Strategi SBY di 'Short-Term Campaign' untuk Prabowo-Sandi

Syahirul Alim
Penulis Lepas tentang agama, sosial, dan politik. Tinggal di Tangerang Selatan
Konten dari Pengguna
19 November 2018 15:25 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahirul Alim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SBY dan Prabowo. (Foto: Twitter @jansen_jsp)
zoom-in-whitePerbesar
SBY dan Prabowo. (Foto: Twitter @jansen_jsp)
ADVERTISEMENT
Isu-isu soal tak solidnya partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi tampaknya mulai ditepis oleh politisi ulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Demokrat, yang belakangan dinilai kebanyakan orang sebagai parpol 'setengah hati' dalam memberikan dukungan pada Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 mendatang, ternyata tak menunjukkan hal itu.
ADVERTISEMENT
SBY secara terang-terangan bahkan telah mempersiapkan strategi jitu yang baru akan di-launching pada Maret 2019. Pada jarak yang hanya satu bulan menjelang pemungutan suara, SBY tampaknya menerapkan strategi 'short-term campaign' yang tentu saja penuh intrik, kecakapan, dan keberanian.
Hal itu mengingat kampanye politik model ini cukup berat untuk menarik simpati masyarakat, terlebih Indonesia merupakan wilayah yang sangat luas, bahkan terpisah oleh pulau-pulau dengan jarak yang cukup jauh.
Kampanye politik sejauh ini selalu memakai cara-cara pemenangan dengan mengadopsi ilmu marketing karena memang politik sejatinya soal 'menjual produk' dan bagaimana setiap kandidat yang diusung sebagai produk politik mendapatkan pilihan di hati masyarakat konsumennya atau pemilihnya.
ADVERTISEMENT
Umumnya, untuk memperkenalkan produk politik, mesin-mesin partai lebih cenderung memakai strategi 'long-term campaign', karena biayanya relatif murah, tetapi efek politiknya cukup menjanjikan. Masa kampanye yang cukup panjang umumnya dimanfaatkan untuk mempromosikan para kandidat dengan menggerakkan mesin-mesin politik dan afiliasinya membangun citra positif bagi setiap kandidat yang diusungnya.
Jika SBY dengan mesin politik pendukungnya bertekad untuk berkampanye bagi pasangan Prabowo-Sandi di bulan Maret nanti, maka dipastikan ia memakai cara kampanye jangka pendek dengan biaya yang tentu saja tidak murah dan menerapkan strategi politik yang matang terukur.
Pidato Politik SBY di HUT Partai Demokrat (Foto: Abror Rizki/Partai Demokrat)
zoom-in-whitePerbesar
Pidato Politik SBY di HUT Partai Demokrat (Foto: Abror Rizki/Partai Demokrat)
Strategi kampanye ini jarang dipakai oleh banyak partai politik, kecuali memang kandidat yang diusung merupakan tokoh yang telah lebih dahulu dikenal publik. Saya kira, keberadaan Prabowo sebagai tokoh politik sudah cukup memiliki citra yang positif di tengah masyarakat Indonesia dan SBY hanya memerlukan semacam 'finishing touch' untuk mengubah citra kandidat menjadi semakin lekat di hati masyarakat.
ADVERTISEMENT
Saya kira tak perlu mengupas lebih jauh soal figur SBY yang memang masih menjadi bintang politik, bahkan sampai ada yang menyebutnya 'begawan politik' hingga 'master politik'. SBY dikenal sebagai politisi kawakan dan secara faktual sukses memenangkan dua kali pemilihan umum dan menjadi presiden RI selama dua periode.
Padahal semua tahu, SBY pada awalnya bukan siapa-siapa, tetapi strateginya yang jitu jelas menjadikan dirinya justru 'produk politik' yang semakin dinikmati masyarakat. Diakui maupun tidak, SBY mendapatkan kemenangan telak di dua kali pemilu paling demokratis di Indonesia dan jauh mengungguli para pesaing dirinya dalam suatu ajang kontestasi politik.
ADVERTISEMENT
Banyak yang meyakini, strategi SBY yang dinilai cukup singkat ini akan menambah amunisi baru bagi kekuatan politik koalisi untuk mendukung kemenangan Prabowo-Sandi.
Tak berlebihan kiranya jika SBY cukup menjadi penentu paling penting dalam koalisi Prabowo-Sandi, di tengah kurang harmonisnya beberapa parpol koalisi di dalamnya. Kisruh soal siapa pengganti Sandiaga Uno yang mengundurkan diri dari kursi wakil gubernur Jakarta, sempat menyeruak sebagai isu retaknya hubungan parpol koalisi pendukung Prabowo.
