Ambiguitas Peran di Dalam Kantor Membuat Pekerjaan Menjadi Molor

Syauqi S Wibisono
Halo saya Syauqi Septian Wibisono. Saat ini saya seorang mahasiswa S1 Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Sumatera Barat
Konten dari Pengguna
24 November 2022 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syauqi S Wibisono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Andrea Piacquadio/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Andrea Piacquadio/Pexels
ADVERTISEMENT
Pada zaman yang sudah modern ini, kebutuhan manusia yang bersifat primer pun menjadi makin kompleks. Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan tersebut tidak terbatas hanya pakaian, rumah, dan makanan. Hal-hal seperti telepon genggam, internet dan alat-alat penunjang baik yang bersifat elektronik maupun tidak turut menjadi penunjang kehidupan manusia. Akibat banyaknya kebutuhan primer yang harus dipenuhi membuat jenis-jenis pekerjaan yang tersedia pun menjadi makin bervariasi seperti buruh pabrik, pegawai negeri sipil, pelayan administrasi publik dan masih banyak lagi. Pada daerah perkotaan, jenis pekerjaan yang paling sering di lamar oleh calon pekerja di sana adalah pekerja kantoran.
ADVERTISEMENT
Pekerja kantoran mendapat lowongan yang paling banyak di buka di daerah perkotaan. Ini disebabkan karena, daerah perkotaan ini sangat bergantung di sektor industri. Pekerja kantoran ini biasanya adalah para pekerja yang bergerak di bidang administratif, manajerial, dan akademis yang sesuai dengan kapabilitas dari masing-masing pekerja. Dalam suatu kantor biasanya terdapat atasan yang di pimpin oleh sekelompok atau seseorang yang dapat berbentuk CEO atau manajer. Para pegawai atau karyawan yang bekerja di dalam kantor tersebut harus mematuhi segala perintah yang diberikan oleh atasan tadi. Tak jarang perintah yang diberikan begitu banyak dan membuat para karyawan yang terlibat menjadi kewalahan. Jika hal ini terus berlanjut dapat menimbulkan ambiguitas peran para karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Ambiguitas peran menurut Luthans (2001:473) terjadi ketika individu tidak memperoleh kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya atau lebih umum dikatakan ‘tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan’. Job description yang tidak jelas, perintah-perintah yang tidak lengkap dari atasan, dan tidak adanya pengalaman memberikan kontribusi terhadap ambiguitas peran.
Akibat banyaknya pekerjaan yang di ambil oleh karyawan di sana membuat terjadinya kebingungan di dalam kantor tersebut. Lalu ketidakjelasan atas informasi yang dari atasan terkait tugas yang diberikan juga memicu terjadinya ambiguitas di dalam kantor. Selain itu, kondisi sosial yang terjadi di kantor tersebut pun turut andil dalam terbentuknya ambiguitas peran ini. Ketika terjadi senioritas di dalam kantor ini para karyawan baru pun menjadi susah untuk bertanya lebih jelas ketika di hadapkan dengan tugas yang tidak mereka ketahui.
ADVERTISEMENT
Ambiguitas peran tadi membuat kinerja dari karyawan tersebut menjadi tidak maksimal. Kinerja yang tidak maksimal ini membuat pekerjaan yang dilakukan pun menjadi tidak terarah sehingga pekerjaan sering tidak siap dengan tepat waktu yang pada akhirnya membuat karyawan menjadi terbebani mentalnya dan menjadi stres. Stres ini membuat kondisi psikis karyawan menjadi tidak teratur dan cenderung labil. Proses berpikir karyawan menjadi terganggu sehingga tidak bisa membuat keputusan dengan baik.
Ketika hal ini terus berlanjut maka kesalahpahaman dalam komunikasi atau yang biasa di sebut dengan miscommunication akan sering terjadi. Pada akhirnya, kinerja dari kantor akan menurun secara signifikan yang berimbas kepada pendapatan kantor membuat dalam beberapa kesempatan, kantor akan melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
ADVERTISEMENT