Bali and Papua are Indonesia

Tantowi Yahya
Politisi Partai Golkar, Mantan Dubes RI untuk Selandia Baru
Konten dari Pengguna
5 Desember 2019 11:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tantowi Yahya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi indahnya Bali. Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi indahnya Bali. Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
ADVERTISEMENT
“Saya belum pernah ke Indonesia tapi sering ke Bali.”
Ini adalah jawaban dan pernyataan yang sering kita dengar di luar negeri sehabis kita bicara atau menjelaskan tentang Indonesia. Kita geli bercampur kesal dan terkadang juga dongkol dan saya rasa itu normal. Rasanya kita sudah habis-habisan mempromosikan Indonesia tapi masih banyak juga ternyata yang belum ngeh Bali adalah bagian dari kita. Sebagai orang Indonesia, pastilah kita penasaran kerancuan ini bermula dari mana dan sejak kapan.
ADVERTISEMENT
Saya coba buka Google untuk cari tahu sejarah promosi Bali dalam berbagai ragam dan bentuknya. Saya mulai dari pariwisata karena dari sinilah Bali dikenal dunia. Dugaan saya ternyata benar, promosi pariwisata Bali sejak zaman Hindia Belanda jarang dikaitkan dengan Indonesia. Bali dipromosikan seperti sebuah negara sendiri.
Ini berbeda dengan beberapa destinasi di ASEAN, sebagai contoh Pattaya dan Phuket. Kedua tempat eksotis ini hampir tidak pernah lupa mencantumkan nama Thailand di belakangnya. Sama halnya dengan Langkawi yang selalu diikuti dengan negaranya, Malaysia. Ironisnya “kekeliruan” ini kita pertahankan hingga kini. Promosi Bali sebagai destinasi pariwisata nomor satu jarang diikuti dengan kata Indonesia. Kita selama ini berkeyakinan dunia tahu Bali itu adanya di Indonesia tapi kenyataannya, sebagaimana cerita saya di atas, ternyata tidak.
Teluk Triton Kaimana, Papua Barat. Foto: Shutter Stock
Dalam konteks yang sama namun dengan latar belakang berbeda, Papua di luar negeri juga sering dianggap dan bahkan untuk kepentingan politik kelompok tertentu diposisikan sebagai bukan bagian dari Indonesia. Penyebabnya macam-macam, namun bisa dikelompokkan menjadi dua saja agar sederhana; sosial budaya dan politik.
ADVERTISEMENT
Kekurangaktifan kita untuk mempromosikan Papua dengan keunikannya sebagai provinsi dengan penduduk berumpun Melanesia menjadi penyumbang signifikan ketidaktahuan dunia bahwa Papua adalah juga Indonesia. Imej Indonesia sebagai negara Asia yang mayoritas penduduknya dari ras melayu sudah lama terbangun. Sehingga ketika dunia melihat ada rakyat Indonesia dari ras Melanesia, mereka jengah. Celah ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan Papua dalam NKRI untuk memprovokasi Papua lepas dari Indonesia.
Sebelum kita merdeka dan menjadi Indonesia, negeri yang kita tempati sekarang ini dulunya bernama Hindia Belanda yang cakupan wilayahnya membentang dari Sabang sampai Merauke. Prinsip hukum internasional, Uti Possidetis Juris (yang anda miliki berdasarkan hukum), menyatakan bahwa wilayah dari negara yang baru berdaulat sama persis dengan wilayah saat mereka belum merdeka.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan prinsip hukum internasional ini, Papua adalah bagian sah dari Indonesia. Masyarakat Papua sebagaimana masyarakat kita dari rumpun dan ras lainnya adalah juga rakyat Indonesia. Ini prinsip dari Hukum Internasional yang dianut oleh semua negara.
Memberitahu dan diseminasi informasi bahwa Bali dan Papua adalah Indonesia sudah menjadi tugas dari perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. Dalam berbagai cara dan acara selama relevan dan memungkinkan, informasi ini terus kami sampaikan.
Saya sebagai Duta Besar beberapa kali memenuhi undangan dari sekolah dan lembaga di Selandia Baru untuk memberikan ‘stadium general’ tentang Indonesia. Kesempatan ini saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memberikan pemahaman tentang Indonesia termasuk di dalamnya tentang wilayah dan teritorial kita.
Tantowi Yahya
ADVERTISEMENT
Dubes RI untuk Selandia Baru, Samoa dan Kerajaan Tonga