Romantisme Kedatuan Sriwijaya.

tambara boyak
Seorang penuh ingin tahu tentang keilmuan psikologi dan budaya.
Konten dari Pengguna
5 September 2019 10:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari tambara boyak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jamak pada mata pelajaran sejarah, bahwa dulu pada abad 7 di sumatra eksis sebuah kerajaan bernama kerajaan Sriwijaya. Dengan kisah kemaritiman yang begitu mengagumkan dan sering disebut sebagai The Empire of Water. Sebuah adidaya negara maritim yang akan dibangkitkan sebagai nasionalisme baru di Indonesia. Bahwa gaya nasionalisme saat ini bukan sekedar mencintai tanah air namun juga keterhubungan maritim dari Sabang sampai Merauke. Pertanyaan pun muncul, sangat mendasar. Apakah itu benar?
ADVERTISEMENT
Kita telisik dari temuan akhir-akhir ini bahwa kerajaan Sriwijaya tidak bersistem seperti kerajaan pada umumnya yang menjadi penguasa atas wilayah lain. Beberapa literasi seperti yang dikemukakan historia.id dan jurnal berjudul Le Royeum Crivijaya berhasil mengungkapkan sebuah romantisme masa lalu. Sebuah rasa persatuan tanpa menciderai satu sama lain. Sriwijaya diduga hanya seorang raja, karena sri merujuk pada gelar raja dan wijaya sebagai namanya. Pada tulisan asing dari Tiongkok yang ditulis I-tsing justru menyebut wilayah Sriwijaya dengan nama Chi-lo fo. Dan sistem yang digunakan adalah sistem Kedatuan, sistem yang membawahi beberapa mandala dari wilayah Thailand hingga Jawa bagian barat. Ya, sebut saja Sriwijaya tidak menguasai tapi sebagai pusat komando atas wilayah tersebut dengan kedatuan yang menjadi sistem kendali wilayah. Menarik, karena kekuatan maritim yang dimiliki memliki sistem yang saling terkait bukan terikat dan pasukan dari suku laut menjadi pasukan utama yang menjadi garda terdepan dalam menjaga wilayah kemaritiman.
ADVERTISEMENT
Romantisme masa lalu seperti ini seharusnya bisa membangkitkan keterhubungan yang lebih hangat lagi di kawasan Asia Tenggara, terutama di kalangan pemuda. Romantisme yang tidak saling menyalahkan dan saling melemahkan satu sama lain. Secara umum, Asia Tenggara mendapat keberkahan alam dan sumber daya manusia yang unggul. Asia Tenggara terdapat ditengah-tengah jalur kemaritiman dunia diantara dua benua dan dua samudera. Terdapat di wilayah Tropis sehingga membuat ekosistem kawasan menjadi sangat beragam, dari ekosistem darat hingga ekosistem lautan. Asia Tenggara adalah potensi kekuatan yang nyata untuk meruntuhkan kekuatan kedigdayaan dunia saat ini dengan semangat gotong royong, semangat yang juga diterapkan pada masa Kedatuan Sriwijaya.
Namun ada fenomena besar di kalangan para Pemuda Kawasan yang nampaknya akan menjadi penghambat keterhubungan diantara mereka. Nasionalisme, isu nasionalisme cukup menghambat bagi kebersamaan kita. Bukan berarti nasionalisme itu buruk, justru sebaliknya. Namun nasionalisme yang berlebih akan menutup segala pemikiran terbuka kita sehingga dapat menghambat keterbukaan ide keterhubungan diantara pemuda kawasan. Seperti contoh saja kejadian di Rakhine State, Myanmar dapat menjadi penghalang besar masuknya atau diterimanya Myanmar atau sebaliknya karena konflik yang terjadi. Berbagai informasi yang sangat bebas pada masa sekarang menimbulkan berbagai persepsi tentang kasus di Myanmar. Sebaliknya, jika dikelola dengan baik konflik tersebut maka bisa menjadi pemersatu masyarakat kawasan terutama pada Pemuda. Konflik sejenis di wilayah asia tenggara juga bisa menjadi pengikat kebersamaan jika semua Pemuda bisa berperan aktif dalam pemikiran dan penyelesaian konflik sosial yang ada. Mengkonsolidasi pemikiran dengan semangat gotong royong dan romantisme masa lalu Kedatuan Sriwijaya dapat membantu terjadinya keterhubungan diantara pemuda kawasan menjadi sebuah jejaring yang kuat diantara dominasi dunia.
ADVERTISEMENT
Jejaring yang kuat, kemudahan akses saat ini dapat membuat terjalinnya ikatan diantara pemuda seluruh asia tenggara. Sebagai bagian dari jejaring, aku rasa kita bisa saling berbagi informasi tentang perkembangan yang ada di negara masing-masing. Menyelesaikan berbagai konflik sosial dengan jalan damai. Saling bantu jika ada musibah. Dalam ilmu psikologi sosial, jika solidaritas dapat terpupuk diantara generasi pemuda, maka dalam keadaan apapun semangat gotong-royong dapat ditumbuhkan melintasi batas-batas apapun, baik ruang lingkup, ideologi dan batas negara sekalipun. Maka memanfaatkan akses yang ada adalah jalan penghubung utama agar jejaring dapat dibentuk.
Terakhir sebagai penghangat adalah mengingat kembali kebesaran Sriwijaya pada masa lampau, baik sistem kedatuan maupun kekuatan maritim yang digdaya tanpa mencederai wilayah lain. Semangat gotong royong dalam kebersamaan menjaga kawasan. Karena jika bukan kita sebagai generasi pemuda penerus roda kehidupan dunia maka siapa lagi? Pemuda kawasan yang harus membangkitkan lagi romantisme “Jales veva jaya mahe” dalam meningkatkan kebersamaan diantara pemuda di kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT