Literasi dan Taman Bacaan Nggak Boleh Angin-anginan

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
2 November 2023 21:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu program literasi yang dijalankan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka adalah KEPRA (KElas PRAsekolah). Yaitu program “calistung plus” (sambil bermain) bagi anak-anak usia dini atau prasekolah. Saat ini, tercatat ada 36 anak usia prasekolah yang secara rutin ke TBM Lentera Pustaka seminggu 2 kali, tiap Selasa dan Kamis. Semuanya tiap kali ke taman bacan, pasti diantar ibunya. Begitulah KEPRA di TBM Lentera Pustaka.
ADVERTISEMENT
Tapi soalnya bukan itu. Entah kenapa, saat menyaksikan aktivitas belajar anak-anak KEPRA yang dibimbing langsung oleh wali baca dan relawan TBM Lentera Pustaka justru saya seakan mendapat pelajaran baru. Tentang tidak mudahnya mengelola aktivitas sosial seperti taman bacaan. Agar tetap eksis dan mampu bertahan, sangat membutuhkan komitmen dan konsistensi yang sepenuh hati. Tidak bisa “angin-anginan” menjalankan program literasi di taman bacaan. Apalagi TBM Lentera Pustaka saat ini menjalankan 15 program litrerasi, seperti TABA (TAman BAcaan), GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), Ramah Difabel, Koperasi Simpan Pinjam, RABU (RAjin menaBUng), MOBAKE (Motor Baca KEliling), dan lainnya.
Saat berada di taman bacaan, seperti disadarkan. Sebagai orang dewasa yang hadir di tengah anak-anak kelas prasekolah atau anak-anak yang membaca buku seperti diingatkan untuk BERHENTI. Berhenti memerintah, tanpa membimbing. Berhenti menyuruh, tanpa memberi teladan. Berhenti menuntut, tanpa mau menuntun.Berhenti mengeluh, tanpa mau bersyukur.
kelas prasekolah di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor
Di taman bacaan, saya semakin belajar Untuk melatih pikiran yang positif dan selalu optimis dalam menebar manfaat kepada sesama. Selalu berbuat baik, sekecil apapun yang saya mampu. Selalu mencoba untuk banyak mengapresiasi, bukan mengkritik. Banyak mencontohkan, bukan menasihati. Bahkan lebih banyak memahami, bukan minta dipahami. Jadi, taman bacaan sebenarnya bukan hanya tempat membaca buku. Tapi tempat belajar semua orang.
ADVERTISEMENT
Di taman bacaan, ternyata masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung saya. Semuanya dalam keterbatasan. Ekonominya sulit, hidupnya prasejahtera, bahkan kesempatan sekolah belum tentu dapat diteruskan. Tapi mereka tidak banyak mengeluh. Hanya selalu ikhtiar sepanjang mampu, mungkin ditambah doa-doa baik yang dipanjatkan. Jadi, kenapa ada orang yang tidak pernah mengeluh dalam hidupnya? Ternyata bukan karena mereka tidak punya masalah. Tapi mereka lebih mampu memperlihatkan rasa syukurnya.
Berkiprah di taman bacaan memang tidak mudah. Tapi bukan sulit sekali. Asal punya komitmen dan konsistensi yang selalu dijaga, dipelihara. Itulah prinsip literasi. Harus punya kelapangan hati saat berada di taman bacaan. Salam literasi! #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka