Kriminalitas di Tasikmalaya Menurun, Apakah karena Banyak Santri dan Pesantren?

Syifa Nur Rohmah
Saya adalah mahasiswi semester 1 jurusan Bimbingan dan penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
5 Desember 2022 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Nur Rohmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Acara Rihlah Santri K.H Zainal Abidin, Awipari (Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Acara Rihlah Santri K.H Zainal Abidin, Awipari (Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Statistik kriminal merupakan salah satu aspek yang turut memengaruhi keberhasilan pembangunan nasional. Terciptanya rasa aman akan membangun suasana kondusif bagi masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. Pesantren sebagai lembaga non formal turut menciptakan suasana aman bagi masyarakat dengan menerapkan berbagai nilai keislaman yang terwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif psikologi forensik, terjadinya kriminalitas disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah aspek psikologis yaitu saat seseorang berinteraksi dengan sebab eksternal yang negatif, kemudian diikuti kontrol diri yang kurang serta memiliki masalah dalam stabilitas emosi. Mengingat, pengelolaan kontrol diri yang rendah dan emosi yang tidak stabil serta adanya pengaruh buruk teman dapat menyebabkan seseorang bertindak kejahatan. Di samping, seseorang tersebut memiliki sebuah kesempatan untuk melakukan kejahatan. Sehingga itu menjadi penguat mereka untuk berbuat kriminal (Kusumowardhani dan Probowati dalam Arifin, 2016: 35).
Maka hal ini membuktikan bahwa dalam menjaga kesejahteraan masyarakat diperlukan moral dan budi pekerti yang ditanamkan dalam diri setiap individu. Sehingga peran individu dengan karakter yang baik, akan membentuk lingkungan masyarakat yang baik. Dari masyarakat yang baik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap menurunnya tingkat kriminalitas di suatu daerah. Oleh karenanya, pesantren lembaga yang bertugas mengemban amanah untuk tafaqquh fi al-din demi melahirkan santri-santri yang berpendidikan diimbangi dengan moral yang tinggi. Mengingat, tindakan kriminal tidak akan datang pada orang yang memiliki moral yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Mengutip ucapan pakar hukum Iran, Sayid Mohammad Taqi Mohashal Hamadi, mayoritas pakar kriminal meyakini bahwa Pendidikan agama merupakan salah satu faktor utama pencegah timbulnya aksi kejahatan (Arifin dan Fuad, 2016 : 37-38). Hal ini disebabkan karena pendidikan agama sangat berperan penting dalam pembentukan karakter. Pendidikan agama merupakan sarana untuk mewujudkan insan yang mempunyai etika, akhlak dan moral yang baik melalui proses tertentu.
Dengan begitu diharapkan seseorang yang telah mempelajari pendidikan agama mampu untuk merealisasikan apa yang telah dipelajarinya pada diri sendiri dan juga pada lingkungan sosial. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan agama yang diterapkan bukan hanya pemahaman akan pendidikan agama saja, melainkan pengamalan yang dilakukan terhadap lingkungan masyarakat. Sehingga dampak yang ditimbulkan dari penerapan pendidikan agama di masyarakat ini, dapat menyebabkan terjalinnya kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan kehidupan masyarakat menjadi religius melalui pengamalan nilai-nilai moral dan budi pekerti yang diterapkan dalam pendidikan agama. Efek yang ditimbulkan dari masyarakat yang menerapkan nilai-nilai pendidikan agama pastinya dapat menyebabkan rendahnya tingkat kriminalitas.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan kondisi Tasikmalaya yang dikenal sebagai kota santri. Apakah banyaknya pesantren di Tasikmalaya memengaruhi tingkat kriminalitas yang ada di dalamnya?
Mengingat, kota Tasikmalaya yang dikenal sebagai kota santri ternyata tercatat kurang lebih memiliki 40.021 santri dengan 54 pesantren yang terdaftar di Kemenag pada tahun 2022 (Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya, 2022). Apabila kita melihat data statistik, Tasikmalaya merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat kriminalitas yang rendah. Tercatat, berdasarkan data Statistik Kriminal (2021) jumlah kejahatan di provinsi Jawa Barat menurun dari 16.209, 13.145, hingga 11.256 rentang tahun 2018-2020 (Badan Pusat Statistik, 2021, h. 92). Data yang diunggah oleh ayotasik.com pada januari 2018 bahkan menunjukkan tingkat kriminalitas di Tasikmalaya telah menurun menjadi 29,9 persen. Hal ini tentunya dipengaruhi adanya ruang-ruang kosong yang ada di Tasikmalaya di isi oleh para santri.
ADVERTISEMENT
Pesantren menjadi miniatur bagi para santri untuk bermasyarakat dan bernegara dengan baik. Hal ini menjadikan alasan bagi para orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren, karena telah banyak tokoh berpengaruh di negeri ini jebolan dari pesantren-pesantren yang ada di Jawa Barat khususnya di Tasikmalaya. Terkenalnya Tasikmalaya sebagai kota santri yang dihiasi dengan akhlak santri dan juga figur kiai, menjadi referensi bagi orang tua yang ingin menitipkan anaknya ke pesantren untuk dididik dan diajarkan ilmu agama secara mendalam. Pesantren sudah dipercaya sebagai lembaga pembelajaran untuk menghasilkan anak didik yang unggul diimbangi dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Berdasarkan data di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Tasikmalaya menjadi salah satu wilayah yang memiliki statistik kriminal yang rendah. Hadirnya puluhan pesantren dan ribuan santri tentunya ikut mewarnai ragam corak karakter dan kepribadian masyarakat kota Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
Pesantren terbukti dapat memengaruhi kebiasaan masyarakatnya dengan sikap keterbukaan santri dan para kiai pada masyarakat sekitar. Santri diajarkan bukan hanya ilmu agama akan tetapi mereka belajar untuk bersosialisasi yang baik dengan masyarakat sekitar. Bahkan bentuk keterbukaan pesantren pada masyarakat terlihat dari hadirnya pesantren dalam berbagai acara kajian bersama masyarakat yang bertujuan untuk berdiskusi tentang ilmu agama sekaligus menanamkan moral pada masyarakat sekitar serta menjalin hubungan baik antara pesantren dengan masyarakat. Sehingga secara tidak langsung, pesantren dan hadirnya santri membawa pesan kepada masyarakat bahwa pentingnya memiliki akhlak dan moral yang baik pada diri sendiri dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara tidak langsung itulah titik di mana tindakan kejahatan dan kriminalitas di Tasikmalaya makin merendah karena pengaruh banyaknya santri dan pesantren sekaligus figur kiai yang menjadi role model bagi masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Daftar pustaka:
Arifin, M. S., & Fuad, N. (2016). Pencegahan dan Penanganan Kriminalitas dalam Psikologi Islam. Al-Qalb: Jurnal Psikologi Islam, 7(1), 32-42.
Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya. (2022). Juga dapat diunduh pada https://tasikmalayakota.bps.go.id/statictable/2022/09/20/384/jumlah-pondok-pesantren-santri-dan-ustaz-menurut-kecamatan-2018.html
Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Kriminal 2021: 92. Juga dapat diunduh pada https://www.bps.go.id/publication/2021/12/15/8d1bc84d2055e99feed39986/statistik-kriminal-2021.html