Momok Pengajaran Menulis Ilmiah

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
9 Desember 2018 7:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Menulis itu memang sulit tapi mudah dipertanggungjawabkan. Sementara berbicara dan berkata-kata itu sangat mudah tapi sulit dipertanggungjawabkan” itulah jawaban saya ketika seorang mahasiswa bertanya soal gimana cara belajar Menulis Ilmiah.
ADVERTISEMENT
Menulis Ilmiah di kalangan orang-orang ilmiah bisa jadi momok. Karena banyak orang memahami Menulis Ilmiah sebatas mata kuliah atau bahan pembelajaran. Kita sering lupa, menulis ilmiah itu perilaku atau perbuatan.
Menulis Ilmiah itu berasal dari “menulis” yang berarti perbuatan atau perilaku menuangkan ide atau gagasan secara tertulis. Sedangkan “ilmiah” berarti bersifat ilmu; memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Sangat jelas bahwa Menulis Ilmiah merupakan perilaku dalam menuangkan ide atau gagasan secara tertulis yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Maka wajar “menulis ilmiah” antonimnya adalah “menulis nonilmiah”.
Maka seharusnya, menulis Ilmiah dalam realisasinya bukan mata kuliah atau pelajaran. Tapi perbuatan nyata dalam menuangkan ide atau gagasan ilmiah secara tertulis. Menulis Ilmiah adalah kompetensi.
ADVERTISEMENT
Mengapa Menulis Ilmiah sebagai kompetensi?
Karena banyak orang belajar Menulis Ilmiah tapi pada akhirnya tetap tidak bisa menulis ilmiah. Karena banyak guru atau dosen hanya mengajarkan materi Menulis Ilmiah. Tapi tidak memberi contoh nyata untuk menulis ilmiah; berperilaku menulis ilmiah. Menulis Ilmiah menjadi gagal ketika para pembelajar tidak mampu menulis ilmiah, ketika pengajar tidak mau dan tidak mampu menjadi contoh dalam menulis ilmiah.
Menulis Ilmiah akan tetap “jauh panggang dari api” bila hanya sebatas dipelajari. Menulis ilmiah butuh perilaku. Menulis ilmiah atau menulis apapun, sungguh tidak mungkin menjadi kompetensi bila tidak dilakukan.
Mengapa harus Menulis Ilmiah?
Karena minat dan jumlah tulisan ilmiah di Indonesia masih sangat rendah. Data dari Scientific American Survey (1994) menunjukkan bahwa kontribusi tahunan Scientist dan Scholars Indonesia pada pengetahuan (knowledge), sains, dan teknologi hanya 0,012 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Singapura 0,179 persen. Apalagi dibandingkan kontribusi ilmuwan di AS yang mencapai 20 persen. Data lain, di Indonesia hanya ada 0,8 artikel per satu juta penduduk, sedangkan di India mencapai 12 artikel per satu juta penduduk. Dalam hal Menulis Ilmiah, Indonesia berada di posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand.
ADVERTISEMENT
Itulah landasan mengapa penting belajar Menulis Ilmiah lalu diikuti perilaku atau kebiasaan untuk menulis secara ilmiah. Sekali lagi, Menulis Ilmiah adalah kompetensi.
Mengapa perilaku menulis ilmiah di Indonesia rendah? Mengapa tidak banyak tulisan ilmiah di Indonesia?
Ada berbagai kemungkinan jawabnya. Bisa karena orang pintar, guru, dosen tidak punya minat atau tidak bisa menulis ilmiah, baik dalam bentuk artikel atau buku. Bisa juga karena rendahnya minat baca masyarakat sehingga tidak ada bahan atau rujukan untuk bisa ditulis. Rendahnya perilaku menulis ilmiah bisa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya tidak cinta menulis, tidak punya waktu dan malas menulis. Wajar jika guru atau dosen hanya senang menghabiskan waktu untuk mengajar. Tidak punya waktu untuk menulis. Buat mereka, menulis dianggap bakat. Menulis katanya hanya orang tertentu. Maka menulis cukup dipelajari, bukan dilatih atau dibiasakan. Inilah tantangan terberat dalam Menulis Ilmiah.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa solusi dalam belajar Menulis Ilmiah?
Tidak ada yang lain selain menjadikan Menulis Ilmiah sebagai kompetensi. Menulis sebagai perilaku, sebagai perbuatan. Terampil dalam menulis ilmiah, gemar dalam menulis ilmiah. Menulis Ilmiah tidak hanya bahan ajar. Tapi harus menjadi perilaku atau kebiasaan dalam menulis ilmiah. Caranya sederhana, pembelajar maupun pengajar harus latihan menulis yang serius, terarah, dan sesuai kaidah penulisan ilmiah. Setelah itu, berani untuk mempublikasikannya seperti di koran, di majalah, di jurnal atau di buku. Agar bermanfaat bagi pembaca. Menulis Ilmiah harus dilandasi “keteladanan”, contoh nya dan perilaku yang baik dalam menulis ilmiah.
Maka Menulis Ilmah adalah kompetensi.
