Masih Buta Huruf, Tanggung Jawab Siapa?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
3 Februari 2019 8:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda? Di negeri ini masih ada 3,4 juta jiwa saudara kita yang masih buta aksara, tidak mengenal huruf. Angka itu setara 2,07% dari jumlah penduduk Indonesia.Mereka bukan beban, bukan pula untuk dikasihani. Tapi siapapun kita, ikut tanggung jawab untuk memberdayakan mereka agar tidak buta huruf lagi. Jadikan, mereka bebas dari buta aksara… Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud pun merilis wilayah yang jadi prioritas penuntasan tuna aksara seperti: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Rata-rata mereka pun telah berusia paruh baya dan berusia lanjut. Kalau hari gini, masih ada “orang buta huruf” itu tanggung jawab siapa? Tak perlu dijadikan polemik. Semua pihak bertanggung jawab. Pemerintah, partai politik, pendidik, dan professional yang masih punya tanggung jawab sosial harus “terjun langsung” untuk ikut memberantas buta huruf. Agar mereka bisa baca dan bisa tulis, sama seperti kita.
Kelas GEBER BURA, GErakan BERantas BUta aksaRA di Kaki Gunung Salak Bogor
ADVERTISEMENT
Berangkat dari realitas itu, GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) dijalankan di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gunung Salak Bogor. Sebuah aksi nyata untuk memberantas buta huruf dengan mengajarkan ibu-ibu dan bapak-bapak yang masih tidak mengenal huruf, tidak bisa baca dan tulis agar “segera” bisa membaca dan menulis. GEBER BURA saat ini diikuti 5 ibu-ibu walau disinyalir masih ada puluhan yang belum mau ikut. “Ternyata di lokasi yang tidak jauh dari Jakarta, masih ada kaum yang buta huruf. Maka kita harus ikut tanggung jawab membebaskan mereka dari buta huruf. Mereka tidak tahu tanggal lahir bahkan cara menulis namanya sendiri. Yuk, bantu mereka agar bisa baca dan tulis” ujar Syarifudin Yunus, pendiri GEBER BURA yang juga Dosen Universitas Indraprasta PGRI dan mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak. Patut diketahui, untuk peduli dan mau berkiprah secara nyata dalam memberantas buta huruf sama sekali tidak butuh alasan. Cukup dikerjakan dan sisihkan waktu untuk mengajar mereka. Zaman boleh canggih, teknologi boleh serba digital. Tapi bila masih ada orang-orang yang buta huruf di dekat kita, lalu mengapa kita tidak mau membantu? Ketahuilah, masih ada saudara kita yang buta huruf adalah fakta. Bila masih banyak orang yang gemar membanggakan dan mengumbar-umbar kekayaan itu semua semu. Kini saatnya membantu orang-orang buth huruf dan ikut membahagiakan mereja agar bisa baca dan bisa tulis. Karena barangsiapa yang memudahkan urusan saudaranya di bumi, maka Allah SWT menyuruh penghuni langit untuk memudahkan urusannya di dunia dan kelak di akhirat (HR. Bukhori). Semoga esok. Jangan ada lagi orang kampung bilang “maaf, saya orang bodoh karena gak bisa baca gak bisa tulis”. Bila kita berhak bicara dan mau jadi apapun. Mereka pun berhak bisa membaca dan bisa menulis ….. Salam GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) di Kaki Gunung Salak Bogor …. #TGS #GeberBura #TBMLenteraPustaka
ADVERTISEMENT