Seberat Apa Bencimu, hingga Senyum Itu Hilang di Lebaran?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
11 April 2024 7:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Lebaran atau Idul Fitri bersama keluarga dengan baju kembaran. Foto: Odua Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lebaran atau Idul Fitri bersama keluarga dengan baju kembaran. Foto: Odua Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Geleng-geleng dan menganggukkan kepala, artinya tidak selalu sama antara orang Indonesia dengan India. Kontak mata antara kita dengan orang Timur Tengah pun punya makna yang berbeda. Semua tergantung budayanya. Tiap bangsa punya bahasa tubuh yang kadang berbeda maknanya.
ADVERTISEMENT
Tapi lainnya halnya dengan “senyum” yang tulus. Maknanya pasti tidak jauh berbeda antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Senyum kurang lebih sama artinya di seluruh dunia. Sebuah ekspresi tidak bersuara yang menunjukkan rasa senang, gembira, atau suka. Ada kebahagiaan dan keramahan di balik senyuman.
Senyum itu simbol keaslian. Senyum bermakna universal, hampir semua tempat di dunia tahu maknanya. Tidak ada orang dihujat karena tersenyum. Berbeda dengan orang “meludah”, langsung viral seantero Nusantara. Jadi, lebih baik memilih senyum daripada cemberut. Lebih baik tersenyum daripada banyak omong yang belum tentu benar. Senyumlah di hari lebaran.
Senyuman di hari lebaran itu membahagiakan diri sendiri, apalagi untuk orang lain yang menerimanya. Senyum lebaran adalah silaturahmi yang hakiki sambil bersalaman untuk memaafkan lahir dan batin. Karena senyumlah saat bahagia berarti kita menjaga kewaspadaan. Senyum saat duka pun meneguhkan kesabaran. Senyumlah saat berjuang makin memperkuat pengorbanan.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, senyumlah pada kekasih pasti menyuburkan cinta. Senyum pada musuh berarti membenamkan hormat. Senyum pada pendengk bisa menjejalkan sesal. Senyum pada si ramah pasti menjalinkan ketulusan. Senyumlah pada si marah bisa menuangkan sejuk. Dan senyum pada si gelisah pun mampu mengalirkan rasa tentram.
Senyum di hari lebaran itu indah. Senyum pada kaum miskin itu bisa jadi pelipur lara. Senyum pada si kaya kian mahal harganya. Senyum pada si aniaya pun jadi cahaya atas gelap hatinya. Lalu, kenapa di hari lebaran masih ada orang-orang yang susah tersenyum? Apa masih ada benci dan dendam di hatinya? Lebaran tanpa senyuman, sungguh mengotori dan merusak amalan sebulan penuh saat berpuasa.
“Termasuk akhlak jelita seseorang; pada saudara senyumnya mengembang, di kala mereka sedang berbincang” (Habib ibn Abi Tsabit). Karena tidak ada masalah yang tidak bisa dilewati dengan senyum di wajah. Maka jangan biarkan amarah, benci dan dendam merenggut seutas senyum yang sederhana. Jangan boleh masalah merenggut senyum kita. Karena energi senyum lebih kuat dari segalanya. Belajar dari senyum, ada banyak cerita yang mampu dituntaskan. Karena sebagian besar orang percaya. Bahwa senyum adalah cahaya di tengah rintangan yang gelap.
Seberat apa bencimu, hingga senyum itu hilang di hari lebaran?
Senyumlah di hari lebaran. Kepada orang-orang yang berbahagia, kepada mereka yang bersuka cita. Bahkan kepada musuh-musuh dan lawan berseteru sehari-hari. Karena senyum itu indah dan menyejukkan. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah engkau meremehkan sekecil apa pun kebaikan, walau dengan wajah ceria ‎kala bertemu saudara (HR. Muslim: 2626).
ADVERTISEMENT
Maka tersenyumlah di hari lebaran dan seterusnya. Sebab senyum adalah bagian kebaikan yang tidak butuh biaya mahal. Dan sepercik sedekah tanpa kepayahan bagi siapa pun. Percayalah, cemberut itu tidak mengenakkan den mengotori hati siapa pun. Untuk apa cemberut? Apalagi cemberut atas alasan dan sebab yang subjektif dan tidak diketahui.
Kok masih ada orang yang “gagal senyum” di hari lebaran? Seberat apa benci dan dendam itu kepada musuhmu? Tersenyumlah lebih banyak, senyumlah lebih tulus kepada siapa pun. Sambil bertutur dalam hati, Ya Allah mampukan kami tersenyum karena-Mu. Salam literasi.