Hari Kesehatan Mental dan Stigma Tentang Mental Ilness

tambara boyak
Seorang penuh ingin tahu tentang keilmuan psikologi dan budaya.
Konten dari Pengguna
10 Oktober 2020 11:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari tambara boyak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hari Kesehatan Mental dan Stigma Tentang Mental Ilness
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kesehatan tidak dilihat dari segi fisik saja tetapi dari segi mental juga harus diperhatikan agar tercipta sehat yang holistik. Seseorang yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal maka bisa dikatakan mengalami gangguan kesehatan mental. Akar permasalahan pada kesehatan mental berasal dari tiga inti pokok. Pertama adalah pemahaman masyarakat yang kurang mengenai gangguan jiwa, kedua adalah stigma mengenai gangguan jiwa yang berkembang di masyarakat dan terakhir tidak meratanya pelayanan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan ke belakang, kesadaran masyarakat Indonesia dalam isu kesehatan mental dinilai terus meningkat. Dulu Indonesia mungkin masih menutup mata ketika membahas gangguan jiwa karena dianggap hal yang tabu. Meski sudah banyak dibicarakan, sayangnya kesehatan mental masih dianggap stigma bagi beberapa orang. Indonesia dengan segala keklenikannya menganggap bahwa orang dengan masalah kesehatan mental adalah orang gila atau kerasukan setan. Banyak juga yang menganggap orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang kurang pengetahuan agama dan tidak dekat dengan Tuhan. Padahal gangguan kejiwaan adalah kondisi medis di otak.
Meski sudah gencar yang mengampanyekan isu kesehatan mental, belakangan muncul orang-orang yang mengklaim dirinya punya masalah kesehatan mental. Masih banyak yang bingung ketika merespons orang yang mengalami depresi. Ini yang menjadi tugas buat kita semua terhadap edukasi tentang kesehatan mental. Peningkatan kesadaran kesehatan mental ini seharusnya dilanjutkan dengan pendidikan intervensi krisis mental tahap awal. Misal kalau merasa depresi, jangan langsung memvonis diri sendiri bahwa kamu nggak punya harapan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap penyintas kesehatan mental, cenderung menghindari dan tidak mau memberikan bantuan terhadap orang yang menderita gangguan kesehatan mental sehingga mempersulit dalam proses penanganan. Stigma yang terus tumbuh di masyarakat dapat merugikan dan memperburuk bagi yang terkena label sosial ini. Individu yang terkena stigma di masyarakat sulit untuk berinteraksi sosial bahkan dalam kasus terburuk dapat menyebabkan individu melakukan tindakan bunuh diri. Selain itu penolakan untuk mencari pengobatan, penurunan kualitas hidup, kesempatan kerja yang lebih sedikit, penurunan peluang untuk mendapatkan pemukiman, penurunan kualitas dalam perawatan kesehatan, dan penurunan harga diri. Stigma pada dasarnya adalah fenomena sosial berakar pada hubungan sosial dan dibentuk oleh budaya dan struktur masyarakat. Jika stigma muncul dari hubungan sosial, solusi untuk memahami dan mengubah harus sama tertanam dalam mengubah hubungan sosial dan struktur yang membentuknya.
Ilustrasi perempuan menjaga kesehatan mental. Foto: Shutterstock
Sumber Jurnal Penelitian:
ADVERTISEMENT
Pescosolido, B. A. (2013). The Public Stigma of Mental Illness. Journal of Health and Social Behavior, 54(1), 1–21. doi:10.1177/0022146512471197
Stacy, Overton. (2008). The Stigma of Mental Illness. Journal of Counseling & Development, 86(1), 143-151.