Setiap kita, pembelajar maupun pengajar harus kompeten dalam Menulis Illmiah. Kompetensi Menulis Ilmiah yang harus dimiliki terdiri dari: 1) pengetahuan, 2) sikap, 3) proses, 4) keterampilan, 5) hasil, dan 6) profesi. Menulis Ilmiah harus dilandasi pengetahuan yang mampu membentuk sikap dan dilakukan melalui proses yang baik sehingga menjadi terampil dan berwujud dalam hasil tulisan ilmiah yang bisa dijadikan profesi.
Jadi, bagaimana cara menjadikan Menulis Ilmiah sebagai Kompetensi?
ADVERTISEMENT
Menulis Ilmiah adalah keterampilan atau perilaku dalam menuangkan ide atau gagasan secara tertulis yang disajikan secara logis dan sistematis yang berisi pengetahuan dan pengalaman faktual secara obyektif. Menulis Ilmiah sering disebut sebagai karanagn ilmiah atau karya ilmiah.
Beberapa contoh hasil tulisan ilmiah atau jenis karya ilmiah antara lain:
Makalah: karangan ilmiah yang berisi pokok pikiran tentang topik tertentu yang disajikan dalam persfektif ilmiah dengan sistematika ilmiah.
Esai: Ulasan topik terntentu secara panjang lebar yang disajikan secara ilmiah untuk mempengaruhi pembaca yang disampaikan melalui media massa atau jurnal ilmiah.
Skripsi/Tesis/Disertasi: karangan ilmiah yang disusun secara sistematis dan logis sebagai hasil pengamatan atau laporan penelitian tentang topik tertentu sebagai syarat penyelesaian studi.
ADVERTISEMENT
Artikel: tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang bersifat aktual atau kontroversial yang bertujaun memberitahu, mempengaruhi atau menghibur pembaca melalui media massa.
Berita: apa saja yang ingin dan perlu diketahui oleh masyarakat yang berdasar pada fakta dan data.
Tajuk: opini tertulis yang berisi pendapat atau sikap resmi suatu media terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
Surat/Naskah Pidato: komunikasi tertulis yang berisi pikiran atau tanggapan tentang topik tertentu.
Menulis Ilmiah sebagai bentuk penyampaian pikiran ilmiah secara tertulis harus memenuhi syarat keilmiahan tulisan, yaitu 1) faktual, 2) logis, 3) obyektif, dan 4) sistematis. Menulis ilmiah merupakan keterampilan menulis secara ilmiah. Menulis ilmiah menitikberatkan pada keterampilan menulis dan cara berpikir ilmiah yang dituangkan ke dalam tulisan.
ADVERTISEMENT
Tulisan ilmiah yang baik harus “mendekatkan jarak” antara penulis dan pembaca. Karena itu, Menulis ilmiah mengharuskan terjadinya pemahaman dan penafsiran yang sama antara pembaca dengan isi bacaan.
Menulis Ilmiah sebagai proses pada dasarnya memuat karakteristik dalam karya ilmiah. Ada3 karakteristik penting yang harus ada dalam sebuah tulisan ilmiah adalah:
1. Isi,menyajikan ide yang faktual atau gagasan yang logis secara objektif dan sistematik.
2. Sistematika,memenuhi kaidah penulisan yang sesuai dengan sistematika yang baik dan diatur dalam konvensi tertentu.
3. Bahasa,memaparkan gagasan dengan kalimat yang lugas dengan diksi dan makna yang jelas serta memenuhi kaidah bahasa baku yang dihasilkan dari sudut pandang yang objektif.
Menulis Ilmiah pada akhirnya akan menghasilkan karya ilmiah yang baik, dapat diterima pembacanya. Ada beberapa ciri yang harus dipenuhi dalam tulisan ilmiah, antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Bersifat objektif dan sistematis,
2. Berdasarkan fakta dan logis
3. Bahasa yang baku dan lugas.
4. Bebas dari prasangka atau tidak emosional.
5. Bersifat konseptual dan prosedural,
6. Berdasar pada kaidah ilmiah
Lalu, apa yang dihasilkan dari menulis ilmiah?
Menulis Ilmiah sebagai kompetensi pada akhirnya akan menghasilkan 2 jenis karya ilmiah, yaitu
1. Karangan ilmiah, karangan yang berisi hasil pemikiran ilmiah tentang sesuatu sesuai dengan sifat keilmuannya.
2. Laporan ilmiah, bentuk penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan sebagai hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan ilmiah.
Sekali lagi, Menulis Ilmiah adalah kompetensi. Itulah spirit yang patut menjadi acuan. Agar hasil pembelajaran Menulis Ilmiah mampu mencapai tujuannya. Bukan hanya tahu tentang menulis ilmiah, tapi mampu berperilaku untuk menulis ilmiah.
ADVERTISEMENT
Berlatihlah untuk menulis ilmiah. Karena Menulis Ilmiah akan merangsang pemikiran untuk bergerak. Menulis Ilmiah bukan untuk ditunggu, bukan pula untuk dipelajari semata. Tapi seharusnya Menulis Ilmiah dilakukan sekarang, bukan esok atau lusa. Kita tidak akan pernah menjadi diri kita sendiri ketika kita belum menuliskannya.
Menulis ilmiah, akhirnya hanya butuh perilaku. Bukan hanya dipelajari atau didiskusikan. Karena dalam menulis ilmiah, “fakta itu suci sedangkan opini itu bebas tak bertepi”
Menulislah maka kita ada … salam ciamikk #MenulisIlmiah