Hai Indonesia, Harap Tenang

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
13 Februari 2020 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hai Indonesia, harap tenang.
Virus corona mewabah, kenapa banyak yang takut? Pemulangan eks ISIS ditolak, kenapa banyak yang tidak setujua? Omnibus Law bakal diberlakukan, kenapa panic? Ehh, Lucinta Luna terlibat narkoba pun kenapa ramai. Ada banyak peristiwa yang bikin gaduh, bikin resah dan menakutkan. Tapi kini, ada satu hal pula yang sering dilupakan, yaitu sikap tenang.
ADVERTISEMENT
Namanya manusia, pastinya punya rasa takut. Bahkan jadi gelisah, resah hingga berisik.
Sangat manusiawi. Tapi di saat yang sama, jangan lupa pula untuk tenang. Harap tenang, seperti tulisan yang ada di pintu ruang ujian.
Harap tenang. Mohon tenang.
Jangan terlalu gaduh. Jangan semua hal dipusingkan. Karena tanpa ketenangan, tidak ada masalah yang bisa diselesaikan. Mana mungkin panik, bisa kelarin masalah. Apalagi dirasuki rasa benci, plus hujatan dan caci-maki. Harap tenang, semua sudah kehendak-Nya.
Di zaman now, makin jarang orang bisa tenang. Terlalu mudah gelisah lagi emosional. Seolah masalah akan selalu melilit bangsanya. Seakan esok pagi matahari tidak terbit lagi. Tenanglah, harap tenang.
Tenang, bisa jadi barang langka hari ini. Susah banget untuk tenang. Terus-terusan membenci pemimpinnya. Mencari kelemahan lawannya tiada henti. Seperti sinetron berseri yang tidak ada habis-habisnya. Zaman now, sulit sekali untuk tenang. Segala rupa dikomenin, dicelotehin. Pangkatnya jenderal tapi sikapnya kopral. Akibat kurang tenang.
ADVERTISEMENT
Harap tenang, ada yang sedang ujian
Susah tenang. Alias tidak bisa tenang.
Karena segala hal yang bukan urusannya dipedulikan. Pikirannya gemar mengambil-alih beban masalah yang bukan tanggung jawabnya. Makin susah tenang, karena ingin ikut campur urusan Tuhan. Gagal diam dan menghentikan berpikir buruk. Maka sekali lagi, harap tenang.
Fakta zaman now, makin banyak orang yang tidak bisa tenang. Gemar gerabak-gerubuk. Prasangkanya pun berlimpah. Penyakitnya akut, otomatis kambuh bila orang yang tidak disukainya berhasil. Di pikiran orang-orang yang tidak bisa tenang. Siapapun boleh sukses asal bukan musuhnya. Aneh. Harap tenang.
Pantas suasana tenang itu mahal. Karena makin susah jadi orang tenang. Tempat yang menenangkan pun kian langka. Tiap hari gaduh, apalagi di tempat yang tidak teduh.
ADVERTISEMENT
Tenang ya tenang. Pantas, banyak orang cari tenang terpaksa “pergi ke tempat jauh”. Hijrah ke tempat sepi, lalu menyingkir sendiri. Agar lebih tenang.
Tidak usah takut. Tidak usah panik. Tenang saja. Teruslah kita mengejar kebaikan sekecil apapun. Walau mereka selalu menghindar. Biarlah kita terus menebar cinta walau mereka tetap menabur benci. Agar kian jelas, siapa yang tenang siapa yang tidak tenang? Apapun yang terjadi, tenang saja. Karena semua sudah kehendak-Nya. Kita cukup ikhtiar sambil menikmati prosesnya. Harap tenang.
Harap tenang.
Tidak usah terlalu cinta bila akhirnya nestapa.jangan pula terlalu benci bila akhirnya mati. Tenang saja. Karena sungguh, Allah sudah tahu kok siapa kita sebenarnya? Tenang itu soal hati, bukan soal kata-kata.
ADVERTISEMENT
Harap tenang. Agar mudah hidup berteman dengan kenyataan. Harap tenang. Agar jangan terlalu terlena pada harapan. Karena tenang itu ada di antara harapan dan kenyataan.
Harap tenang. Agar tidak terbuai pada ego dan cinta dunia. Hingga sudi membuang energi untuk hal-hal yang tidak perlu. Pikiran gundah, perasaan resah. Dan perilaku pun lengah. Kamu kurang tenang.
Sungguh, jangan biarkan mata memandang sesuatu yang tidak bakal pulang. Jangan biarkan sesak dada hanya menanti yang sudah jadi kenangan. Harap tenang.
Siapapun boleh gundah lagi resah. Tapi siapapun harus tetap tenang. Maka harap tenang ya …. #TGS