Apa Sih PR Guru di Hari Guru?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
24 November 2022 8:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa sih "pekerjaan rumah" guru di Hari Guru?
Sulit dibantah. Bahwa jatuh bangun proses pembelajaran memang ada di tangan guru. Kualitas pendidikan pun berada di pundak guru. Maka guru dianggap jadi sosok sentral dalam pendidikan. Guru lagi, guru terus dan guru melulu.
ADVERTISEMENT
Obrolan tentang guru di Indonesia, bisa jadi tidak akan ada habisnya. Berhasil atau tidaknya pendidikan, katanya ada di tangan guru. Kadang banyak orang lupa, guru juga manusia biasa. Guru itu hanya salah satu bagian dari ekosistem pendidikan. Selain negara sebagai pembuat kebijakan pendidikan, orang tua, kurikulum bahkan lingkungan sosial. Pendidikan, bukan semuanya tergantung guru.
Memang ada benarnya, guru harus mampu menerjemahkan kurikulum ke dalam satuan pembelajaran. Belajar yang menyenangkan lagi berkualitas. Sehingga siswa jadi betah di kelas di sekolah. Karena kurikulum sebagus apapun, menteri sehebat apapun akan sia-sia bila guru gagal men-deliver pembelajaran ke siswa di ruang kelas. Maka guru jadi sosok penting di balik kualitas pendidikan. Keberhasilan siswa di kelas katanya tanggung jawab guru. Maka wajar, ekspektasi orang tua dan masyarakat sangat tinggi kepada guru. Guru lagi, guru terus, dan guru melulu.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, guru dituntut mampu mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Tapi sayang, faktanya masih ada guru yang tidak lancar menggunakan komputer. Metode mengajarnya begitu-begitu saja alias ceramah. Sering gagal menerapkan pengajaran yang aktif dan menyenangkan. Belum mampu memanfaatkan dan mengolah informasi dari internet, belajar jadi tidak kontekstual. Pengajaran yang kurang matching dengan realitas "dunia luar". Itulah problematika masa kini, di era digital. Alhasil, profesi guru terjebak pada rutinitas dan kurang termotivasi. Kreativitas pun terbelenggu.
Dalam buku Achieving Competence, Success and Excellence in Teaching yang ditulis Mark Brundrett dan Peter Silcock (2002) disebutkan “profesionalisme guru dipengaruhi oleh regulasi, ruang kelas, komunitas sekolah, dan proses pembelajaran di fakultas keguruan”. Itu berarti, guru yang profesional harus didukung kompetensi yang memadai, baik secara pedagogik, akademik, kepribadian, dan sosial.
Guru bukan segalanya
Guru hari ini. Harus memiliki kualifikasi akademik keguruan yang tidak bisa ditawar lagi. Guru yang berani melibatkan diri dalam program peningkatan kompetensi pembelajaran (PKP). Dan yang terpenting, guru yang punya kesadaran belajar berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi, khususnya kompetensi pedagodik dan inovasi pembelajaran berbasis digital. Bukan guru yang aktif di media sosial tanpa mau berbenah diri. Agar tidak gagal mengelola kelas.
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada 5 (lima) kompetensi guru yang harus ditingkatkan di era digital seperti sekarang, yaitu:
1. Inovasi pembelajaran berbasis digital. Agar belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena didukung perangkat teknologi.
2. Kompetensi akademik guru harus sesuai dengan bidang ajar. Agar tidak terjadi miss-match dalam pengajaran. Jangan sampai guru di sekolah mengajar mata pelajaran yang bukan disiplin ilmubyang dipelajarinya di kampus.
3. Kualifikasi guru harus sarjana - S1. Agar standar keilmuan yang dimiliki guru sesuai dengan bidang studi yang menjadi tugasnya.
4. Aktif dalam program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB). Guru dilarang terlalu enak mengajar hingga lupa pengembangan diri dan peningkatan kompetensi. Guru seharusnya mampu membaca yang baik dan menulis yang rajin. Agar dapat diterapkan ke dalam kegiatan belajar.
ADVERTISEMENT
5. Rekrutmen guru harus efektif. Bukan sebatas memenuhi formasi kebutuhan guru tapi direkrut melalui mekanisme seleksi yang profesional. Karena ini menyangkut masa depan bangsa.
Maka di momen Hari Guru yang penting ini, ikhtiar peningkatan kompetensi guru harus terus digaungkan. Apalagi ada tuntutan Merdeka Belajar, agar mampu diterjemahkan ke dalam ruang kelas secara berkualitas. Guru dan praktisi pendidikan di mana pun harus berani mengubah mind set. Bahwa guru adalah kreator di dalam kelas. Tanpa perlu mengajar secara text book terhadap kurikulum. Guru adalah fasilitator siswa dalam menemukan potensi dirinya. Maka guru tidak boleh nyaman dengan cara belajar yang satu arah. Selamat Hari Guru!