Hoaks Merebak di Media Sosial: Tidak Adanya Gatekeeper?

Syauqi S Wibisono
Halo saya Syauqi Septian Wibisono. Saat ini saya seorang mahasiswa S1 Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Sumatera Barat
Konten dari Pengguna
1 Desember 2022 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syauqi S Wibisono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Tracy Le Blanc/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Tracy Le Blanc/Pexels
ADVERTISEMENT
Manusia merupakan makhluk yang di sebut sebagai makhluk sosial. Sosial di sini diartikan sebagai interaksi sesama manusia. Selain itu, manusia juga dikategorikan sebagai makhluk komunikasi. Berbeda dengan makhluk lainnya, komunikasi yang dilakukan manusia adalah saling bertukar informasi di saat terjadinya interaksi tadi. Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak media komunikasi yang bermunculan seperti surat, televisi, dan telegram membuat komunikasi yang terjadi tidak hanya melalui lisan saja sehingga terjadilah komunikasi massa.
ADVERTISEMENT
Pearce berpendapat bahwa komunikasi massa ialah suatu proses yang terjadi di antara seorang individu, sekelompok orang maupun organisasi yang dapat menciptakan pesan dengan cara melakukan transmisi melalui beberapa jenis media kepada audiens yang besar secara heterogen serta anonim.
Sejak teknologi informasi makin berkembang seperti dengan ditemukannya komputer lalu berkembang menjadi ditemukannya internet. Internet ini lah yang menjadi tonggak lahirnya suatu sistem di mana orang-orang bisa saling terhubung dan berkomunikasi secara virtual. Perkembangan selanjutnya dari sistem inilah yang melahirkan suatu sistem yang dinamakan media sosial. Ada banyak jenis media sosial yang muncul seperti Friendster, Instagram, Facebook dan masih banyak lagi.
Awalnya, media sosial ini berfungsi sebagai media komunikasi massa yang berfungsi hanya sekadar membagikan momen-momen para pengguna dan informasi yang dibagikan pun masih bersifat sederhana. Seiring dengan banyaknya pengguna yang terus meningkat setiap tahun, membuat media sosial ini mengalami kerentanan terhadap hoaks diakibatkan oleh informasi-informasi yang makin leluasa berselancar di dunia maya. Namun, mengapa hal ini terus terjadi? Bukankah komunikasi massa memiliki salah satu komponen yang paling penting yaitu gatekeeper?
ADVERTISEMENT
Gatekeeper adalah ‘individu–individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)’. Jika diperluas maknanya yang disebut dengan gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa, seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video tape,compact disk dan buku. (John R. Bittner, 1996 dikutip dari penulis Nurudin, 2007)
Jikalau di media seperti televisi, majalah, koran, dan radio, ada yang berperan menjadi gatekeeper seperti contohnya ketika membawakan berita yang menjadi gatekeeper adalah tim produksi berita di mana mereka lah yang menentukan berita mana yang ingin disampaikan kepada khalayak umum. Selain berita, acara-acara hiburan pun juga memiliki gatekeeper seperti contohnya di Indonesia yang menjadi gatekeeper adalah lembaga pemerintahan yang di sebut KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan media sosial. Sifat media sosial yang bersifat terbuka atau dalam arti lain dapat digunakan oleh siapa pun membuat yang menjadi gatekeeper adalah para pengguna media sosial itu sendiri. Tentu hal ini dapat menjadi keresahan yang dapat berujung kepada sesuatu yang fatal. Ketika ada informasi yang muncul entah itu benar atau tidak lalu sampai kepada masyarakat umum, hal tersebut dapat menjadi hoaks ketika tidak adanya penyaringan informasi lebih lanjut sebab, media sosial tidak memiliki authority yang kuat dalam menyaring informasi akibat sifat yang terbuka tadi.
Seperti contohnya beberapa waktu yang lalu masyrakat dihebohkan dengan bahaya yang ditimbulkan oleh jaringan 5G. dikatakan bahwa jaringan 5G memancarkan gelombang sinyal yang dapat membunuh burung dan menimbulkan penyakit yang ternyata hal tersebut dapat dibuktikan sebagai hoaks. Selain itu, pada masa awal terjadinya pandemi masyarakat juga dihebohkan dengan kabar bahwa Covid-19 tidak dapat bertahan dari cuaca yang panas membuat negara tropis seperti Indonesia dapat dikatakan aman dari virus ini. Namun, tak berselang lama di awal bulan maret tahun 2020, kasus positif virus Covid-19 mulai bermunculan di Indonesia membuat kabar tersebut hanyalah hoaks.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kita sebagai pengguna media sosial harus lebih bijak dalam memilah informasi yang di terima. Jangan menerima informasi dari media pers yang tidak jelas kualitasnya sebab, ada media pers yang hanya ingin mengejar rating sehingga memberikan informasi yang belum di telaah lebih jelas apakah informasi ini valid atau tidak. Banyak media pers yang telah terdaftar di dewan pers muncul di media sosial sehingga dapat menjadi acuan dikarenakan informasi yang diberikan lebih dijamin kualitasnya sebab media ini memiliki peraturan dan standar yang harus dipenuhi sehingga informasi yang diberikan pun tidak hanya sekadar informasi kosong belaka.