Syiar Ramadan di Negeri Beton

Tati Tia Surati
Buruh Migran di Hong Kong
Konten dari Pengguna
19 Mei 2018 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tati Tia Surati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Syiar Ramadan di Negeri Beton
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan yang paling ditunggu-tunggu dan bulan yang oleh umat islam ditangisi kepergiannya seakan-akan tidak ingin cepat berlalu adalah bulan ramadan. Bulan yang suci penuh berkah. Bulan dimana turunnya wahyu pertama yaitu Al Quran sebagai panduan untuk umat manusia.
Syiar Ramadan di Negeri Beton (1)
zoom-in-whitePerbesar
Perintah berpuasa di bulan Ramadan ada pada surat Al Baqoroh ayat 185 yaitu; "Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangbsiaoa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya)di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur".
ADVERTISEMENT
Ramadan 1439 Hijriyah ini adalah ramadhan yang ke sembilan kalinya saya berada di Hong Kong dan Insya Alloh akan kembali ke tanah air menjelang lebaran, agar bisa berkumpul dengan keluarga di kampung. Sebelumnya pada Ramadan tahun 2015 saya juga berada di kampung halaman dan itu adalah moment terakhir kebersamaanku dengan Ayahanda sebelum beliau meninggal dunia.
Pengalaman ramadan di negeri beton yang saya dan teman-teman Buruh Migran Indonesia alami ini bermacam-macam ceritanya, ada yang menyedihkan, ada yang menyenangkan bahkan ada cerita yang bisa mengocok perut alias lucu. Banyak diantara teman-teman BMI muslim yang harus terpaksa ngumpet-ngumpet saat ibadah karena majikan pelit dan cerewet. Bahkan banyak diantara mereka yang harus tidur bareng nenek atau momongannya, ketika makan sahur terpaksa harus diatas ranjang atau di dalam kamar tidur.
ADVERTISEMENT
Seperti cerita umi yang kerja di Ngau Tau Kok On Kay Court tadi pagi saat bertemu di pasar. Umi bercerita, ia terpaksa makan roti dibawah selimut saat sahur, takut ketahuan dua momongannya yang super jahil. Umi harus pelan-pelan buka bungkus plastiknya, kemudian mereka gigit rotinya pelan-pelan supaya tidak ada suara karena kalau ada bunyi pasti orang-orang disekitar akan curiga dan bangun. Setelah makan roti, umi hanya bisa menyedot teh lemon kotak yang sudah ditaruh di tepi ranjangnya. Banyak teman yang simpati mendengar cerita Umi dan geleng-geleng kepala. Yah, apa daya nasib Buruh Migran tidak punya akomodasi yang layak, jangankan untuk ke dapur, Umi masuk kamar mandi saja dihitung seberapa banyak tisu yang habis oleh majikan lelakinya.
ADVERTISEMENT
Banyak majikan yang super protektif sama pekerjanya, entah protektif karena peduli atau entah karena emang dasar majikan kuciran alias pelit. Ada teman yang cerita, dilarang puasa oleh majikannya karena takut pekerjanya mati dan tidak ada tenagga saat bekerja, apalagi pekerjaan BMI itu non stop di dalam rumah majikan. Ada juga majikan yang super duper pelit, pasti seneng sekali pekerjanya puasa karena bisa bantu irit pengeluaran anggaran belanjanya, tapi menuntut pekerjanya harus kuat kerja tanpa lelah akibat puasa.
Kalau berdasarkan pengalaman saya pribadi, saat ramadhan di Hong Kong Alhamdulilah seneng-seneng saja karena majikan sangat pengertian dan baik. Meski tidak bisa tiap malam pergi ke Masjid untuk Salat tarawih tapi bisa bebas beribadah di rumah majikan dan kalau hari Minggu bisa libur ikut kegiatan ramadan yang diadakan oleh berbagai organisasi BMI Hong Kong yang berbasis keagamaan seperti Lembaga Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK), Organisasi Gabungan Migran Muslim Indonesia (GAMMI), CahayaQu, Blue Ocean, Persatuan Dakwah Victoria Park (PDV) dan PCI NU, serta aneka kegiatan dari Mushola Al Falah KJRI Hong Kong.
ADVERTISEMENT
DDHK sendiri sebelumnya sudah melaksanakan kegiatan pawai ramadahan yang diikuti oleh sekitar 2000 orang BMI di Hong Kong dari ratusan organisasi BMI di Hong Kong. Tujuan dari pawai itu adalah sebagai ajang silahturahim sesama umat muslim khususnya BMI Hong Kong, sekaligus syiar islam yang cinta damai supaya masyarakat Hong Kong pada umumnya mengetahui umat muslim akan menyambut datangnya bulan ramadan sekaligus memberitahukan kepada majikan-majikan yang non muslim untuk memberikan izin kepada pekerjanya agar bisa melaksanakan Ibadah puasa tanpa khawatir pekerjanya mati kelaparan, atau tidak bisa bekerja karena dehidrasi.
