Konten dari Pengguna

Untuk Kamu yang Terjebak Rutinitas

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
20 Agustus 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada benarnya, nasib kita tergantung pola pikir kita. Bila mau kreatif, tentu ada dinamiia dan sesuatu yang baru. Sementara bila tidak kreatif, mau tidak mau, hidup terjebak rutinitas semata. Dari Senin hingga Minggu begitu-begitu saja, yang dilakukan begini-begini saja. Tidak ada lagi tantangan, apalagi harapan. Sudah pasrah dan prinsip hidupnya mengalir apa adanya.
ADVERTISEMENT
Seperti ilustrasi di gambar ini, dari Senin mulai siap bekerja, Selasa mengerjakan, Rabu kerjakan yang lain, Kamis melanjutkan kerjaan, Jumat mulai berasa lelah, Sabtu bermain hobby, dan Minggu istirahat siap-siap buat Senin lagi. Siklusnya sudah tetap dan monoton. Tidak ada lagi "
Kawan saya bilang, "hidup gue kok begitu-begitu aja ya, kerja dari Senin sampai Jumat. Sabtu-Minggu istirahat, gak ada variasi lagi" katanya. Saya sih diam saja, karena memang tidak diminta saran. Sederhana sih, bila senang ya jalani saja. Tapi bila tidak senang, mungkin ada baiknya mencari aktivitas yang menantang.
Hidup itu bukan karena kebiasaan, mengerjakan begitu-begitu saja setiap hari. Hidup sangat bergantung pada pola pikir kita. Maka harus mulai direvisi cara berpikir kita, seiring dinamika dan perkembangan zaman. Eranya sudah berubah, zamannya sudah tidak sama lagi. Mau tidak mau, pola pikir harus berubah
ADVERTISEMENT
Sejatinya, siapapun hanya punya dua pilihan dalam hidup yaitu: Pertama, kita yang memprogram hidup menjadi lebih baik atau
Kedua, jika tidak memprogram hidup, maka hidup kita akan diprogram oleh orang lain.
Jadi pilihannya, mau mengendalikan diri sendiri atau dikendalikan orang lain. Semuanya terletak di pola pikir. Bila pola pikirnya mau berubah, mungkin sesuatu yang baru bisa membawa kita ke arah yang lebih baik. Tapi sebaliknya, bila pola pikirnya begitu-begitu saja ya mungkin tidak ada perubahan yang signifikan dalam hidup.
Terus terang, terkadang nasib kita adalah hasil dari pola kebiasaan yang kita jalani. Dan kebiasaan biasanya lahir dari pola pikir kita sendiri. Apa yang kita pikirkan, akan membentuk perasaan, tindakan, hingga kenyataan nasib kita sendiri. Sebaliknya, bila kita terus melakukan pola hidup yang sama, kita hanya akan mendapatkan hasil yang sama. Terjebak Rutinitas, dari hari ke hari, hanya begini-begini saja.
ADVERTISEMENT
Maka untuk menciptakan nasib yang lebih baik, ikhtiar yang berbeda berbeda dari sebelumnya, kita memang harus mengubah pola hidup dan pola pikir. Bikin program baru dalam pikiran kita, tentang visi dan misi kita sendiri. Mau ke mana dan apa tujuannya? Fokus pada kebahagiaan dan ketenangan atau lainnya? Sibuk hanya sebatas di WA atau omongan, apa ada untungnya? Apalagi setiap hari berkeluh-kesah?
Lebih baik kita bikin tindakan dan kebiasaan positif yang mendukung kesehatan lahir dan batin. Mulai dengan langkah kecil untuk menuju perubahan ke arah hidup yang lebih baik. Tidak hanya menjalani yang sifatnya rutinitas semata.
Ingat, pola pikir kita adalah kunci. Dengan mengubah pola pikir, maka pola tindakan pun berubah sehingga nasib kita pun berubah. Programkan pikiran kita untuk lebih baik ke depan, jangan hanya fokus pada "pintu yang tertutup" atau menjalani hari-hari yang begitu-begitu saja.
ADVERTISEMENT
Jangan banyak mengeluh, tinggalkan pola pikir yang jelek. Kerjakan yang baik dan bermanfaat dari sekarang, mumpung masih punya waktu. Seperti itulah yang saya dan relawan jalani di TBM Lentera Pustaka, membuat kreativitas baru di taman bacaan. Sambil bersandar pada pola pikir yang dinamis. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacwBukanMaen