Akbar Tandjung Khawatir Golkar 'Kiamat', Imbas Setya Novanto Tersangka

14 November 2017 19:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Setya Novanto (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Setya Novanto (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar, Akbar Tandjung, merasa prihatin dengan kasus yang menimpa Ketua DPR Setya Novanto. Sebab, Setya Novanto yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu baru saja kembali ditetapkan sebagai tersangka di kasus korupsi e-KTP.
ADVERTISEMENT
Akbar tidak menampik bahwa penetapan tersangka itu berpengaruh terhadap pandangan masyarakat kepada Golkar. Ia pun menilai Golkar harus siap melakukan perbaikan internal partai, termasuk untuk mengubah kepemimpinan partai jika hal itu bisa membuat tren Golkar meningkat.
"Bahkan kalau memang itu yang kita anggap terbaik untuk Golkar, termasuk perubahan dalam kepemimpinan. Karena pemimpin ini juga yang akan menentukan daripada keberhasilan partai, dan pemimpin itu pun juga akan bisa mempengaruhi bagaimana opini publik terhadap partai," ujar Akbar di Nusantara V, Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/11).
"Kalau pemimpinnya di mata publik katakanlah tidak acceptable, bisa mengakibatkan tren publik juga memberikan penilaian terhadap Golkar juga mengalami penurunan," sambungnya.
Akbar khawatir penetapan status tersangka yang disandang Setya Novanto membuat tren Golkar mengalami penurunan. Ia menyebut Golkar bisa 'kiamat' bila terus-terusan mengalami penurunan imbas penetapan tersangka itu.
ADVERTISEMENT
"Sekarang saya dengar sudah sekitar 7 persen. Kalau tren penurunan itu terus 6 persen, 5 persen, bahkan kemudian bisa di bawah 4 persen. Kalau dia di bawah 4 persen, boleh dikatakan, ya dalam bahasa saya, bisa terjadi kiamat di partai Golkar ini. Kenapa? Golkar bisa tidak punya wakil di DPR," ujar Akbar.
Padahal, kata Akbar, selama ini tren Golkar selalu berada di atas 60 persen. Bahkan menurutnya, pada saat pelaksanaan Pemilu 1987 dan Pemilu 1997, setidaknya Golkar selalu di atas 70 persen.
"Bayangkan kalau sampai di bawah 4 persen berarti tidak punya hak untuk mempunyai anggota di DPR. Wah ini yang saya takutkan," ujar dia.
Selain itu, penetapan Setya Novanto sebagai tersangka dinilai juga akan berdampak ke Pilkada 2018. Maka, ia pun menyarankan agar Golkar segera mengganti pemimpinnya.
ADVERTISEMENT
"Saya kira pasti ada dampaknya, apalagi kalau seandainya kami tidak menemukan satu solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Khususnya tekad kita untuk bangkit kembali. Untuk bangkit kembali ya tentu harus ada kepemimpinan baru. Kalau tidak ada kepemimpinan baru, bagaimana bisa bangkit kembali," ujar Akbar.