Masihkah Ada Pertemanan Sejati di Era Politik?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
29 Desember 2018 21:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pertemanan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pertemanan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Ini soal kawan, soal pertemanan di era politik. Berapa banyak kawan yang akhirnya jadi lawan. Cuma gara-gara beda pilihan politik. Merusak pertemanan gara-gara urusan politik yang sesaat, sungguh bukan hanya rugi. Tapi sangat disayangkan bila rusak hubungan berteman karena urusuan politik.
ADVERTISEMENT
Masih adakah pertemanan sejati di era politik? Dan kalau tidak bisa sama pilihannya, kenapa tidak boleh beda?
Di liburan akhir tahun 2018 bersama keluarga, saya singgah di Kota Tegal, kota kelima yang saya sambangi setelah Solo, Semarang, Dieng Wonosobo, dan Pekalongan, lalu berakhir di Tegal sebelum kembali ke Jakarta.
Saat di Tegal, saya disambangi oleh sahabat lama, Moh. Salim, yang pas ada di Tegal. Dia teman kuliah 28 tahun lalu di IKIP Jakarta (sekarang UNJ) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, angkatan 89 kelas B.
Saya dan kawan saya ini memang beda. Belakangan pun beda pilihan politik, beda mazhab politik. Bahkan di usia tua sekarang pun jenggotnya beda; jenggot dia hitam panjang sedangkan jenggot saya putih pendek.
ADVERTISEMENT
Sekarang ini dia juga tukang kasih ceramah atau ustaz, sementara saya seorang aktivis dan pengabdi sosial buat anak-anak yatim, taman bacaan, dan kaum buta huruf. Beda yang terakhir, dia wong Tegal, saya wong Jakarta.
Jadi, berkawan banyak bedanya itu lumrah. Namun, mencari 'kesamaan' daripada 'perbedaan' itu yang utama. Biar beda tapi tetap menjaga yang sama, itulah esensi berkawan, berteman di era politik.
Ada yang bilang, berteman seribu masih kurang, tapi musuh satu sudah kebanyakan. Tapi di era politik via media sosial, mungkin sekarang banyak orang yang sudi 'mengorbankan' pertemanan karena beda pilihan politik. Di situlah, saya tegaskan 'jahatnya politik' utamanya bagi mereka yang menafsir demokrasi secara sempit.
ADVERTISEMENT
Masihkah Ada Pertemanan Sejati di Era Politik? (1)
zoom-in-whitePerbesar
Memang berapa sih harga pertemanan?
Ada yang bilang mahal, ada yang bilang murah. Tapi bila karena pilihan politik, pertemanan jadi 'kiamat', siapa yang ajarkan. Seperti di media sosial hari ini, berapa banyak sesama teman saling mencaci-maki, saling menghujat, bahkan saling membenci karena beda pilihan politik. Lalu, mereka sudi tercabik-cabik pertemanannya.
Harga pertemanan itu sangat mahal bila hanya dibayar dengan urusan politik. Ongkos berteman itu enggak akan ada yang mampu bayar bila dirusak karena urusan politik. Maka bertemanlah, dengan apa adanya dan penuh cinta. Karena berteman itu untuk urusan kebaikan, bukan kejelekan.
Masih banyak di luar sana yang membutuhkan pertemanan untuk mengusung sikap dan perilaku baik. Berteman di era politik, harusnya bisa saling menerima dan saling memberi dalam kebaikan. Bila enggak bisa sama, kenapa enggak boleh beda?
ADVERTISEMENT
Maka beruntunglah kita, orang-orang yang tidak menjadikan benci sebagai teman. Selamat berteman. #TGS #TemanEraPolitik