Tanggung Jawab Moral, Ada Di Mana?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 18:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, Jepang tergolong sukses menggelar event akbar internasional itu. Kenapa begitu? Karena Jepang sebagai tuan rumah benar-benar memberikan pelayanan terbaik kepada “tamu”. Kepada atlet negara-negara lain yang mau bertanding. Negeri Sakura itu memang dikenal sangat menghormati tamu. Bahkan menjamin “keamanan” dan kebutuhan orang lain. Salut buat Jepang.
ADVERTISEMENT
Makanya di Jepang, ada tradisi "Ojigi" atau membungkuk. Sejak balita, orang Jepang sudah diajarkan. Untuk menghormati orang lain. Apalagi orang-orang baik yang datang ke sana. Sayang sekali, di Indonesia tidak ada budaya membungkuk. Mungkin yang ada budaya gosip dan ngeles.
Hebatnya lagi. Orang Jepang itu selalu memberikan yang terbaik atas pekerjaannya. Bahkan siap menanggung risiko atas kelalaian-nya. Sekalipun tidak bersifat langsung. Sebagai bentuk tanggung jawab moral. Orang Jepang sangat gentle. Dan tidak segan untuk mengundurkan diri bila gagal. Atau kinerjanya buruk. Karena itu, dulu ada budaya “harakiri” di Jepang. Menusuk perutnya sendiri akibat merasa malu dan gagal. Termasuk gagal dalam menjaga norma sosial. Jangankan maling, ketahuan korupsi saja mereka bunuh diri.
Tanggung jawab moral ada di mana?
Bila tahu ada aktivitas baik. Bangsa Jepang itu pasti memeliharanya. Makanya banyak orang pintar Indonesia yang kerja di Jepang dan tidak mau balik lagi. Karena di Jepang, dibikin nyaman. Itulah faktanya. Maka mereka semakin maju, semakin canggih. Berat kontribusi dari orang-orang baik di luar lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Tanggung jawab moral itu ditanamkan di Jepang. Dan kita mungkin tidak perlu meniru semua dari Jepang. Tapi kita dapat belajar untuk mengikuti jejaknya. Sebagai manusia dan bangsa yang mau lebih baik ke depannya. Di sini, tanggung jaab moral itu ada di mana dan punya siapa?
Itulah literasi peradaban manusia. Tapi sayang, di negeri ini belum seperti itu. Sehingga kebaikan pun harus mengalah dari kebobrokan. Saat orang baik terlempar akibat ketidak-pedulian.
Itulah yang bikin kangen untuk berkunjung lagi Jepang. Salam literasi