Pada Secangkir Kopi, Semua Manusia Sama Saja

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
4 Desember 2021 9:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PADA SECANGKIR KOPI, SEMUA SAMA SAJA
Siapapun, di usia tua, akan tiba masanya mau berjalan ke pintu saja susah. Mudah lelah, olahraga sedikit saja capek. Maka carilah kawan yang menyehatkan. Sempatkan waktu dan pergi ke tempat-tempat untuk mengingatkan kita tentang kebesaran Allah SWT, di mana pun itu.
ADVERTISEMENT
Jangan susahkan diri memikirkan hal-hal yang tidak penting. Jangan pula berlebihan karena semua sudah ada waktunya. Maka nikmatilah yang ada, tentu dengan rasa syukur dan doa yang baik. Bukan keluh-kesah, gibah, atau hanya obrolan yang tidak punya manfaat sedikitpun.
Karena semua hakikatnya sama saja. Kaya atau miskin, pintar atau bodoh, kampung atau kota sama. Di gunung – di laut atau di dalam rumah. Prosesnya tetap sama, mereka awalnya lahir - bayi - anak-anak - remaja - dewasa - tua - sakit dan akhirnya mati.
Pada secangkir kopi, semua manuisa sama saja
Persis kata orang pintar nan bijak, tidak ada yang sempurna. Ada sehat ada sakit. Ada suka ada duka. Maka ada hidup pun akan ada mati. Maka tidak perlu adu argumen dengan orang yang mempercayai kebenciannya sendiri. Tidak pula perlu memberi alasan pada orang membenarkan pikirannya sendiri. Karena bisa jadi, mereka “buta” dari melihat kebaikan yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Lebih baik ngopi. Karena secangkir kopi, pahit dan manis selalu bertemu dalam kehangatan. Secangkir kopi, lebih indah diseruput dalam diam. Dan kopi tidak pernah berhenti memberi inspirasi tentang hebatnya sebuah perjalanan. Karena kopi, pahitnya saja bisa dinikmati. Apalagi manis.
Pada secangkir kopi, semua sama saja. Maka di mana pun, pilihlah tempat dan kawan yang menyenangkan. Jangan cari kawan yang seperti uang logam, "di depan lain, di belakang lain". Salam literasi #RenunganPagi #PegiatLiterasi #TamanBacaan