Ucapan Orang Tua Berjiwa Pengemis Di Hari Raya

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
29 Mei 2020 15:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak-anak kecil sering meminta uang di Hari Raya. Atau sebaliknya, orang dewasa yang memberi uang atau amplop kepada anak-anak kecil. Itu tradisi yang biasa terjadi di Hari Idul Fitri atau lebaran. Entah, siapa yang mengajarkannya dulu? Agak sulit ditelusuri. Mungkin sudah jadi budaya atau kebiasaan.
ADVERTISEMENT
Memberi amplop atau uang kepada anak-anak di hari raya, tentu tidak masalah. Apalagi bila si anak dikasih oleh Om atau Tante-nya, sama sekali tidak masalah.
Sah-sah saja, bila menerima amplop bila dikasih. Tapi harus diingat, jangan sekali-sekali meminta bila tidak dikasih. Jangan biarkan anak-anak bermental pengemis di hari raya.
Apalagi anak-anak, pasti tidak akan salah. Karena anak-anak memang tidak meminta untuk dikasih uang atau amplop. Tapi sayangnya, banyak orang tua yang menjadikan “meminta uang” untuk anaknya di hari raya. Dianggap sebuah tradisi, sebuah kebiasaan.
Seperti contoh, orang tua seringkali mengucapkan kata-kata ini di hari raya:
“Ayo Nak, salam dulu sama Om. Biar nanti dikasih uang…””
“Ayo Nak, kita ke rumah tante. Dia orang kaya, kalau ke sana pasti dikasih amplop deh”
ADVERTISEMENT
“Om dan tante, mana nih amplop buat keponakannya. Kok belum dikasih…”
“Tante dapat THR ya,, bagi dong keponakannya…”
Anehnya, setelah dikasih pun, tidak sedikit orang tua yang masih saja menyahut:
“Ya kok cuma segini, Om? Tante aja kasihnya banyakan. Tambahin dong Om..”
“Kok cuma 2 lembar sih Tante, tambahin lagi dong …”
“Ada lagi gak Om, kan si adek mau beli sepeda…”
Itu semua, ucapan “berani’ yang ada di mulut orang tua. Bukan anak. Karena anak, tidak punya tradisi “meminta” seperti itu. Jadi, jangan biarkan anak-anak bermental pengemis di hari raya.
Tradisi amplop di hari raya
Memang tidak semua anak atau semua orang tua seperti itu. Alhamdulillah. Tapi tidak sedikit orang tua dan anak yang berperilaku seperti itu Ketika hari raya tiba. Bahkan banyak pula orang tua yang menyuruh anak-anak untuk meminta-minta secara tidak langsung. Meminta-minta, tentu jangan dijasikan kebiasaan. Karena apapun alasanya, oitu keliru. Apalagi berkata “Ahh, maklum aja. Namanya juga anak-anak.” Karena tradisi meminta-minta itu akan terbawa hingga si anak dewasa. Maka orang tua harus menyadari. Dan tidak boleh membiarkan anak bermental pengemis. Ini soal pembentukan karakter anak.
ADVERTISEMENT
Ketahuilah, orang tua harus berjuang sekuat tenaga. Agar anaknya mandiri dan tidak memiliki mental pengemis. Ajarkan anak-anak untuk tidak meminta-minta. Karena mental peminta-minta, hakikatnya dilarang dalam Agama Islam.
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidak fakir, maka seakan-akan ia memakan bara api” (HR Ahmad 4/165)
Jangan biarkan anak-anak bermental pengemis di hari raya.
Karena sejatinya, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Maka nilai pendidikan di hari raya yang patut diajarkan ke anak-anak. Adalah “jika dikasih silakan terima; tapi jangan sekali-kali meminta”. Lalu, ajarkan anak-anak untuk mengucapkan terima kasih kepada yang memberi. Tanpa perlu menilai berapa nominal uang yang diberikan.
Memberi uang atau amplop saat hari raya, tentu boleh-boleh saja. Apalagi bila niatnya untuk berbagi kegembiraan kepada anak-anak. Sekaligus mengajak anak-anak untuk bersyukur atas karunia Allah SWT. Dan untuk memotivasi anak-anak agar lebih giat dalam beribadah dan menjalin silaturahim. Bila itu yang terjadi, insya allh menjadi berkah. Bahkan menjadi ladang amal bagi siapa saja yang terlibat dalam kebaikan.
ADVERTISEMENT
Intinya, jangan meminta-minta di hari raya. Apalagi terang-terangan hingga kesannya menyindir orang dewasa yang diminta, entah Om atau Tante. Meminta jatah “amplop” tanpa malu-malu lagi. Hati-hati karena mentalitas itu akan terbawa hingga anak-anak dewasa.
Memang, apabila bisa memberi itu sangat bagus. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat pada yang lainnya. Tapi bila yang diharapkan memberi tidak mampu, maka ajarkan pula budaya malu untuk meminta-minta. Jadi, jangan biarkan anak-anak bermental pengemis.
Maka inilah momen. Untuk terus muhasabah diri. Agar jangan berjiwa pengemis; yang selalu meminta belas kasih dari orang lain. Insya Allah, rezeki sseseorang tidak akan pernah tertukar. Banyaklah bersyukur atas apa yang dikaruniai Allah SWT. Bila ada yang kurang, ikhtiar dan berdoa lagi.
ADVERTISEMENT
Jangan meminta-minta di hari raya. Karena di atas ilmu ada adab. Dan ilmu tanpa adan, akan menghinakan diri sendiri … #PesanLebaran #idulFitri