Ushikawa, Si Detektif Kepala Somplak

Konten dari Pengguna
23 April 2018 0:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahzanan Haunan Fatharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ushikawa, Si Detektif Kepala Somplak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan tokoh utama Tengo dan Aomame, keberadaan Ushikawa yang dihadirkan Murakami dalam 1Q84 hanyalah sebagai tokoh pelengkap konflik cerita. Ushikawa memang tak seperti Tengo, seorang yang ahli matematika dan sastra yang memutuskan bekerja menjadi guru bimbel agar tetap bisa menjadi penulis novel bayaran secara diam-diam.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, kecerdikan dan ketekunan Ushikawa tak bisa dianggap remeh, karena sebelum menjadi detektif informan bayaran, ia merupakan seorang pengacara handal. Melalui novel 1Q84 ini, Murakami memperlihatkan realitas permasalahan kaum urban dalam sebuah parallel universe dari tahun 1984 yang utamanya di Jepang.
Sakigake–sekte yang menjadi musuh tokoh utama–memerintahkan Ushikawa untuk mencari Aomame, karena wanita itu telah membunuh seorang kudus dalam sekte tersebut. Ushikawa memang tak mempunyai peran penting dalam alur cerita seperti Aomame, seorang sosok wanita modern yang tangguh, tapi setangguh apapun Aomame, ia tetaplah wanita yang membutuhkan kasih sayang.
Baik Tengo, Aomame dan Ushikawa sama-sama bergelut melawan sepi untuk kebenaran dan kepentingan yang mereka yakini masing-masing. Bedanya, Aomame dan Tengo berhasil menemukan jawaban atas pencarian dalam sepi mereka, sementara Ushikawa harus meregang nyawa demi lancarnya jalan yang ditempuh Aomame dan Tengo untuk bertemu.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya para penganut Sakigake, Aomame dan Tengo yang menyadari bahwa rembulan tak hadir sendirian mengisi malam di dunia 1Q84, ada dua rembulan yang juga disadari oleh Ushikawa. Tetapi, pertanyaan dalam benak Ushikawa terhadap semesta yang dilihatnya tak bisa ia dalami karena tuntutan hidupnya yang harus mengintai Tengo.
Hingga kematiannya datang, Ushikawa tak bisa meronta ataupun menegosiasi takdir yang menghampirinya. Walau makanan dan minuman yang ia telan sudah terlalu hambar, ia tetap ingin bertahan hidup ketika ia masih bisa mengingat kembali bahwa ia pernah mempunyai kehidupan yang normal dan bahagia dengan istri dan anaknya.
Bentukan fisik kepala Ushikawa yang dianggap memalukan berbanding terbalik dengan isi kepalanya yang agak encer, kenyataan akan hal tersebut tetap membuat ia menjadi momok bagi keluarganya.
ADVERTISEMENT
Ushikawa bukanlah Tengo yang pandai dan terlahir dengan fisik yang menarik, tetapi jalan hidup Ushikawa tak lebih tragis juga dari Tengo yang harus menahan malu dari cacian setiap menemani ayahnya menagih iuran NHK. Saat remaja, keluarga Ushikawa tak ingin ia keluar kamar setiap ada tamu yang datang ke rumah mereka, karena ia terlihat bukan seperti bagian dari keluarga tersebut.
Setiap hari Ushikawa harus melatih kemampuan kepalanya yang tak pernah berhenti mencari gagasan-gagasan baru dari pengetahuan yang ia peroleh. Berdebat dengan diri sendiri dan menjadi kubu pro sekaligus kontra adalah hal yang biasa Ushikawa latih di kamarnya ketika tak satupun orang acuh terhadapnya.
Sampai ia menjadi pengacara dan menikah adalah saat dimana ia merasa hidupnya akan berubah menjadi lebih baik. Sayangnya, ilusi kebahagiaan hanya tinggal kenangan yang ia proyeksikan kembali ketika asupan makanan yang terasa terlalu hambar memasuki mulutnya yang berlumut.
ADVERTISEMENT
Beberapa kritikus sastra mengaku agak terganggu dengan ritme cerita Murakami pada 1Q84 ini yang cenderung sangat pelan dan membosankan. Tetapi, di sisi lain novel ini menghadirkan detail realitas dari imaji dunia 1Q84. Walaupun, beberapa sudut pandang tokoh yang membangun cerita tidak dihadirkan secara menyeluruh, seperti sudut pandang ayah Tengo yang tetap menjadi rahasia yang tak terungkap.
Mungkin Murakami melalui 1Q84 ini, ingin memberikan pesan tersirat bahwa untuk bertemu dengan takdir yang kita tuju, tanpa sadar harus mengorbankan takdir orang lain, juga soal tak semua rahasia patut kita ketahui, terkadang dengan tetap menjadi rahasia adalah hal yang terbaik. Terlepas dari opini apapun terhadap karya Murakami ini, tidak ada ruginya menambahkan buku ini ke daftar buku yang harus Anda baca. (nan)
ADVERTISEMENT