Perhiasan Itu Bukan Harta Tapi Kepedulian

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 20:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagian orang menyangka perhiasan dunia itu adalah harta atau kekayaan. Karena faktanya, tidak sedikit orang yang bangga dengan harta, pangkat, jabatan, rumah, kendaraan, gelar, dan lain sebagainya. Lalu, ujub atau sombong atas apa yang dimilikinya. Hingga lupa untuk membantu dan peduli kepada orang lain membutuhkan uluran tangan. Sibuk mengejar dunia jadi sebab lalai amal ibadah dan akhirat.
ADVERTISEMENT
Apapun yang dimiliki di dunia, sejatinya hanya titipan dari Allah SWT. Maka harta dan kekayaan pun akan menjadi berkah bila “dibelanjakan” di jalan Allah SWT. Digunakan untuk membantu orang lain dan bermanfaat untuk umat yang lainnya. Maka hati hati terhadap perhiasan dunia yang melalaikan. Karena apapun yang ada di dunia bersifat sementara dan akan punah pada waktunya.
Perhiasan dunia, bisa jadi penting, Asal digunakan untuk kebaikan dan kemanfaatan sesama umat. Harta dan kekayaan bahkan harus dimiliki bila dipakai untuk membantu kemaslahatan umat. Perhiasan, harta, dan kekayaan yang hakiki sebagai “jalan” untuk mengabdi kepada-Nya. Bukan harta dan kekayaan yang hanya “dimakan” untuk diri sendiri. Karena itu, berhati-hati terhadap perhiasan dunia. Dan bukankah “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya?”.
ADVERTISEMENT
Maka saat seorang kawan bertanya, kenapa saya mengabdi di taman bacaan? Maka jawabnya, karena saya sedang “merintis” jalan untuk mengejar perhiasan akhirat. Bukan lagi perhiasan dunia. Perhiasan yang dimulai dari rumah sendiri di kaki Gunung Salak Bogor dijadikan taman bacaan untuk menekan angka putus sekolah anak-anak dan mencegah pernikahan dini. Taman bacaan untuk menyediakan akses bacaan kepada anak-anak kampung. Di samping untuk menegakkan kegemaran membaca di tengah hiruk-pikuk dan gempura era digital, gawai, dan media sosial. Maka sejak tahun 2017, berdirilah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka yang dimulai dari garasi rumah dan diubah menjadi rak-rak buku. Dan kini, TBM Lentera Pustaka sudah mengelola 15 program literasi dengan melibatkan 200-an setiap minggunya sebagai pengguna layanan. Selain taman bacana, ada pula gerakan berantas buta aksara, kelas prasekolah, anak difabel, yatim binaan, jompo binaan, koperasi simpan pinjam, dan motor baca keliling.
Perhiasan di taman bacaan
Lalu, apa perhiasan di taman bacaan?
ADVERTISEMENT
Tentu, bukan harta dan kekayaan yang sifatnya material. Bukan pula popularitas apalagi status sosial. Perhiasan di taman bacaan adalah nilai-nilai yang paling berharga atas nama kemanusiaan. Setidaknya ada 3 (tiga) perhiasan yang paling berharga di taman bacaan, yaitu:
1. Kepedulian, untuk menjadikan diri sendiri lebih respek terhadap orang lain. Sikap peduli yang mengutamakan kebutuhan dan perasaan orang lain daripada kepentingannya sendiri. Lebih peka terhadap keadaan sesama, mau membantu secara nyata, dan menbera manfaat kepada orang lain. Selalu tergerak untuk menolong orang lain, apapun keadaannya.
2. Integritas, untuk melatih diri lebih konsisten menyesuaikan ucapan dan perbuatan sehari hari. Ada kesepenuh-hatian untuk bertindak, mengubah niat baik menjadi aksi nyata. Integritas sebagai cerminan sikap jujur dan dapat dipercaya, terbuka dan bersikap objektif dengan penuh tanggung jawab. Lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang positif dan bermanfaat, bukan sebaliknya berpikir negatif dan hanya mempersoalkan masalah tanpa solusi.
ADVERTISEMENT
3. Penghargaan diri atau self esteem, untuk memperkokoh cara berpikir dan tindakan yang lebih menghargai diri sendiri. Membangun martabat diri sesuai jalannya dan mampu menerima realitas kehidupan. Ikhtiar dalam membangun sikap, perilaku, dan nilai-nilai sesuai peran dan posisinya di masyarakat. Hragai diri sendiri dulu sebelum menuntut dihargai orang lain. Karena hanya pribadi yang mampu menghargai diri akan selalu istikomah dalam menggapai ridho Allah SWT.
Jadi, betapa penting membangun perhiasan di taman bacaan yang basisnya mentalitas. Bukan perhiasan dunia yang materialistis. Karena di taman bacaan, perhiasan bukan soal memiliki harta kekayaan. Tapi soal memiliki sedikit keinginan untuk berbuat banyak kepada orang lain. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka