news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Isi Percakapan Santai Miryam saat Diperiksa KPK

14 Agustus 2017 22:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Miryam Haryani (Foto: ANTARA/Wahyu Putro)
zoom-in-whitePerbesar
Miryam Haryani (Foto: ANTARA/Wahyu Putro)
ADVERTISEMENT
Rekaman pemeriksaan penyidik KPK terhadap politikus Hanura Miryam S. Haryani akhirnya diputar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Pada rekaman tersebut, terlihat Miryam diperiksa oleh penyidik KPK, Novel Baswedan, yang kemudian turut datang penyidik lainnya, Ambarita Damanik, dalam pemeriksaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Miryam sebelumnya berkukuh mendapat intimidasi saat pemeriksaan tersebut hingga pada akhirnya dia duduk di kursi terdakwa. Bahkan pengakuan tersebut memicu Komisi III DPR untuk membentuk Pansus Hak Angket KPK.
Namun dalam rekaman pemeriksaan yang diputar Penuntut Umum KPK, Miryam terlihat santai berbincang dengan Novel maupun Damanik. Penuntut Umum memutar sebagian rekaman dari pemeriksaan Miryam pada saat penyidikan.
Dalam potongan video tersebut, sama sekali tidak ada suasana intimidasi. Miryam beberapa kali tertawa, bahkan diizinkan membaca majalah di sela-sela pemeriksaan. Miryam juga diizinkan membawa makanan ringan, lalu disediakan secangkir teh dan kopi oleh penyidik.
Berikut transkrip rekaman pada saat pemeriksaan Miryam dengan Novel (penyidik 1) dan Ambarita (penyidik 2) yang ditayangkan saat persidangan:
ADVERTISEMENT
Miryam: Ini pak, nih-nih segini (suara tidak jelas)
Penyidik 1: Terus pak Dam, jadi terlepas dari ini, saya juga perlu cerita ke pak Damanik yang tadi
Miryam: Nah, itu saya kan mau izin tuh
Penyidik 1: Jadi, reka ulang (suara tidak jelas)
Miryam: Saya nih pak gak boleh cerita sebetulnya pak. Tapi saya di (suara tidak jelas) sama Pak Novel.
Penyidik 1: Capek ditanya
Miryam: (Suara tertawa)
Penyidik 1: Ternyata sebulan yang lalu, ibu ini diberi tahu oleh beberapa anggota DPR Komisi III, bahwa akan dipanggil oleh KPK.
Penyidik 2: (Suara tidak jelas)
Miryam: Iya pak
Penyidik 1: Dan orang-orang ini adalah Desmond, Aji, Sudding, Tamsud, terus ee.. Hasrul Azwar, sama Masinton Pasaribu. Tapi ya intens sih satu (suara tidak jelas) ini. Eee.. Mereka ini memang dengan kebiasaan kalau orang-orang yang perkara di KPK apa-apa dipanggil (suara tidak jelas) mereka ya bu ya
ADVERTISEMENT
Penyidik 2: He-em
Penyidik 1: Ee Desmond (suara tidak jelas) ya bu ya? (suara tidak jelas).
Miryam: IBF
Penyidik 1: terus Aji Tamsud di rumahnya SN dan di tempat-tempat lain. Intinya ibu ini sebetulnya di ... diminta untuk jangan ngadu apapun sama kita di sini. Cuman ya diomong-omong di sana itu ada tujuh orang penting sama tiga lawyer
Miryam: Dan pegawai
Penyidik 1: Yang intens ketemu ke mereka katanya
Miryam: He-em
Penyidik 1: Lha ini yang kemudian menjadi menarik untuk kita mencari tahu. Yang jelas tadi saya bilang sama Bu Yani bahwa ibu enggak usah takut gak usah khawatir saya katakan begitu.
Miryam: He-em pak (suara tidak jelas)
ADVERTISEMENT
Penyidik 1: Dan kami, kami pada posisi ee.. terimakasih sama ibu, dan kalau ada info lebih jauh lagi, jangan ragu untuk beritahu kita.
Miryam: Iya pak iya
Penyidik 1: Jadi uangnya sudah ibu kasih?
Miryam: Nggak
Penyidik 1: Temennya ibu (suara tidak jelas)
Miryam: Temen saya Pak si Fauzi Anwar Pak (suara tidak jelas)
Miryam: Jadi Pak ni kalau mau jujur Pak, Saya sampek bilang 'Pak boleh gak sih saya ngomong? KPK itu independen apa gimana sih (tertawa). Kok kenyataannya enggak. Yang dilihat kami di anggota DPR, setiap anggota DPR yang dalam tanda kutip punya masalah itu pasti dipanggil oleh komisi tiga.
Penyidik 2: He-em. He-em. He-em
ADVERTISEMENT
Ngomongnya itu setengah diintimidasi dan selalu dari yang nomor satu sampai nomor enam itu, yang bisa satu sampai nomor empat, itu panggil.
