news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Puasa, Momen Move on Siapa pun

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
10 April 2021 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ditanya kawan, apa artinya puasa?
Jawaban saya pun tidak lazim. Saya bilang puasa itu momen untuk “move on”. Iya move on. Karena zaman now, banyak orang sulit move. Idola-nya tidak terpilih, susah move on. Tidak sependapat dengan teman pun gagal move on. Hingga diam di rumah akibat pandemo Covid-19 pun sulit move on. Maka puasa, harusnya jadi momen untuk move on.
ADVERTISEMENT
Move on itu bukan “melupakan” masa lalu. Tapi lebih pasnya, move on itu berani untuk “berpindah” dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Membuka diri untuk menerima realitas apa pun dalam hidup. Move on juga bukan soal hati. Tapi soal sikap dan perilaku. Maka puasa kali ini, siapa pun sejatinya harus berani move on. Berpindah ke keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan hanya sekadar “menahan diri”.
Move on di bulan puasa, bolehlah disebut “hijrah”.
Berhijrah untuk meningkatkan kualitas ibadah menjadi lebih baik. Berubah untuk memperbaiki diri sebagai hamba-Nya. Bila puasa tahun lalu, biasa-biasa saja. Maka puasa kali ini, harusnya lebih luar biasa. Tidak lagi sebatas ritual. Tapi lebih berkualitas, lebih berdampak terhadap sikap dan perilaku sehari-hari. Mumpung, masih diberi kesempatan “bertemu” puasa. Karena tahun depan belum tentu bisa ketemu puasa lagi.
ADVERTISEMENT
Bila move on itu hijrah. Maka puasa kali ini, siapa pun bisa hijrah dari ibadah yang alakadarnya ke ibadah yang paripurna. Hari-hari yang diisi dengan kekhusyukan ibadah, di samping kepedulian dan kemanfaat kepada orang lain. Puasa sebagai "training center" untuk memperbaiki diri. Sebagai hamba Allah, bukan karena selain Allah.
Puasa ya move on-lah. Mulai saja dari yang kecil-kecil.
Pakai baju putih, pakai kopiah lalu sarungan. Bisa juga sedekah ke orang-orang yang kurang beruntung. Lebih rajin mengaji atau kaji kitab. Atau stip ngomongin orang, Karena sayang, bulan puasa kan bulan suci. Nah, jangan kotori kesucian yang hanya sebulan dalam setahun. Move on itu sederhana.
Seperti di taman bacaan pun. Bisa dijadikan sarana untuk move on. Taman bacaan yang tidak sekadar jadi tempat membaca anak-anak. Tapi juga mengkaji ilmu agama. Seperti di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak pun. Puasa kali ini ditargetkan bisa “khatam Al Quran keroyokan” tiap hari Sabtu. Sehingga selama bulan puasa berarti 4 kali khatam, insya Allah.
Literasi puasa, momen untuk move on siapa pun
Suka tidak suka, spirit "move on" di bulan puasa bisa jadi penting. Agar ada semangat untuk hijrah dan berubah. Agar bisa bersahabat dengan realitas. Maklum, hidup di zaman now. Terlalu penuh dinamika, penuh kejutan bahkan hal tak terduga di luar kontrol kita. Agar selalu bergerak, berani hijrah. Seperti kata cendekiawan Muhammad Iqbal, "sekali berhenti, berarti mati."
ADVERTISEMENT
Lalu kenapa ada yang gagal move on?
Itu bukan soal tidak mampu melupakan. Tapi lebih disebabkan karena sulit menerima kenyataan. Sehingga jalan untuk berubah dan hijrah hampir tertutup. Maka puasa tahun ini jadi lebih berkesa. Bila bersedia untuk move on. Berniat untuk hijrah menjadi lebih baik dan menerapkannya.
Move on untuk ikhtiar dan doa. Untuk mencari cara menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermanfaat buat agama dan orang lain. Berani berubah bukan karena khawatir atas apa yang dikatakan orang. Tapi berubah karena ingin lebih baik sebagai hamba-Nya.
Maka move on bukan lagi kata-kata. Tapi aksi nyata. Karena suatu kali, manusia memang harus "meninggalkan" apa yang dirasakan. Dan bersegera untuk meraih apa yang pantas didapatkannya. Sebelum ajal tiba. Salam literasi. #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
ADVERTISEMENT