Namun kenyataannya, parpol koalisi tetap solid dan terus berkampanye dalam memenangkan Prabowo-Sandi, tak terpengaruh sedikit pun soal siapa yang kemudian layak menggantikan Sandi di kursi orang nomor dua di DKI. Koalisi ini tetap solid bahkan tak jarang mengeluarkan pernyataan yang saling bela atau saling dukung ketika kandidat mereka dikritik kubu lawan politik.
ADVERTISEMENT
Strategi kampanye jangka pendek SBY paling tidak telah dimatangkan dalam suatu planning besar dalam fase 'kalenderisasi'. Ini merupakan fase pra-kampanye yang mungkin saja telah dijalankan SBY dan timnya jauh-jauh hari. Situasi kepolitikan yang cukup gaduh belakangan justru tak dimanfaatkan oleh model strategi jangka pendek ini.
Mereka akan cenderung menunggu situasi lebih tenang dan masa satu bulan terakhir jelang kampanye merupakan fase tenang dalam situasi politik yang dipergunakan sebagai ajang kampanye yang tak secara langsung 'menjual' produk politik, tetapi lebih kepada sisi manajerial, bagaimana meyakinkan para pemilih terhadap kandidat pilihannya secara lebih tenang.
Mungkin saja cara ini tak melulu harus face to face bertemu dengan pemilih langsung, namun memanfaatkan media sosial atau media lainnya yang tak perlu tatap muka.
SBY dan Prabowo Subianto bersalaman usai melakukan pertemuan di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SBY dan Prabowo Subianto bersalaman usai melakukan pertemuan di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Fase berikutnya adalah menemukan momentum yang diatur sedemikian rupa biasanya beberapa hari yang dipilih dalam satu bulan masa kampanye pendek itu. Sulit memang untuk menduga apa dan bagaimana sebuah momentum politik itu diciptakan, tetapi hal ini jelas merupakan rangkaian yang sangat matang dan terukur dalam suatu strategi kampanye jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Namun yang pasti, cost politics yang harus dikeluarkan pada masa kampanye ini jelas sangat besar, namun pasti dan tepat dalam perolehan keuntungannya. Kejutan-kejutan politik akan hadir di sini yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya, namun yang pasti semuanya mengarah kepada peningkatan citra kandidat yang pada akhirnya 'memaksa' pemilih harus mendukungnya secara sadar.
Selagi strategi kampanye ini berjalan, seluruh tim yang terlibat akan terus memantau, memonitor, dan melakukan evaluasi sejauh mana citra kandidat yang diperkenalkannya mampu mendapat tempat di hati masyarakat. Masa-masa tenang sebelum pemilu benar-benar dimanfaatkan seefektif mungkin untuk meraup keuntungan suara secara signifikan, tanpa harus memiliki kesan sebagai pihak kompetitor yang justru mendiskreditkan produk politik lainnya.
Strategi soft-launching sering kali tergambar dalam benak masyarakat, sehingga hampir-hampir tak ada bagian yang dipandang negatif dalam citra diri sebuah produk politik. Dan memang, SBY dikenal sebagai aktor politik yang selalu mengedepankan cara-cara soft dalam banyak strategi politiknya.
ADVERTISEMENT
Setelah proses kampanye singkat ini dinilai berhasil, para simpatisan, pendukung, dan 'konsumen baru' dalam pendukung kandidat politik sebagaimana ditawarkan akan 'diikat' dengan penghargaan atau rewards politik dengan beragam cara.
Mungkin saja dengan cara iklan komersial yang mengangkat soal dukungan mereka atau kesetujuan mereka terhadap produk politik yang dipilihnya. Hal ini menjadi penting, karena setiap penghargaan bersifat politik atas setiap cara pandang yang baik terhadap sebuah produk politik harus dihargai sebesar-besarnya, sehingga mereka justru bangga dan merasa sangat dihargai atas setiap apresiasi politiknya.
SBY dalam hal ini, mungkin berbeda dalam menerapkan startegi soal parpol yang harus dipilih dan kandidat sebagai produk politik yang harus lebih spesifik ditentukan momentumnya.
ADVERTISEMENT
Inilah strategi politik yang memang rasional, cenderung menjauhi keterlibatan secara naratif yang selama ini justru ramai di permukaan. Wajar jika SBY belakangan tampak mengkritik kawan sekoalisinya yang justru terpengaruh suasana narasi politik agar mereka mau kembali menjadi rasional dalam mengukur sebuah keberhasilan produk politik.
Dan ternyata, SBY sudah mempersiapkan strategi politik jangka pendek yang mungkin akan banyak kejutan ditengah riuhnya kampanye politik yang dibangun secara naratif. Kita lihat saja, apakah strategi SBY ini berhasil?