(Percakapan dilompat)
Penyidik 1: Hmm
Miryam: Iya (suara tidak jelas) "saudara ini mau dipanggil"
Penyidik 1: He ehm
Miryam: Saya belum dipanggil Pak, dipanggil saja. Pak silakan. 'Gue kasih tau lu nih ya sampai di dalem' Sampai diajarin Pak 'Nanti Miryam ruangannya kecil yang nyidik nanyanya bolak-balik terus pasti ditinggal', saya kan ngebayang ya Pak.
Miryam: Hm terus nanti pas itu ditanya lo, bolak balik nanti balik lagi itu. Gitu-gitu pokoknya apa yang ditanya jangan ngaku salah, jangan ngaku
Penyidik 1: He em
Miryam: Kasus Apa? pak Giarto? 'Lu kan mitra kerjanya' Katanya gitu. "Oh pinter ya Pak?" "Gitu yah?" oooh jangan pernah sebut partai, "jangan pernah sebut orang" ya saya biasa saja. "oh iya oke oke he he" singkat cerita pak kami kalo kita kan kadang-kadang ketemu rapat.
ADVERTISEMENT
Penyidik 1: Hm
Miryam: Apalagi mereka juga kan badan anggaran. Jadi gini "Ini nih Hanura pengamanan-pengamanan" gitu lo ngomongnya begitu "pengamanan pengamanan" buat apa lagi pengamanan?
Penyidik 1: Hm..
Miryam: (suara tidak jelas) pokoknya jangan ketemu Giarto, jangan" dia ngerti kalau itu salah, Bang.
Penyidik 1: Mm
Miryam: Kan mitra kerja Pak?
Penyidik 1: Iya iya betul
Miryam: tetep, ya enggak bisa dong. Tetep mitra kerja.
Penyidik 1: Mmm
Miryam: Kenapa Pak Giarto ke rumah? Ee misalnya Pak Giarto ketemu dimana, dipanggilnya. Dipanggil lo ketemu dimana. Gitu ya.
Penyidik 1: Hmm
Miryam: Jangan-jangan gitu. 'Ada titipan'. Nggak ada titipan pokoknya, pokoknya di ujung pembicaraan tidak ada yang ngaku.
ADVERTISEMENT
Miryam: Titik nih kasus nih dengan e-KTP
Penyidik 1: Hm
Miryam: Dah, singkat cerita Pak, saya kan seminggu yang lalu dapet nih, he eh, seminggu kok enggak sama apa yang diceritakan sama dia
Penyidik 1: Hm.. Hm..
Miryam: Ya kan? Kok saya dapat gitu ya? Oh berarti bener, eh berarti maksudnya sama.
Penyidik 1: Hm
Miryam: He em, hebat juga ya Pak? Silakan (suara tidak jelas).
Penyidik 1: (suara tidak jelas) (tertawa).
Miryam: Dia itu luar biasa, Pak. Komisi tiga kok saya jadi waduh, kacau ini mah. Gila, cuma ama lu, gue kasih tau kayak gini, dipanggil bener, bener minggu lalu.
Penyidik 1: Mmm
Miryam: Tiga hari yang lalu nih Pak Ya. Setelah saya terima ee ditanya jadi saya dipanggil eh ketemu (suara tidak jelas).
ADVERTISEMENT
Penyidik 1: sama siapa bu?
Miryam: (suara tidak jelas) itu, bolak balik di tempat itu aja.
Penyidik 1: Mmm
Miryam: Nggak Pak, nggak ada Bamsut.
Penyidik 1: (suara tidak jelas).
Miryam: Nggak ada Bamsut Pak, nggak ada Bamsut waktu.. (suara tidak jelas). Apalagi bang? Iya pasti tadi lo panggil kan ke KPK. Gue udah ketemu penyidik tujuh orang dengan pegawainya, terus ketemu Pak dengan yang namanya ini Pak.
Penyidik 1: Siapa namanya?
Miryam: Gak kenal
Penyidik 1: Hm?
Miryam: Nih, coba nih (menunjukkan kertas).
Penyidik 2: Hm.
Miryam: Ini Pak, nih.
Penyidik 1: Hmm, Pak Direktur.
Miryam: Saya kan cuma baca tapi tidak baca tanda tangan Pak
ADVERTISEMENT
Penyidik 1: He ehm.
Miryam: Dia yang malu, tapi intinya saya gak ngomong. Pokoknya ini ya kamu bayar dulu tapi saya gak ngomong
Penyidik 2: Mereka minta berapa bu?
Miryam: dua milyar Pak, terus mbak saya enggak ngomong, saya nggak ngomong
Penyidik 2: (Batuk)
Miryam: Kan undangannya, panggilannya, udah saya terima. Saya nggak ngomong kok beliau saya udah terima undangan, tapi kan nggak ngepas ni.
Penyidik 1: Hm.. Hm..
Miryam: Pikiran saya enggak ngepas nih, nggak ngepas nih yang ketiga ini Pak.. Nggak ngepas dong, iyalah. Aduh bayar dulu..