Calon Pensiunan, Pilih Kaya atau Bahagia di Masa Pensiun?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
14 Januari 2020 8:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dana pensiun Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dana pensiun Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika makan siang kemarin, secara tidak sengaja, saya menyimak obrolan karyawan. Di tempat makan di sekitar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Mereka ngobrol soal masa pensiun, soal hari tua setelah tidak bekerja lagi. Karyawan 1 bilang ingin pensiun kaya raya. Karyawan 2 lebih memilih untuk bahagia di masa pensiun. Dan karyawan 3 justru sebaliknya, boro-boro kaya atau bahagia di masa pensiun. Tabungan yang cukup saja hingga sekarang tidak punya. Apalagi menyiapkan biaya hidup di masa pensiun. Bingung, katanya.
Jadi menurut Anda, pilih kaya atau bahagia di masa pensiun?
Agak susah memang menjawabnya. Karena kaya atau bahagia itu relatif, terlalu personal. Ada yang bilang, orang kaya biasanya hidup tidak bahagia. Tapi ada juga yang bilang, buat apa bahagia bila tidak kaya. Sebegitu kontradiksi-kah antara kekayaan dan kebahagiaan di mata manusia?
Di masa pensiun, memang bisa jadi dua kemungkinan. Kaya tapi tidak bahagia. Bahagia tapi tidak kaya. Tentu bukan tanpa alasan. Karena kaya dan bahagia itu relatif. Tiap orang punya cara pandang yang berbeda-beda tentang kaya dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Seseorang menganggap kekayaan itu uang. Seseorang yang lain pun menganggap kekayaan terbesar adalah keluarga. Begitu pula kebahagiaan. Ada yang menganggap bisa bekerja di kantor sebagai kebahagiaan. Tapi ada pula yang bilang hidup sederhana pun sebuah kebahagiaan. Semua persepsi itu tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar. Karena perlu diluruskan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kaya itu berarti mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya). Sedangkan bahagia itu berarti keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Jadi jelas, kaya itu orientasinya materi sedangkan bahagia itu non materi. Kaya itu ukurannya fisik, sedangkan bahagia itu soal batin. Dua hal yang berbeda.
Kaya itu soal uang. Bahagia itu soal perasaan. Jadi, bila ada orang kaya tidak bahagia. Atau ada orang bahagia tapi tidak kaya itu benar. Sangat realistis dan kemungkinannya bisa terjadi pada siapa pun. Tapi untuk masa pensiun, kenapa seseorang tidak mungkin mewujudkan kaya dan bahagia sekaligus? Masa pensiun yang kaya dan bahagia, sungguh bisa diraih siapa pun.
ADVERTISEMENT
Masa pensiun, pilih kaya atau bahagia?
Jadi pilih kaya atau bahagia di masa pensiun?
Jawabannya, ada pada cara pandang tentang masa pensiun. Bila ada orang kaya merasa tidak berkecukupan itu cara pandangnya salah. Bila ada orang bahagia tapi tidak punya apa-apa itu juga cara pandang yang salah. Maka benahi dulu cara pandang, agar bisa hidup masa pensiun dengan penuh kekayaan dan kebahagiaan. Karena orang yang gagal cara pandangnya pasti merasa tidak mungkin kaya dan bahagia di masa pensiun. Itulah yang terjadi pada kebanyakan karyawan saat ini.
Sementara orang yang sukses cara pandangnya pasti mampu mewujudkan kaya dan bahagia di masa pensiun. Karena mereka mampu “mengalahkan” mengendalikan diri dan mengatasi rintangan dalam hidupnya. Maka mereka pantas kaya secara materi dan bahagia secara perasaan.
ADVERTISEMENT
Untuk kaya maka dibutuhkan kerja keras. Untuk bahagia maka dibutuhkan sifat syukur. Sehingga siapa pun tahu dan mampu untuk “membatasi diri”, tahu mana yang butuh mana yang ingin. Mampu membedakan mana biaya mana manfaat. Di situlah akan terjadi “kaya” dan “bahagia”.
Lalu, bagaimana cara jadi kaya dan bahagia di masa pensiun?
Rumusnya sederhana. Mulailah untuk merencanakan masa pensiun sejak dini, agar siap memasuki masa pensiun. Karena cepat atau lambat masa pensiun pasti tiba. Dan salah satu cara mempersiapkan masa pensiun, tentu bisa dilakukan dengan menjadi peserta DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Sisihkan sebagian gaji untuk masa pensiun dan jangan terbuai dengan gaya hidup di masa bekerja.
Karena DPLK, setidaknya memberikan tiga keuntungan yang prinsip, yaitu: 1) adanya pendanaan yang pasti untuk masa pensiun, 2) ada hasil investasi yang signifikan selama menjadi peserta DPLK, dan 3) mendapat fasilitas perpajakan saat dana dicairkan ketika masa pensiun tiba. Maka DPLK adalah “kendaraan” yang paling pas untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera, bukan yang lainnya. Semakin muda menyetor iuran untuk DPLK maka semakin besar uang dana pensiun yang diperoleh. Maka masa pensiun pasti kaya dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, mulailah untuk mempersiapkan masa pensiun.
Karena setiap orang, setiap karyawan tidak akan bekerja terus. Ada saat bekerja ada saat pensiun. Jangan sampai puluhan tahun bekerja pada akhirnya tidak bisa menikmati masa pensiun. Karena faktanya, 90 persen karyawan memang tidak siap untuk pensiun. Bahkan 7 dari 10 pensiun hari ini memiliki masalah keuangan. Hal itu terjadi karena tidak adanya perencanaan masa pensiun.
Jadi orang kaya dan orang bahagia di masa pensiun, bukan sesuatu yang mustahil, asal mampu mengendalikan diri dalam urusan uang. Tidak terlena dengan konsumerisme dan gaya hidup yang hedonis. Karena kaya dan bahagia itu bisa diperoleh bila berani berpikir dan bertindak untuk tidak “puas diri”. Dan yang terpenting tetap mensyukuri anugerah-Nya sambil tetap merencanakan masa pensiun yang sejahtera.
ADVERTISEMENT
Bila Anda tidak ingin bangkrut di masa pensiun, maka mulailah untuk mempersiapkan masa pensiun. Karena pensiun itu bukan soal waktu tapi soal keadaan. Keadaan masa pensiun yang kaya dan sejahtera … #AsosiasiDPLK #YukSiapkanPensiun #EdukatorDanaPensiun
Pensiunan mengabdi pada anak-anak