresi.
Dari selfie yang sekadar menunjukkan wajah menjadi storytelling yang mengungkapkan perasaan, pandangan, dan pengalaman. Dalam hal ini, literasi digital bukan hanya tentang mengoperasikan perangkat, tetapi juga menggali potensi kreatif melalui berbagai platform digital.
ADVERTISEMENT
Namun, dampak positif ini tidak terjadi dengan sendirinya. Hanya sekitar setengah dari responden yang merasa literasi digital telah membantu mereka dalam mengembangkan kreativitas.
Ini mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi belum selalu berdampak positif terhadap ekspresi kreatif, dan diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengintegrasikan literasi digital secara efektif.
Penting untuk mengajarkan remaja tentang sumber informasi yang dapat diandalkan, etika berbagi konten, serta cara menggunakan teknologi untuk menghasilkan karya yang bermakna.
Ketika ditanya mengenai jenis konten kreatif yang paling menarik, hasil survei ini mengungkapkan variasi minat yang menggembirakan. Lebih dari setengah responden tertarik pada menulis cerita atau puisi, menggambar atau melukis, dan berbagi video pendek.
Hal ini mencerminkan keinginan untuk menuangkan ide dan emosi melalui berbagai bentuk ekspresi. Namun, literasi digital harus memperhatikan diversifikasi minat ini dan mendukung semua bentuk kreativitas, bukan hanya yang populer dalam tren.
ADVERTISEMENT
Di sisi persepsi, hampir semua responden mengakui pentingnya literasi digital dalam mengembangkan kreativitas remaja. Kesadaran akan hubungan erat antara literasi digital dan potensi ekspresi kreatif semakin tumbuh di kalangan remaja.
Namun, sekitar 16% responden masih merasa netral atau kurang penting. Ini menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam mengajarkan literasi digital. Materi edukatif harus menghubungkan konsep literasi digital dengan manfaat yang nyata dalam pengembangan kreativitas.
Ilustrasi: Digital content creator. Foto: Shutterstock
Persepsi positif ini juga mencerminkan keyakinan bahwa literasi digital dapat memberdayakan remaja dalam menghasilkan konten bermakna.
Lebih dari 80% responden setuju bahwa literasi digital dapat membantu menghasilkan konten kreatif yang lebih berkualitas. Dengan alat digital yang semakin canggih, seperti alat pengeditan gambar dan video, remaja memiliki peluang lebih besar untuk menciptakan karya yang menarik dan berdampak.
ADVERTISEMENT
Proses belajar literasi digital sebagian besar dilakukan secara mandiri, dengan mencari tutorial online dan bertanya kepada teman atau keluarga. Namun, sekitar 10% responden mengikuti kursus online, menunjukkan minat dalam pendekatan formal.
Ini memberi tahu kita bahwa pendidikan formal dapat memainkan peran penting dalam mengajarkan literasi digital yang lebih mendalam. Sekolah dan lembaga pendidikan harus merespons kebutuhan ini dengan kurikulum yang memadukan teknologi dengan literasi dan kreativitas.
Harapan dan aspirasi remaja terkait pengembangan kreativitas melalui literasi digital sangat mengesankan. Mayoritas responden menginginkan pengembangan kemampuan berpikir kreatif, kesempatan berbagi karya, dan cara baru untuk mengekspresikan diri. Namun, terdapat juga harapan untuk meningkatkan peluang karier di bidang kreatif. Ini mencerminkan potensi ekonomi yang semakin tumbuh dalam ekosistem digital.
ADVERTISEMENT
Melalui hasil survei ini, kita melihat bahwa literasi digital memiliki peran penting dalam merangkul potensi kreativitas remaja. Transformasi dari selfie yang sekadar menampilkan wajah menjadi storytelling yang mendalam merupakan contoh konkret bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dengan ekspresi kreatif.
Namun, perjalanan ini memerlukan upaya terus-menerus dalam mengajarkan literasi digital yang kuat, memperluas pilihan kreativitas, dan menghubungkannya dengan manfaat yang lebih besar bagi individu dan masyarakat.