KPK Duga Johannes Marliem Stres

17 Agustus 2017 16:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Johannes Marliem  (Foto: http://watchdog.org)
zoom-in-whitePerbesar
Johannes Marliem (Foto: http://watchdog.org)
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang, menduga Johannes Marliem stres. Johannes yang menjadi salah satu saksi kasus dugaan korupsi e-KTP itu tewas karena bunuh diri.
ADVERTISEMENT
"Ketika dia sudah jadi high profile person, ini dia disinggung dikit saja dia kan stres. Saya pribadi enggak aneh melihat dia seperti itu. Saya lihat indikasi itu jauh di depan, bahwa dia sangat stres, karena mungkin proses ini," kata Saut ditemui usai Upacara Hari Kemerdekaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (17/8).
Beberapa hari sebelum Johannes ditemukan tewas, namanya mulai dikenal luas karena kasus dugaan korupsi yang merugikan keuangan negara hingga Rp 2,3 triliun itu. Kendati demikian, Saut membantah bahwa pihaknya yang kemudian mengekspose nama Johannes sehingga dikenal luas.
"KPK enggak pernah membuka dia. Dia yang membuka dirinya sendiri," ujar Saut.
Di luar hal tersebut, Saut menilai bahwa Johannes menjadi salah satu diaspora yang membawa nama Indonesia di luar negeri sebagai seorang pengusaha yang ulet. Bahkan dia tergolong sukses di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Namun kemudian kasus dugaan korupsi e-KTP yang menyeret namanya diduga kemudian menjadi penyebab Johannes stres.
"Ketika ada transaksional atau ada kelompok di Indonesia menggeret dia, dia kan jadi korban. Kemudian dia stres, itukan wajar. High profile person itu tingkat stresnya tinggi," kata Saut.
Johannes merupakan salah satu pengusaha yang terlibat dalam proyek e-KTP. Ia menjadi penyedia Automated Finger Print Identification System (AFIS) merek L-1 yang akan digunakan dalam proyek e-KTP melalui perusahaan miliknya, PT Biomorf.
Nama Johannes turut masuk ke dalam surat dakwaan eks pejabat Kemendagri Irman dan Sugiharto, serta yang paling baru dalam dakwaan pengusaha Andi Narogong. Johannes disebut pernah diminta Andi menyediakan uang sebesar 200 ribu dolar AS untuk diberikan kepada Sugiharto. Uang kemudian diberikan melalui Yosep Sumartono di Mal Grand Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kendati sudah mengeluarkan uang, namun Johannes disebut mendapat keuntungan yang tidak sedikit. Johannes disebut mendapat keuntungan sebesar 14.880.000 dolar AS dan Rp 25.242.546.892 dari proyek tersebut.