Di Balik Tragedi Sriwijaya Air SJ 182

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
11 Januari 2021 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air di landasan pacu Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air di landasan pacu Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tentu, ada duka yang mendalam bagi keluarga 62 orang korban musibah hilang kontaknya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu. Isak tangis, sedih, emosi, dan trauma menjadi lumrah. Keluarga pasti sulit menerima kenyataan ini. Kita patut bersimpati dan ikut berduka atas musibah yang menimpa Sriwijaya Air.
ADVERTISEMENT
Esok, dan mungkin seterusnya. Berapa banyak rumah yang tidak ada lagi canda tawa anak-anak mereka. Berapa banyak rumah kosong yang pemiliknya tidak kembali lagi. Berapa banyak keluarga yang berduka, menangis karena saudara atau anaknya tidak lagi hadir di tengah-tengah mereka. Inilah masa-masa sulit bagi keluarga korban SJ 182. Sungguh sulit, buat siapa pun yang mengalaminya.
Lalu, apa hikmah musibah Sriwijaya Air?
Hikmahnya, sungguh tidak ada yang abadi di dunia ini. Hanya Allah SWT yang abadi. Semuanya titipan Allah. Segala yang dimiliki terlalu mudah untuk lepas dari genggaman. Cepat atau lambat, orang-orang yang dicintai, harta kekayaan, dan segala yang dimiliki akan berkurang atau hilang.
Siapa yang sangka. Tiba-tiba salah satu anggota keluarga yang kita hilang kontak dan meninggal dunia. Apalagi pangkat dan jabatan yang disandang, terlalu mudah untuk hilang. Itulah misteri hidup dan dapat menimpa siapa saja. Manusia hanya dapat membatin, “mengapa terlalu cepat mereka pergi?”. Itulah hidup di dunia. Tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan. Ujian dan cobaan bisa datang silih berganti tanpa mengenal waktu.
ADVERTISEMENT
Jadi, memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya titipan Allah. Termasuk anak, istri, suami. Begitu pula harta, pangkat dan jabatan. Sekadar titipan sekaligus amanah untuk kita.
Seperti Afwan, sang pilot Sriwijaya Air SJ 182, membuat status WA terakhir seperti gambar ini. “Setinggi apa pun aku terbang tidak akan mencapai surga, bila tidak salat lima waktu". Seperti ada sinyal pada dirinya sebelum hilang kontak.
Lain lagi dengan Rachmawati, perempuan 35th asal Mempawah Kalbar. Sabtu siang itu, ia sudah bersiap menuju bandara dan hendak terbang ke Pontianak. Tiket Sriwijaya Air SJ-182 pun sudah dipesan. Hanya saja, hasil tes PCR-Swabnya telat keluar. Rachmawati pasrah. Ia memilih membatalkan keberangkatan, dan memesan tiket maskapai lain untuk terbang pada hari Minggu kemarin. Gara-gara hasil PCR-nya telat keluar, ia terhindar dari tragedi itu.
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air. Foto: situs resmi Sriwijaya Air
Hidup memang penuh warna-warni, Ada suka, ada duka. Ada tawa, ada tangis. Tidak satu pun manusia di dunia ini yang merasa bahagia melulu tanpa sedih. Begitu juga sebaliknya. Karena semua sudah menjadi hukum Allah. Dan setiap manusia sudah punya episode kehidupan yang telah digariskan-Nya. Jadi apa pun, bukan terletak pada masalahnya. Tapi soal sikap kita terhadap masalah. Tragedi Sriwijaya Air bisa jadi masalah bagi penumpangnya. Tapi menjadi puji syukur bagi penumpang yang tidak jadi berangkat saat itu. Begitulah kehidupan...
ADVERTISEMENT
Hikmahnya, “apa yang menjadi jatah kita pasti Allah berikan. Tapi apa yang memang bukan jatah kita, Allah pasti tidak akan berikan”. Meski kita mati-matian memperjuangkannya, percayalah ia tidak akan bisa dimiliki jika memang bukan jatah kita.
Maka, tetaplah selalu mengingat kematian. Agar kita tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Selalu gembira untuk menebar kebaikan, sambil memperbaiki diri dari waktu ke waktu."Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu"… Salam literasi #TBMLenteraPustaka #LiterasiMusibah #TamanBacaan