‘Ekspresi Ragam Jiwa’ Orang dengan Gangguan Bipolar Melalui Seni Rupa

Konten dari Pengguna
4 April 2018 4:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahzanan Haunan Fatharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
‘Ekspresi Ragam Jiwa’ Orang dengan Gangguan Bipolar Melalui Seni Rupa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pembukaan Pameran 'Ekspresi Ragam Jiwa' (2/4/2018) (Foto: Nan)
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Bertepatan dengan momentum Hari Bipolar Sedunia sekaligus hari kelahiran Vincent Van Gogh, seniman yang menderita gangguan bipolar, yang diperingati setiap tanggal 30 Maret, komunitas Bipolar Care Indonesia yang didukung oleh BPJS Kesehatan menggelar pameran seni rupa, yaitu ‘Ekspresi Ragam Jiwa’ di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki. Pameran yang dibuka pada Senin (2/4/2018) ini, berlangsung hingga 13 April 2018 dan menampilkan karya dari 24 seniman yang telah dikurator oleh seniman sekaligus aktivis kesehatan jiwa, Joko Kisworo.
Seperti yang dilansir dari Jakarta Biennale, seni rupa merupakan sebuah ekspresi penyampaian pesan atau ide yang mengandung unsur estetis tertentu yang secara umum bisa ditangkap oleh audiens dengan menggunakan indra penglihatan, walau kini beberapa seni rupa kontemporer sudah memasukkan unsur auditory (pendengaran), tactile (rabaan), dan interaktif.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, bipolar menurut National Institute of Mental Health Amerika Serikat adalah gangguan terhadap perubahan suasana hati yang tidak biasa, dimana terkadang suasana hati orang dengan gangguan bipolar merasa sangat senang dan aktif dari biasanya, yang biasa disebut sedang berada pada tahap manic. Tetapi, dalam waktu yang singkat, ia bisa merasa sangat sedih dan memasuki tahap depresi. Menurut Sigmun Freud, seorang pakar psikoanalisa, bidang seni dan bidang psikologi saling berkaitan sangat erat satu sama lain.
Dini Suprapto dari Bipolar Care Indonesia menyampaikan bahwa seni rupa khususnya seni lukis digunakan sebagai jaring pengaman atau terapi bagi orang-orang dengan gangguan kejiwaan, ia juga berharap melalui acara ini bisa meningkatkan awareness tentang kesehatan jiwa dan mengikis stigma negatif masyarakat terhadap orang dengan gangguan kejiwaan.
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah komunitas kesehatan mental, Bipolar Care Indonesia juga sering melakukan terapi dalam bentuk melukis dan menulis bagi para anggotanya yang sebagian besar merupakan orang dengan gangguan bipolar ataupun gangguan kejiwaan lainnya.
“Kalau menghapus stigma masyarakat tentang orang dengan gangguan kejiwaan melalui acara ini mungkin masih agak berat, tetapi setidaknya kita dari Bipolar Care Indonesia sudah berusaha mengenalkan mengenai orang dengan gangguan bipolar dan kejiwaan lainnya tetap bisa berkarya dan semoga perlahan bisa mengikis stigma negatif itu sih,” ujar Dini.
Joko Kisworo sebagai kurator dari pameran ini menyatakan bahwa dalam proses kurasi pameran ‘Ekspresi Ragam Jiwa’, agak berbeda dengan proses kurasi pameran pada umumnya. Hal-hal yang menyangkut rekam kesehatan mental para seniman yang berpartisipasi juga ikut berperan dalam proses kurasi karya rupa.
ADVERTISEMENT
Deskripsi unsur-unsur visual dari karya rupa para seniman secara subjektifitas mereka masing-masing disinggungkan dengan kondisi psikologis mereka yang ingin disampaikan kepada publik.
“Jadi saat proses kurasi juga saya tanya, ‘kenapa menggunakan warna hitam?’, lalu dijelaskan sama salah satu senimannya ‘karena ekspresi diri saya menenangkan dengan warna tersebut’, kemudian dari rekam kesehatan mental yang bersangkutan juga menjelaskan ada riwayat PTSD,” jelas Joko.
‘Ekspresi Ragam Jiwa’ Orang dengan Gangguan Bipolar Melalui Seni Rupa (1)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Hana Madness - 'The Circle of Joy' (Foto: Nan)
Menurut Joko, tidak ada yang salah dalam membuat karya seni yang murni ungkapan jiwa. Karya-karya seni rupa orang dengan gangguan bipolar sebagai wujud dari ekspresi mereka masing-masing secara signifikan tidak berbeda dengan seniman pada umumnya. Ada beberapa seniman yang sudah memposisikan diri sebagai seniman Art Brut, yaitu seni dari orang dengan gangguan kejiwaan.
ADVERTISEMENT
Namun, beberapa seniman lainnya yang berpameran di acara ini ada yang memang berprofesi sebagai seniman, seperti Hana Madness yang telah banyak berpartisipasi mewakili Indonesia di Eropa melalui karya doodlenya yang menggunakan warna-warna ceria sebagai representasi konflik di dalam jiwanya dan menggabungkannya dengan warna hitam sebagai representasi warna dirinya.
Selain itu, J Sol Cai yang karyanya menggunakan nuansa monokrom untuk mengkomunikasikan tentang mati rasa saat depresi menyerang jiwanya, ia juga menyampaikan bahwa aspek-aspek melankolis di kehidupan adalah hal yang normal dan tidak seharusnya disisihkan.
Seni rupa sebagai proses kreatif dapat berperan sebagai terapi diri dari pengalaman jiwa yang dialami oleh orang dengan gangguan bipolar atau kejiwaan lainnya, karena pengalaman jiwa masing-masing orang tersebut mempunyai warna yang berbeda. (nan)
ADVERTISEMENT