news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Quick Count vs Tumbangnya Akal Sehat

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
18 April 2019 12:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang paling salah dalam pilpres 2019 kali ini?
ADVERTISEMENT
Jawabnya, bisa jadi quick count atau hitung cepat. Sekalipun aturan quick count baru bisa dilakukan setelah 2 jam pencoblosan selesai, kini banyak orang buru-buru membantahnya. Alasnnya tidak terima realitas yang terjadi di quick count.
Dalihnya sederhana, bila hitungan quick count sesuai dengan keinginan maka hasilnya diakui. Tapi bila quick count hasilnya tidak sesuai keinginan, orang-orang pintar itu bilang kita tunggu hasil penghitungan manual KPU.
Di sini sangat jelas, betapa quick count berhasil menumbangkan akal sehat manusia, Seperti ramalan, jika ramalannya cocok kita langsung setuju. Ketika ramalannya tidak cocok, kita pun segera menyalahkan peramal.
Kemarin lagi kampanye, berapa banyak orang rajin banget mendukung kandidatnya; sambil memprovokasi pendukung lawan politiknya. Hingga rakyat bingung, mana yang benar nama yang hoaks? Ujaran kebencian pun bertebaran diikuti hujatan dan cacian. Tujuannya, agar bisa meraih kemenangan. Tapi sayang, begitu hasil quick count keluar. Semua proses ilmiah dianggap salah dan sulit diterima. Inilah tanda tumbangnya akal sehat.
ADVERTISEMENT
Patut diduga, bagi kaum yang tidak menerima quick count, mereka sedang terjebak pada euforia yang membuatnya lupa diri. Mereka kehilangan objektivitas. Lupa pada akal sehatnya sendiri. Akal sehat tumbang oleh pemujaan yang berlebihan. Nafsu kekuasaan telah menghancurkan akal sehat orang-orang pintar itu.
Kita boleh tidak setuju. Tapi akal sehat pun harus tetap dijaga
Mari kita lapang hati dan berjiwa besar. Menafsir tentang quick count dan akal sehat. Ibarat sebuah buku, quick count itu sekadar pengetahuan. Sekalipun kita masih menunggu penghitungan resmi dari KPU. Tentu, quick count dapat menjadi referensi tentang hasil pilpres yang berlangsung aman dan lancar tersebut.
Sebagai bagian dari metode ilmiah, quick count tentu dapat dipertanggungjawabkan. Persis seperti kita sedang meneliti. Kita sepakat, quick count itu bukan alat untuk kebohongan. Apalagi keberpihakan.
ADVERTISEMENT
Karena qouick count pasti punya standar objektivitas, bersifat faktual, sistematis, dan transparan. Belum lagi soal reputasi lembaga survei penyelenggara quick count, tentu tidak sembarangan.
Bila hari ini kita tidak bisa menghindar dari pengaruh teknologi, maka quick count pun bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang sulit berbohong atau curang. Karena diawasi jutaan pasang mata. Tapi jangan karena hasilnya sulit diterima. Maka kita bilang quick count abal-abal. Sebaliknya, bisa jadi kita yang telah merobohkan akal sehat kita sendiri.
Bukankah adanya penelitian dan ilmu pengetahuan pun untuk memudahkan manusia dalam menemukan kebenaran juga?
Jadi, siapapun capres dan pendukungnya harus legowo dan berjiwa besar. Tidak ada yang menyatakan menang. Quick count hanya melaporkan hasil penelitian semata. Untuk menuntun akal sehat kita dalam memperoleh informasi.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari hasil quick count seperti apa dan siapa yang diunggulkan. Terlepas dari angka-angka yang di-klaim paling benar. Kita perlu memberi tafsir sederhana terhadap quick count. Yaitu adanya realitas politik di Indonesia. Sebuah potret aspirasi masyarakat Indonesia dalam mengikuti proses pilpres dan pileg di tahun 2019 ini.
Quick count, setidaknya menempatkam aspirasi rakyat pada sosok presiden pilihannya. Bahkan quick count juga bisa jadi alternatif dalam membantah hiruk-pikuk kontestasi pilpres yang penuh ujaran kebencian, hujatan, hoaks, dan fitnah selama ini. Quick count pilpres 2019 adalah realitas politik Indonesia hari ini, tentu bukan yang kemarin atau untuk esok. Agar kita bisa mengakhiri perdebatan yang tidak produktif selama ini; perseruan yang harus diakhiri oleh semua pihak.
ADVERTISEMENT
Maka, tidak perlu buru-buru menolak quick count ataupun cepat-cepat merayakan hasilnya. Karena quick count hanya cara ilmiah dalam mendekati realitas dan hasil.
.
Quick count itu ibarat orang sakit yang harus diperiksa darah. Tentu, kita tidak perlu menguras atau menyedot semua darah untuk diperiksa. Karena akibatnya bisa mati. Maka cukup diambil sedikit saja darahnya untuk dianalisis. Hingga kita tahu penyakitnya apa? Itulah quick count.
Jangan karena hasil quick count tidak sesuai harapan lalu kita menolaknya. Giliran sesuai harapan, kita berjingkrak-jingkrak riang gembira. Aneh.
Apabila akal sehat kita tidak sempurna maka jangan menyebut cara ilmiah menjadi tidak benar. Lalu kita harus cari referensi kemana? Katanya tidak perlu ada provokasi. Tapi pikiran dan tindakan yang dipertunjukkan terhadap quint count justru menumbangkan akal sehat. Sungguh, jangan-jangan kita hanya nafsu menang dan meraih kekuasaan. Tanpa mau menerima kekalahan.
ADVERTISEMENT
Akal sehat itu bukan ambisi. Akal sehat juga bukan nafsu berkuasa. Akal sehat itu logika. Untuk mengakui yang benar itu benar dan pasti dapat dipertanggungjawabkan. Sekali lagi, quick count itu hanya pengetahuan saja .
Maka, kita jangan percaya quick count. Tapi percayalah kepada Allah SWT. Karena semua hasilnya sudah pasti sesuai kehendak Allah SWT. Tolong, jangan tumbangkan akal sehat hanya karena quick count... ciamikk #TGS #Pilpres2019 #QuickCount