Dompet Dhuafa selain menggalang dana zakat, infak dan sedekah, juga menggelar kegiatan ramadan lainnya seperti Klinik Al Quran, mendatangkan Ustaz dari Indonesia untuk mengisi kegiatan keagamaan di berbagai organisasi yang ada di penjuru Hong Kong, tebar jilbab, buka puasa bersama, tebar takjil, Tarawih berjamaah di Victoria Park dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Menjelang puasa GAMMI bersama anggota JBMI (Jaringan Buruh Migran Indonesia) mengadakan acara "Megengan Akbar" di Victoria Park pada Minggu (13/5). Sekitar 500 orang Buruh Migran hadir dalam acara megengan atau punggahan tersebut.
Acara Mengengan dimulai dengan parade keliling di daerah Victoria Park. Selain parade acara ini diisi dengan berbagai tampilan kesenian dari anggota GAMMI dan LIPMI (Liga Pekerja Migran Indonesia) dengan Yasin-Tahlil, serta bagi-bagi takir.
Dalam sambutannya, Romlah Rosidah, Ketua GAMMI HK mengatakan, bahwa megengan adalah tradisi Masyarakat Jawa dalam menyambut Bulan Ramadan. "Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Islam Jawa memang memiliki banyak tradisi yang khas dalam implementasi Islam, tradisi megengan ini merupakan salah satu tradisi khas yang tidak dimiliki oleh Islam ditempat lain dan sudah sepantasnya dilestarikan walaupun kita sebagai Buruh Migran di negeri orang," katanya.
ADVERTISEMENT
Rosidah juga menjelaskan selama Bulan Ramadan terbagi atas beberapa malam. “Inilah bulan yang permulaannya (10 hari pertama) penuh dengan rahmat, yang pertengahannya (10 hari pertengahan) penuh dengan ampunan, dan yang terakhirnya (10 hari terakhir) Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka.” jelasnya
Hadir juga Sringatin, Koordinator JBMI (Jaringan Buruh Migran Indonesia) di Hong Kong memberikan pidato solidaritasnya. Sringatin mengatakan bahwa megengan bukan hanya sebagai ritual saja namun, sebagai momen yang bermakna bahwa kondisi buruh migran saat ini.
"Masih banyak Buruh Migran yang tidak mampu membeli makanan yang bernutrisi dan sehat, juga jam kerja yang panjang. Maka dari itu kita di sini yang masih mempunyai rezeki walau sedikit, tersisa dan masih punya makanan yang bisa kita bagi dengan kawan - kawan yang lain, kita bawa seikhlasnya dan makan bersama. Semoga kita dimudahkan Allah Swt menjalankan ibadah dan berjuang di negeri orang," pungkas Sring.
ADVERTISEMENT
Puasa ramadan bukan hanya untuk menahan lapar dan haus saja tapi juga sebagai filter diri untuk merenung atas apa yang telah dilakukan dan untuk memperbaiki diri. Ramadan yang paling istimewa di Hong Kong bagi saya adalah ketika bisa berkumpul, dan berbagi dengan sesama Buruh Migran karena ketika berada di tengah-tengah mereka saya merasa kalau kangen terhadap keluarga tercinta di tanah air itu bisa terobati dengan kebersamaan itu.
Dulu sih, seneng banget kalau dapat izin dari majikan untuk tidur di luar. Apalagi kalau malam Minggu disuruh tidur atau menginap di shelter atau di rumah CahayaQu, bisa tarawih, bisa ngaji, bisa sahur, salat subuh berjamaah dan mendengarkan kultum (kuliah tujuh menit) atau Kulkas (kuliah ringkas) dari Ustaz maupun Ustazah yang didatangkan dari Indonesia. Rasanya benar-benar syahdu dengan siraman-siraman rohani.
ADVERTISEMENT
Tiap tahun di bulan ramadan Mushala Al Falah KJRI Hong Kong juga mengadakan berbagai kegiatan seperti salat tarawih, pondok ramadan untuk Hong Kong dan Makau. Kemudian menjadi panitia salat idul fitri, dan mengadakan halal bi halal untuk seluruh lapisan Masyarakat Indonesia yang ada di Hong Kong dan Makau.
Saya berharap tahun ini bisa lebaran di tanah air, bisa menengok pusara Ayahanda dan tidak ingin membiarkan Ibu saya sedih lagi dalam kesendiriannya dikarenakan anak-anak tidak ada disampingnya. Semoga Ibu sehat dan bahagia melihat anak-anak dan cucu yang dicintainya dapat berkumpul bersama di hari yang fitri, amin. (Tati Tia Surati)