Mengenal Taman Bacaan yang Selalu Hidupkan Budaya Antre

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
19 Januari 2020 21:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi antre disinyalir sudah mulai hilang di era digital ini.
ADVERTISEMENT
Banyak orang lebih memilih untuk cari “cara cepat” untuk sampai ke tujuan. Instan dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Mungkin, mengantre dianggap aktivitas yang menjemukan. Bahkan tidak mengenakkan bagi sebagaian besar orang. Apalagi yang berpangkat atau yang merasa tinggi. Wajar bila akhirnya, orang berebut untuk buru-buru. Sehingga tradidi antre jadi terabaikan.
Tradisi antre bisa jadi sudah mulai hilang. Karena hari ini, banyak orang sudah tidak mau lagi berdiri berderet-deret; memanjang sambil menunggu untuk mendapat giliran. Dalam hal apapun, untuk keperluan apapun. Bahkan tidak sedikit orang yang sudi “membayar” orang bila terpaksa haru antre.
Maka benar anekdot yang menyatakan “seorang anak hanya butuh waktu singkat untuk bisa menguasai ilmu matematika. Tapi butuh waktu bertahun-tahun untuk memiliki budaya antre.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka telah menjadikan budaya antre sebagai adab yang dipelihara. Melalui event bulanan bertajuk “Membaca di Alam” hari ini, Minggu 19 Januari 2020, sekitar 40 anak-anak pembaca aktif Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor tetap melatih tradisi antre. Hebatnya, tradisi antre yang diajarakn tidak melalui ceramah. Tapi langsung praktik dengan menerapkan “jajanan kampung gratis” seperti baslok, cincau dan sebagainya. Seusai mengikuti senam literasi, bermain games, dan membaca di alam di Sungai Ciherang, anak-anak TBM Lentera Pustaka langsung antre untuk menikmati jajajan kampung gratis.
Dibimbing langsung oleh Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepela Program TBM Lentera Pustaka, anak-anak usia sekolah yang selalu membaca seminggu 3 kali ini menjadikan tradisi antre sebagai adab yang harus dijunjung tinggi. Selain tradisi antre, anak-anak TBM Lentera Pustaka pun diajarkan adab-adab lainnya, seperti 1) memberi salam, 2) cium tangan, dan 3) berdoa sebelum membaca.
ADVERTISEMENT
“Selain menjadi tempat membaca secara rutin, anak-anak TBM Lentera Pustaka memang dilatih untuk memiliki adab antre, salam, cium tangan, dan berdoa. Dan setelah 2 tahun berjalan, semua itu sudah menjadi nilai-nilai yang melekat dalam diri mereka. Adab inilah yang perlu diajarkan di era yang katanya semakin canggih, di era digital” ujar Syarifudin Yunus yang ikut mengantre bersama anak-anak.
Budaya antre anak-anak taman bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor
Tradisi antre menjadi penting dilatih pada diri anak-anak. Karena dengan antre, maka anak-anak diajarkan untuk saling menghormati hak orang lain. Bahwa yang paling depan adalah yang datang duluan. Maka antre melatih disiplin, di samping tidak boleh menyerobot hak orang lain. Harus malu bial tidak antre tapi mau duluan. Melalui tradisi antre, anak-anak TBM Lentera Pustaka diajarkan untuk memahami filosofi antre, yang terdiri dari: 1) antre mengajarkan kesabaran, 2) antre mengajarkan kesetaraan, 3) antre mengajarkan kedisiplinan, dan 4) antre mengajak siapaun untuk lapang dada.
ADVERTISEMENT
Patut diketahui, Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor selama ini dikenal sebagai taman bacaan yang kreatf dan unik. Melalui model “TBM Edutainment” yang digagas pendirinya, Taman Bacaan Lentera Pustaka selalu menerapkan 1) senam literasi, 2) doa literasi, 3) membaca bersuara, 4) menggelar event bulanan setiap bulan, dan 5) menerapkan teknik metaforma untuk memahami isi bacaan. Tidak kurang dari 60 anak usia sekolah tercatat sebagai pembaca aktif seminggu 3 kali dan terbiasa membaca 5-8 buku per minggu. Atas dasar itu pula, Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka yang kebetulan sedang menempuh studi S3 Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor bertekad untuk menulis disertasi tentang penerapan model TBM Edutainment untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi masyarakat di Kabupaten Bogor.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2020, TBM Lentera Pustaka disponsori oleh Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan Asosiasi DPLK yang mendonasikan sebagian dana CSR korporasi untuk mendukung kelancaran aktivitas membaca anak-anak usia sekolah di wilayah yang tergolong prasejahtera ini. Saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki 3.400 koleksi buku bacaan dan menjadi satu-satunya taman bacaan resmi yang ada di Kecamatan Tamansari Kab. Bogor.
Selain DAAI TV, Pendiri TBM Lentera Pustaka yang sekaligus pegiat literasi Indonesia dan Dosen Unindra pun kerap didapuk sebagai narasumber budaya literasi di TV Parlemen setiap bulan dan seminar-seminar literasi di sekolah dan organisasi masyarakat.
Selain itu, Taman Bacaan Lentera Pustaka pun menyelanggarakan kegiatan GErakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) yang diikuti 10 ibu-ibu buta aksara. Apapun yang dijalankan TBM Lentera Pustaka, bukan hanya untuk meningkatkan tradisi baca ana-anak usia sekolah di kampung. Tapi juga untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Karena prinsipnya sederhana. Siapapun boleh jadi apapun. Asal tidak kehilangan jiwa kepedulian untuk sesame. Ubah niat baik jadi aksi nyata … #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi #TradisiAntre #BacaBukanMaen
Fun games sebelum membaca di taman bacaan Lentera Pustaka