Hoaks Seputar Dana Pensiun; Bikin Masa Pensiun Jadi Momok Menakutkan

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
12 Januari 2019 5:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hoaks atau berita bohong, ternyata tidak hanya menyangkut isu politik.
ADVERTISEMENT
Dana pensiun sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun pun bisa dirasuki hoaks. Sungguh menakutkan memang bila terjebak pada hoaks. Berita yang tidak benar tapi diyakini dan menyebar luas. Maka wajar, bila akhirnya makin banyak kecurigaan, ketidak-sukaan, bahkan kebencian terhadap isu yang dijadikan hoaks.
Sungguh, hoaks itu hanya terjadi karena omong banyak atas topik yang tidak dimengerti. Tanpa fakta dan data, hoaks terjadi hanya memanfaatkan rasa senang tentang hal-hal yang sebenarnya mustahil terjadi.
Kita sering lupa, ketika hoaks meluas. Maka yang akan “diserang” adalah rasa percaya, rasa hormat, dan sikap respek. Hingga hilangnya tujuan bersama, lupa terhadap maslahat utama sebagai sebuah bangsa, termasuk pentingnya dana pensiun.
ADVERTISEMENT
Apa saja hoaks atau berita bohong di seputar dana pensiun?
Perlu disepakati, dana pensiun adalah sebuah program yang orientasinya untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Dana pensiun, tentu bermanfaat untuk pekerja yang ingin hidup nyaman di hari tua di masa pensiun saat tidak bekerja lagi. Namun sayang, masih ada saja hoaks di seputar dana pensiun, antara lain:
1. Bila sudah ikut BPJS Ketenagakerjaan tidak perlu punya Dana Pensiun. Siapapun dan pekerja harus paham, program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) dari BPJS TK merupakan program wajib untuk memenuhi kebutuhan dasar di masa pensiun. Sehingga hasilnya nanti, belum mampu memenuhi kebutuhan dan gaya hidup seorang pekerja. Bahkan diukur dari tingkat penghasilan pensiun (TPP), program wajib HJT dan JP hanya bisa memenuhi 30% dari 70%-80% dari gaji terakhir yang dibutuhkan seorang pensiunan. Oleh karena itu, dana pensiun sangat diperlukan untuk “memastikan” kecukupan dana di masa pensiun.
ADVERTISEMENT
2. Hasil investasi dana pensiun rendah. Dikarenakan dana pensiun bersifat jangka panjang, hanya diambil manfaatnya saat pensiun, maka harusnya hasil investasi dana pensiun di atas dari program lain yang tidak bersifat jangka panjang. Besar kecilnya hasil investasi dana pensiun sangat bergantung pada pilihan investasinya. Karena itu, sebaiknya investasi dana pensiun ditempatkan pada pilihan investasi yang agresif (karena bersifat jangka panjang) agar hasilnya optimal, tentu dengan mempertimbangkan profil risiko investasi si peserta.
3. Dana pensiun bisa dibeli melalui asuransi. Persepsi ini tidak sepenuhnya benar. Karena asuransi bertujuan untuk proteksi, sementara dana pensiun memang program yang didedikasikan untuk kepenting masa pensiun. Oleh karena itu, membeli asuransi sama dengan membeli dana pensiun adalah salah. Hanya dana pensiun sebagai “kendaraan” yang paling pas untuk mempersiapkan ketersediaan dana yang dibutuhkan saat seseorang pensiun.
ADVERTISEMENT
4. Dana pensiun biayanya mahal. Patut diingat, biaya itu bersifat sangat relatif. Tapi di dana pensiun, biaya hanya diambil dari biaya administrasi pengelolan dan biaya hasil investasi. Dan biaya yang dipungut dalam program dana pensiun sama sekali tidak mengurangi iuran dana pensiun yang disetor.
5. Dana pensiun hanya dibeli bila perusahaan yang membeli. Idealnya, dana pensiun memang disediakan oleh perusahaan atau pemberi kerja. Namun bila, bila tempat bekerja kita tidak menyediakan program dana pensiun maka seorang pekerja tetap bisa memiliki program dana pensiun secara individual. Patut diingat, dana pensiun menyangkut pemahaman, kesadaran, dan ketersediaan dana yang ditabung untuk masa pensiun.
6. Dana pensiun dipandang “gimana nanti” alias nanti saja. Persepsi itu hanya terjadi pada pekerja yang lebih mementingkan gaya hidup dan jiwa konsumtif sesaat. Harusnya dana pensiun dipandang “nanti gimana”, mau seperti dan kayak apa kita setelah tidak bekerja lagi? Oleh karean itu, mind set kita soal pensiun harus diubah dan masa pensiun memang masa yang harus dipersiapkan.
Masa pensiun, buat pekerja, bisa jadi momok.
ADVERTISEMENT
Karena faktanya, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia memang mengalami masalah keuangan. Sebagian besar mereka yang “Berjaya” di masa bekerja pada akhirnya tidak bisa menikmati kehidupan di masa pensiun dengan sejahtera dan nyaman. Masa pensiun yang gagal memenuhi kebutuhan dan gaya hidup yang sama seperti masa bekerja. Oleh karena itu, mempersiapkan masa pensiun melalui program dana pensiun menjadi penting dilakukan sejak dini. Agar masa pensiun sejahtera dan nyaman.
Nah, cara sederhana untuk mempersiapkan masa pensiun adalah melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Karena DPLK merupakan lembaga Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) untuk masa pensiun. Pekerja suatu perusahaan dapat menyisihkan sebagian dana setiap bulannya untuk disetor ke DPLK sebagai tabungan pensiun. Besarnya iuran yang disetor + hasil investasi + lamanya kepesertaan menjadi “penentu” optimalnya program DPLK. Maka menjadi peserat DPLK, prinsipnya semakin dini di usia muda maka semakin optimal hasilnya.
ADVERTISEMENT
Sungguh, program dana pensiun seperti DPLK, tentu menjadi tidak penting bagi pekerja atau perusahaan yang "tidak mau berpikir" mempersiapkan kesejahteraan di masa pensiun. Karena memang, masih banyak orang yang orientasinya hanya sebatas "masa bekerja" saja.
Sementara banyak pekerja yang mendambakan hari tua yang nyaman, masa pensiun yang sejahtera tentu hanya bisa diraih melalui program dana pensiun.
Maka untuk terhindar dari hoaks atau berta bohon seputar dana pensiun. Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan edukasi dan menjalankan literasi akan pentingnya dana pensiun bagi pekerja, bagi perusahaan. Untuk masa pensiun yang sejahtera.
Dan akhirnya, masa pensiun yang sejahtera itu hanya terletak pada kesadaran diri kita sendiri bukan pada orang lain ... #TGS #EdukasiPensiun #LiterasiPensiun #YukSiapkanPensiun #SadarPENSIUN
ADVERTISEMENT