Konten dari Pengguna

Apa Motif Membaca Buku?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Ketua Dewas DPLK Sinarmas AM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun - Konsultan - Dr. Manajemen Pendidikan - Pendiri TBM Lentera Pustaka - Penulis 54 buku
21 Mei 2025 22:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kali ini saya menyindir diri sendiri. Saat membaca buku, saya meminta difoto. Maka terpampanglah “foto saya sedang membaca”. Lalu, apa yang dimaknakan orang lain atau syaa sendiri tentang “membaca buku” yang difoto?
ADVERTISEMENT
Sebuah sindiran cerdas sudah dimulai oleh Russell, seorang filsuf dan logikawan. Tentang motif seseorang dalam membaca buku, untuk
mengkritisi potensi kemunafikan sosial dengan cara yang halus namun tajam. Menjadikan buku sebagai “alat” entah untuk apa, karena yang tahu adalah “si dia” yang membaca buku sambil di foto.
Hanya ada dua motif orang membaca buku di zaman begini:
Satu, menikmati bacaan (enjoyment). Ini adalah alasan paling otentik dan murni. Membaca karena tertarik pada isi, ide, cerita, atau karena buku itu memberi makna dan kesenangan batin tersendiri. Pembaca semacam ini cenderung membaca secara reflektif dan mendalam, ada kesadaran akan pentingnya membaca buku.
Kedua, menyombongkan diri (boasting). Ini adalah motif sosial yang lebih dangkal. Orang membaca bukan karena menikmati atau ingin memahami isi buku, tetapi agar bisa menunjukkan status intelektual di hadapan orang lain. Ini lazim terjadi terutama pada bacaan yang dianggap “berat”, klasik, atau terkenal.
Motif membaca buku untuk apa?
Adalah Russell yang menyindir kecenderungan manusia untuk mencari pengakuan sosial bahkan dalam aktivitas intelektual seperti membaca buku. Ia mengajak kita untuk jujur pada diri sendiri: apakah kita membaca karena ingin tahu dan berkembang, atau sekadar ingin dipandang Kuti buku atau pintar?
ADVERTISEMENT
Di zaman begini, di era media sosial, sindiran tentang motif membaca buku sangat relevan. Karena sekarang, banyak orang memajang buku-buku jadi latar belakang, jadi status, atau posting di medsos bukan untuk membagikan pemikiran. Tapi untuk membangun citra. Sindiran ini untuk diri saya sendiri, agar kembali pada esensi membaca yaitu menikmati dan memahaminya.
Tapi, bila pun motif membaca pun untuk menyombongkan diri. Bagi saya,tidak ada salahnya dan baik-baik saja. Barangkali masih ada orang yang terinspirasi untuk membaca buku gara-gara notif menyombongkan diri saat membaca buku. Seperti mencitrakan taman bacaan oun tidak masalah, daripada hanya mencitrakan diri yang hanya kamuflase. Lebih kamuflase bersama buku daripada kamuflase diri. Salam literasi!